Selasa, 17 Januari 2012
majikanku
Cerita ini terjadi ketika aku masih usia 14 tahun. Aku yang baru saja
lulus SD bingung mau kemana, melanjutkan sekolah nggak mungkin sebab
Bapakku sudah satu tahun yang lalu meninggal. Sedangkan Ibuku hanya
penjual nasi bungkus di kampus dan kedua kakakku pergi entah bagaimana
kabarnya. Sebab sejak pamitan mau merantau ke Pulau Bali nggak pernah
ada kabar bahkan sampai Bapak meninggalpun juga nggak tahu. Adik
perempuanku yang masih kelas dua SD juga membutuhkan biaya. Akhirnya
aku hanya bisa main-main saja sebab meski aku anak laki-laki
satu-satunya aku mau kerja masih belum kuat dan takut untuk pergi
merantau tanpa ada yang mengajak. Suatu ketika ada saudara Bapakku yang
datang dengan seorang tamu laki-laki. Kata pamanku dia membutuhkan orang
yang mau menjaga rumahnya dan merawat taman. Setelah aku berpikir
panjang aku akhirnya mau dengan mempertimbangkan keadaan Ibuku.
Berangkatlah aku ke kota Jember tepatnya di perumahan daerah kampus. Aku
terkagum-kagum dengan rumah juragan baruku ini, disamping rumahnya
besar halamannya juga luas. Juraganku sebut saja namanya Pak Beni, Ia
Jajaran direksi Bank ternama di kota Jember, Ia mempunya dua Anak
Perempuan yang satu baru saja berkeluarga dan yang bungsu kelas 3 SMA
namanya Kristin, usianya kira-kira 18 tahun. Sedangkan istrinya membuka
usaha sebuah toko busana yang juga terbilang sukses di kota tersebut,
dan masih ada satu pembantu perempuan Pak Beni namanya Bik Miatun
usianya kira-kira 27 tahun. Teman Kristin banyak sekali setiap malam
minggu selalu datang kerumah kadang pulang sampai larut malam, hingga
aku tak bisa tidur sebab harus nunggu teman Non Kristin pulang untuk
mengunci gerbang, kadang juga bergadang sampai pukul 04.00. Mungkin
kacapekan atau memang ngantuk usai bergadang malam minggu, yang jelas
pagi itu kamar Non Kristin masih terkunci dari dalam. Aku nggak peduli
sebab bagiku bukan tugasku untuk membuka kamar Non Kristin, aku hanya
ditugasi jaga rumah ketika Pak Beni dan Istrinya Pergi kerja dan merawat
tamannya saja. Pagi itu Pak Beni dan Istrinya pamitan mau keluar kota,
katanya baru pulang minggu malam sehingga dirumah itu tinggal aku, Bik
Miatun dan Non Kristin. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 tapi Non
Kristin masih belum bangun juga dan Bik Miatun sudah selesai memasak.
"Jono, aku mau belanja tolong pintu gerbang dikunci." "Iya Bik!" jawabku
sambil menyiram tanaman didepan rumah. Setelah Bik Miatun pergi aku
mengunci pintu gerbang. Setelah selesai menyiram taman yang memang
cukup luas aku bermaksud mematikan kran yang ada di belakang. Sesampai
didepan kamar mandi aku mendengar ada suara air berkecipung kulihat
kamar Non Kristin sedikit terbuka berarti yang mandi Non Kristin.
Tiba-tiba timbul niat untuk mengintip. Aku mencoba mengintip dari lubang
kunci, ternyata tubuh Non Kristin mulus dan susunya sangat kenyal,
kuamati terus saat Non Kristin menyiramkan air ke tubuhnya, dengan
perasaan berdegap aku masih belum beranjak dari tempatku semula. Baru
pertama ini aku melihat tubuh perempuan tanpa tertutup sehelai benang.
Sambil terus mengintip, tanganku juga memegangi penisku yang memang
sudah tegang, kulihat Non Kristin membasuh sabun keseluruh badannya aku
nggak melewatkan begitu saja sambil tanganku terus memegangi penis. Aku
cepat-cepat pergi, sebab Non Kristin sudah selesai mandinya namun karena
gugup aku langsung masuk ke kamar WC yang memang berada berdampingan
dengan kamar mandi, disitu aku sembunyi sambil terus memegangi penisku
yang dari tadi masih tegang. Cukup lama aku di dalam kamar WC sambil
terus membayangkan yang baru saja kulihat, sambil terus merasakan nikmat
aku tidak tahu kalau Bik Miatun berada didepanku. Aku baru sadar saat
Bik Miatun menegurku, "Ayo.. ngapain kamu." Aku terkejut cepat-cepat
kututup resleting celanaku, betapa malunya aku. "Ng.. nggak Bik.."
kataku sambil cepat-cepat keluat dari kamar WC. Sialan aku lupa ngunci
pintunnya, gerutuku sambil cepat-cepat pergi. Esoknya usai aku menyiram
taman, aku bermaksud ke belakang untuk mematikan kran, tapi karena ada
Bik Miatun mencuci kuurungkan niat itu. "Kenapa kok kembali?" tanya Bik
Miatun. "Ah.. enggak Bik.." jawabku sambil terus ngeloyor pergi. "Lho
kok nggak kenapa? Sini saja nemani Bibik mencuci, lagian kerjaanmu kan
sudah selesai, bantu saya menyiramkan air ke baju yang akan dibilas,"
pinta Bik Miatun. Akhirnya akupun menuruti permintaan Bik Miatun. Entah
sengaja memancing atau memang kebiasaan Bik Miatun setiap mencuci baju
selalu menaikkan jaritnya diatas lutut, melihat pemandangan seperti itu,
jantungku berdegap begitu cepat "Begitu putihnya paha Bik Miatun ini"
pikirku, lalu bayanganku mulai nakal dan berimajinasi untuk bisa
mengelus-ngelus paha putih Bik Miatun. "Heh! kenapa melihat begitu!"
pertanyaan Bik Miatun membuyarkan lamunanku "Eh.. ngg.. nggak Bik"
jawabku dengan gugup. "Sebentar Bik, aku mau buang air besar" kataku,
lalu aku segera masuk kedalam WC, tapi kali ini aku tak lupa untuk
mengunci pintunya. Didalam WC aku hanya bisa membayangkan paha mulus
Bik Miatun sambil memegangi penisku yang memang sudah menegang cuma
waktu itu aku nggak merasakan apa-apa, cuma penis ini tegang saja.
Akhirnya aku keluar dan kulihat Bik Miatun masih asik dengan cucianya.
"Ngapain kamu tadi didalam Jon?" tanya Bik Miatun. "Ah.. nggak Bik cuma
buang air besar saja kok," jawabku sambil menyiramkan air pada cuciannya
Bik Miatun. "Ah yang bener? Aku tahu kok, aku tadi sempat menguntit
kamu, aku penasaran jangan-jangan kamu melakukan seperti kemarin
ee..nggak taunya benar," kata Bik Miatun "Hah..? jadi Bibik mengintip
aku?" tanyaku sambil menunduk malu. Tanpa banyak bicara aku langsung
pergi. "Lho.. kok pergi?, sini Jon belum selesai nyucinya, tenang saja
Jon aku nggak akan cerita kepada siapa-siapa, kamu nggak usah malu sama
Bibik " panggil Bik Biatun. Kuurungkan niatku untuk pergi.
"Ngomong-ngomong gimana rasanya saat kamu melakukan seperti tadi Jon?"
tanya Bik Miatun. "Ah nggak Bik,"jawabku sambil malu-malu. "Nggak
gimana?" tanya Bik Miatun seolah-olah mau menyelidiki aku. "Nggak usah
diteruskan Bik aku malu." "Malu sama siapa? Lha wong disini cuma kamu
sama aku kok, Non Kristin juga sekolah, Pak Beny kerja?" kata Bik
Miatun. "Iya malu sama Bibik, sebab Bibik sudah tahu milikku," jawabku.
"Oalaah gitu aja kok malu, sebelum tahu milikmu aku sudah pernah tahu
sebelumnya milik mantan suamiku dulu, enak ya?" "Apanya Bik?" tanyaku
"Iya rasanya to..?" gurau Bik Miatun tanpa memperdulikan aku yang
bingung dan malu padanya. "Sini kamu.." kata Bik Miatun sambil
menyuruhku untuk mendekat, tiba-tiba tangan tangan Bik Miatun memegang
penisku. "Jangan Bik..!!" sergahku sambil berusaha meronta, namun karena
pegangannya kuat rasanya sakit kalau terus kupaksakan untuk meronta.
Akhirnya aku hanya diam saja ketika Bik Miatun memegangi penisku yang
masih didalam celana pendekku. Pelan tapi pasti aku mulai menikmati
pegangan tangan Bik Miatun pada penisku. Aku hanya bisa diam sambil
terus melek merem merasakan nikmatnya pegangan tangan Bik Miatun. lalu
Bik Miatun mulai melepas kancing celanaku dan melorotkanya kebawah.
Penisku sudah mulai tegang dan tanpa rasa jijik Bik Miatun Jongkok
dihadapanku dan menjilati penisku. "Ach.. Bik.. geli," kataku sambil
memegangi rambut Bik Miatun. Bik Miatun nggak peduli dia terus saja
mengulum penisku, Bik Miatun berdiri lalu membuka kancing bajunya
sendiri tapi tidak semuanya, kulihat pemandangan yang menyembul
didepanku yang masih terbungkus kain kutang dengan ragu-ragu kupegangi.
Tanpa merasa malu, Bik Miatun membuka tali kutangnya dan membiarkan aku
terus memegangi susu Bik Miatun, dia mendesah sambil tangannya terus
memegangi penisku. Tanpa malu-malu kuemut pentil Bik Miatun. "Ach..
Jon.. terus Jon.." Aku masih terus melakukan perintah Bik Miatun,
setelah itu Bik Miatun kembali memasukkan penisku kedalam mulutnya. aku
hanya bisa mendesah sambil memegangi rambut Bik Miatun. "Bik aku seperti
mau pipis," lalu Bik Miatun segera melepaskan kulumannya dan
menyingkapkan jaritnya yang basah, kulihat Bik Miatun nggak memakai
celana dalam. "Sini Jon..," Bik Miatun mengambil posis duduk, lalu aku
mendekat. "Sini.. masukkan penismu kesini." sambil tangannya menunjuk
bagian selakangannya. Dibimbingnya penisku untuk masuk ke dalam vagina
Bik Miatun. "Terus Jon tarik, dan masukkan lagi ya.." "Iya Bik" kuturuti
permintaan Bik Miatun, lalu aku merasakan seperti pipis, tapi rasanya
nikmat sekali. Setelah itu aku menyandarkan tubuhku pada tembok. "Jon..
gimana, tahu kan rasanya sekarang?" tanya Bik Miatun sambil membetulkan
tali kancingnya. "Iya Bik.."jawabku. Esoknya setiap isi rumah
menjalankan aktivitasnya, aku selalu melakukan adegan ini dengan Bik
Miatun. Saat itu hari Sabtu, kami nggak nyangka kalau Non Kristin pulang
pagi. Saat kami tengah asyik melakukan kuda-kudaan dengan Bik Miatun,
Non Kristin memergoki kami. " Hah? Apa yang kalian lakukan! Kurang ajar!
Awas nanti tak laporkan pada papa dan mama, kalian!" Melihat Non
Kristin kami gugup bingung, "Jangan Non.. ampuni kami Non," rengek Bik
Miatun. "Jangan laporkan kami pada tuan, Non." Akupun juga takut kalau
sampai dipecat, akhirnya kami menangis di depan Non Kristin, mungkin Non
Kristin iba juga melihat rengekan kami berdua. "Iya sudah jangan
diulangi lagi Bik!!" bentak Non Kristin. "Iy.. iya Non," jawab kami
berdua. Esoknya seperti biasa Non Kristin selalu bangun siang kalau
hari minggu, saat itu Bik Miatun juga sedang belanja sedang Pak Beny dan
Istrinya ke Gereja, saat aku meyirami taman, dari belakang kudengar Non
Kristin memanggilku, "Joon!! Cepat sini!!" teriaknya. "Iya Non," akupun
bergegas kebelakang tapi aku tidak menemukan Non Kristin. "Non.. Non
Kristin," panggilku sambil mencari Non Kristin. "Tolong ambilkan handuk
dikamarku! Aku tadi lupa nggak membawa," teriak Non Kristin yang
ternyata berada di dalam kamar mandi. "Iya Non." Akupun pergi
mengambilkan handuk dikamarnya, setelah kuambilkan handuknya "Ini Non
handuknya," kataku sambil menunggu diluar. "Mana cepat.." "Iya Non,
tapi.." "Tapi apa!! Pintunya dikunci.." Aku bingung gimana cara
memberikan handuk ini pada Non Kristin yang ada didalam? Belum sempat
aku berpikir, tiba-tiba kamar mandi terbuka. Aku terkejut hampir tidak
percaya Non Kristin telanjang bulat didepanku. "Mana handuknya," pinta
Non Kristin. "I.. ini Non," kuberikan handuk itu pada Non Kristin. "Kamu
sudah mandi?" tanya Non Kristin sambil mengambil handuk yang kuberikan.
"Be..belum Non." "Kalau belum, ya.. sini sekalian mandi bareng sama
aku," kata Non Kristin. Belum sempat aku terkejut akan ucapan Non
Kristin, tiba-tiba aku sudah berada dalam satu kamar mandi dengan Non
Kristin, aku hanya bengong ketika Non Kristin melucuti kancing bajuku
dan membuka celanaku, aku baru sadar ketika Non Kristin memegang milikku
yang berharga. "Non..," sergahku. "Sudah ikuti saja perintahku, kalau
tidak mau kulaporkan perbuatanmu dengan Bik Miatun pada papa," ancamnya.
Aku nggak bisa berbuat banyak, sebagai lelaki normal tentu perbuatan
Non Kristin mengundang birahiku, sambil tangan Non Kristin bergerilya di
bawah perut, bibirnya mencium bibirku, akupun membalasnya dengan ciuman
yang lembut. Lalu kuciumi buah dada Non Kristin yang singsat dan padat.
Non Kristin mendesah, "Augh.." Kuciumi, lalu aku tertuju pada
selakangan Non Kristin, kulihat bukit kecil diantara paha Non Kristin
yang ditumbuhi bulu-bulu halus, belum begitu lebat aku coba untuk
memegangnya. Non Kristin diam saja, lalu aku arahkan bibirku diantara
selakangan Non Kristin. "Sebentar Jon..," kata Non Kristin, lalu Non
Kristin mengambil posisi duduk dilantai kamar mandi yang memang cukup
luas dengan kaki dilebarkan, ternyata Non Kristin memberi kelaluasaan
padaku untuk terus menciumi vaginanya. Melihat kesempatan itu tak
kusia-siakan, aku langsung melumat vaginanya kumainkan lidahku didalm
vaginanya. "Augh.. Jon.. Jon," erangan Non Kristin, aku merasakan ada
cairan yang mengalir dari dalam vagina Non Kristin. Melihat erangan Non
Kristin kulepaskan ciuman bibirku pada vagina Non Kristin, seperti yang
diajarkan Bik Miatun kumasukkan jemari tanganku pada vagina Non Kristin.
Non Kristin semakin mendesah, "Ugh Jon.. terus Jon..," desah Non
kristin. Lalu kuarahkan penisku pada vagina Non Kristin. Bless.. bless..
Batangku dengan mudah masuk kedalam vagina Non Kristin, ternyata Non
Kristin sudah nggak perawan, kata Bik Miatun seorang dikatakan perawan
kalau pertama kali melakukan hubungan intim dengan lelaki dari vaginanya
mengeluarkan darah, sedang saat kumasukkan penisku ke dalam vagina Non
Kristin tidak kutemukan darah. Kutarik, kumasukkan lagi penisku seperti
yang pernah kulakukan pada Bik Miatun sebelumnya. "Non.. aku.. mau
keluar Non." "Keluarkan saja didalam Jon.." "Aggh.. Non." "Jon.. terus
Jon.." Saat aku sudah mulai mau keluar, kubenamkan seluruh batang
penisku kedalam vagina Non Kristin, lalu gerkkanku semakin cepat dan
cepat. "Ough.. terus.. Jon.." Kulihat Non Kristin menikmati gerakanku
sambil memegangi rambutku, tiba-tiba kurasakan ada cairan hangat
menyemprot ke penisku saat itu juga aku juga merasakan ada yang keluar
dari penisku nikmat rasanya. Kami berdua masih terus berangkulan
keringat tubuh kami bersatu, lalu Non Kristin menciumku. "Terima kasih
Jon kamu hebat," bisik Non Kristin. "Tapi aku takut Non," kataku. "Apa
yang kamu takutkan, aku puas, kamu jangan takut, aku nggak akan bilang
sama papa" kata Non Kristin. Lalu kami mandi bersama-sama dengan tawa
dan gurauan kepuasan. Sejak saat itu setiap hari aku harus melayani dua
wanita, kalau di rumah hanya ada aku dan Bik Miatun, maka aku
melakukannya dengan Bik Miatun. Sedang setiap Minggu aku harus melayani
Non Kristin, bahkan kalau malam hari semua sudah tidur, tak jarang Non
Kristin mencariku di luar rumah tempat aku jaga dan di situ kami
melakukannya. E N D
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar