Selasa, 17 Januari 2012
kakak adik dapat
Setelah permainan cintaku dengan Evi sore itu, kami jadi sering
melakukannya apabila ada kesempatan. Kadang kami bercinta di Kamar Evi
dan kadang di kamarku. Evi yang masih berusia 22 tahun itu bercerita
tentang hilangnya kegadisannya oleh pacarnya ketika masih SMA. Menurut
ceritanya dia dijebak pacarnya untuk minum-minum ketika perayaan
ulangtahunnya yang ke 17. Ketika dia mulai mabuk dia dibawa pacarnya dan
di perkosa di hotel. Tragisnya dia diperkosa secara bergantian oleh 2
orang teman pacarnya saat itu. Paginya setelah sadar dia di antar
pulang dan pacar maupun kedua temannya menghilang entah kemana. Setelah
lulus SMA akhirnya dia memutuskan untuk kuliah di Bali jurusan hotel dan
tourisme. Sejak kuliah di Bali pun dia sudah beberapa kali melakukan
sex dengan beberapa teman kuliah-nya. Hubungan kami pun cuma sebagai
teman, tidak lebih, hubungan kami berdasarkan suka sama suka. Mungkin
karena usia ku yang lebih muda. Hanya saja aku dapat previlege untuk
tubuhnya kapan saja aku mau. Hubunganku dengan Evi pun tidak diketahui
oleh Silvi kakaknya yang sudah bekerja di salah satu hotel di kawasan
Jimbaran. Silvi, tidak kalah cantiknya dengan Evi. Keduanya memiliki
kulit yang putih bersih. Silvi lebih dewasa dalam pembawaan dan enak
juga diajak ngobrol. Karena Silvi juga cantik aku sering bercanda dengan
Evi mengatakan ingin tahu rasanya bila berhubungan dengan Silvi. Evi
kadang tertawa dan kadang marah kalo aku berkata begitu. Walau marah,
Evi akan hilang kemarahannya kalau kucumu lagi. Seperti halnya sore
itu, Ketika aku baru pulang kuliah, kulihat kamar Evi terbuka tetapi
tidak ada orang didalamnya. Karena situasi kost yang sepi akupun masuk
ke kamarnya dan mendengar ada yang sedang mandi dan akupun menutup pintu
kamar Evi. Sudah seminggu lebih aku menginap di Denpasar karena sedang
ujian akhir. Setelah pintu kututup, kupanggil Evi yang ada dikamar
mandi. "Vi, lagi mandi yah? tanyaku basa-basi. Tidak ada jawaban dari
dalam kamar mandi. Akupun melanjutkan. "Kamu marah yah Vi?, Maaf yah
aku gak kasih tahu kamu kalo aku mau nginep di Denpasar. Hari ini aku
mau buat kamu puas Vi. Aku akan cium kamu, bikin kamu puas hari ini. Aku
aka. "Mandi kucing kan kamu Vi mulai dari ujung rambut hingga ujung
kaki." Rayuku. Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. "Vi,
ingat film yang dulu kita tonton kan. Aku akan bikin kamu puas beberapa
kali hari ini sebelum kau rasakan penisku ini Vi. Aku akan cium vaginamu
sampai kau menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan penisku".
Terdengar suara batuk kecil dari dalam kamar mandi. "Vi, kututup
pintu dan gordennya yah Vi". Akupun berbalik dan menutup gorden jendela
yang memang masih terbuka. Ketika gorden kututup, kudengar pintu kamar
mandi terbuka. Akupun tersenyum dan bersorak dalam hati. Setelah aku
menutup gorden akupun berbalik. Dan ternyata, yang ada dalam kamar mandi
itu adalah Silvi, kakak Evi, yang baru saja selesai mandi keluar dengan
menggunakan bathrope berwarna pink dan duduk diatas tempat tidur dengan
kaki bersilang dan terlihat dari belahan bathropenya. Kaki yang putih
terawat, betisnya yang indah terlihat terus hingga ke pahanya yang
putih, kencang dan seksi sangat menantang sekali untuk dielus. Belum
lagi silangan bathrope di dadanya agak kebawah sehingga terlihat dada
putih dan belahan payudaranya. Kukira ukuran Branya sedikit lebih besar
dari Evi, karena aku belum pernah menyentuhnya. "Evi sedang ke Yogya,
dia sedang Praktek kerja selama 2 bulan" Kata Silvi sambil memainkan
tali bathrope-nya. "Jadi selama ini kamu suka make love ya sama Evi,
padahal aku percaya kamu tidak akan begitu sama adikku" "Maaf Mbak, aku
gak tahu kalo yang didalam itu Mbak Silvi" Kataku sambil mataku
memandang wajah Silvi. Rambutnya yang hitam sepundak tergerai basah.
Dada yang putih dengan belahan yang terlihat cukup dalam. Paha yang
putih mulus dan kencang hingga betis yang terawat rapih. Kalau menurutku
Silvi boleh mendapat angka 8 hingga 8,5. "Lalu kalo bukan Mbak
kenapa?, Kamu enggak mau mencium Mbak, buat Mbak puas, memandikucingkan
Mbak seperti yang kamu bilang tadi?" Tanya Silvi memancingku. "Aku sih
mau aja Mbak kalo Mbak kasih" Jawabku langsung tanpa pikir lagi sambil
melangkah ke tempat tidur. Sebab sebagai laki-laki normal aku sudah
tidak kuat menahan nafsuku melihat sesosok wanita cantik yang hampir
pasti telanjang karena baru selesai mandi. Belum lagi pemandangan dada
dan putih mulus yang sangat menggoda. "Kamu sudah lama make love dengan
Evi, Ren?" Tanya Silvi ketika aku duduk di sebelah kirinya. Aku tidak
langsung menjawab, setelah duduk di sebelahnya aku mencium wangi harum
tubuhnya. "Tubuh Mbak harum sekali", kataku sambil mencium lehernya yang
putih dan jenjang. Silvi menggeliat dan mendesah ketika lehernya
kucium, mulutku pun naik dan mencium bibirnya yang mungil dan merah
merekah. Silvi pun membalas ciumanku dengan hangatnya. Perlahan
kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya dan lidah kami pun saling
bersentuhan, hal itu membuat Silvi semakin hangat. Perlajan tangan
kiriku menyelusup ke dalam bath robenya dan meraba payudaranya yang
kenyal. Sambil terus berciuman kuusap dan kupijat lembut kedua
payudaranya bergantian. Payudaranya pun makin mengeras dan putingnyapun
mulai naik. Sesekali kumainkan putingnya dengan tanganku sambil terus
melumat bibirnya. Aku pun mengubah posisiku, kurebahkan tubuh Silvi di
tempat tidur sambil terus melumat bibirnya dan meraba payudaranya.
Setelah tubuh Silvi rebah, perlahan mulutku pun turun ke lehernya dan
tanganku pun menarik tali pengikat bathrope-nya. Setelah talinya
terlepas kubuka bathropenya. Aku berhenti mencium lehernya sebentar
untuk melihat tubuh wanita yang akan kutiduri sebentar lagi, karena aku
belum pernah tubuh Silvi tanpa seutas benang sedikitpun. Sungguh
pemandangan yang indah dan tanpa cela sedikit pun. Payudaranya yang
putih dan tegak menantang berukuran 36 C dengan puting yang sudah naik
sangat menggairahkan. Pinggang yang langsing karena perutnya yang kecil.
Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak rapi, mungkin
Silvi baru saja mencukur rambut kemaluannya. Sungguh pemandangan yang
sangat indah. "Hh" Desah Silvi membuyarkan lamunanku, Aku pun langsung
melanjutkan kegiatanku yang tadi terhenti karena mengagumi keindahan
tubuhnya. Kembali kulumat bibir Silvi sambil tanganku mengelus
payudaranya dan perlahan-lahan turun ke perutnya. Ciumanku pun turun ke
lehernya. Desahan Silvi pun makin terdengar. Perlahan mulutku pun turun
ke payudaranya dan menciumi payudaranya dengan leluasanya. Payudaranya
yang kenyal pun mengeras ketika aku mencium sekeliling payudaranya.
Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke pahanya. Sengaja aku
membelai sekeliling vaginanya dahulu untuk memancing reaksi Silvi.
Ketika tanganku mengelus paha bagian dalamnya, kaki Silvi pun merapat.
Terus kuelus paha Silvi hingga akhirnya perlahan tanganku pun ditarik
oleh Silvi dan diarahkan ke vaginanya. "Elus dong Ren, Biar Mbak
ngerasa enak Ren" Ucapnya sambil mendesah. Bibir vagina Silvi sudah
basah ketika kesentuh. Kugesekan jariku sepanjang bibir kemaluan Silvi,
dan Silvi pun mendesah. Tangannya meremas kepalaku yang masih berada di
payudaranya. "Ahh, terus Ren", Pinggulnya makin bergyang hebat sejalan
dengan rabaan tanganku yang makin cepat. Jari-jariku kumasukkan kedalam
lubang vaginanya yang semakn basah. "Ohh Ren enak sekali Ren", desah
Silvi makin hebat dan goyangan pinggulnya makin cepat. Jariku pun
semakin leluasa bermain dalam lorong sempit vagina Silvi. Kucoba masukan
kedua jariku dan desahan serta goyangan Silvi makin hebat membuatku
semakin terangsang. "Ahh Ren", Silvi pun merapatkan kedua kakinya
sehingga tanganku terjepit di dalam lipatan pahanya dan jariku masih
terus mengobok-obok vaginanya Silvi yang sempit dan basah. Remasan
tangan Silvi di kepalaku semakin kencang, Silvi seperti sedang menikmati
puncak kenikmatannya. Setelah berlangsung cukup lama Silvi pun melenguh
panjang jepitan tangan dan kakinya pun mengendur. Kesempatan ini
langsung kupergunakan secepat mungkin untuk melepas kaos dan celana
jeansku. Penisku sudah tegang sekali dan terasa tidak nyaman karena
masih tertekan oleh celana jeansku. Setelah aku tinggal mengunakan CD
saja kuubah posisi tidur Silvi. Semula seluruh badan Silvi ada di atas
tempat tidur, Sekarang kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di
atas tempat tidur, sedangkan kakinya menjuntai ke bawah. Dengan posisi
ini aku bisa melihat vagina Silvi yang merah dan indah. Kuusap sesekali
vaginannya, masih terasa basah. Akupun mulai menciumi vaginanya. Terasa
lengket tapi harum sekali. Kukira Silvi selalu menjaga bagian
kewanitaannya ini dengan teratur sekali. "Ahh Ren, enak Ren", racau
Silvi. Pinggulnya bergoyang seiring jilatan lidahku di sepanjang
vaginanya. Vagina merahnya semakin basah oleh lendir vaginanya yang
harum dan jilatanku. Desahan Silvi pun makin hebat ketika kumasukkan
lidahku kedalam bibit lubang vaginanya. Evi pun menggelinjang hebat.
"Terus Ren", desahnya. Tanganku yang sedang meremas pantatnya yang padat
ditariknya ke payudara. Tnagnku pun bergerak meremas-remas payudaranya
yang kenyal. Sementara lidahku terus menerus menjilati vaginanya.
Kakinya menjepit kepalaku dan pinggulnya oun bergerak tidak beraturan.
Sepuluh menit hal ini berlangsung dan Silvi pun menalami orgasme yang
kedua. "Ahh Ren, aku keluar Ren", aku pun merasakan cairan hangat yang
keluar dari vaginanya. Cairan itu pun kujilat dan kuhabiskan dan
kusimpan dalam mulutku dan secepatnya kucium bibir Silvi yang sedang
terbuka agar dia merasakan cairannya sendiri. Lama kami berciuman, dan
perlahan posisi penisku sudah berada tepat didepan vaginanya. Sambil
terus menciumnya kugesekkan ujung penisku yang mencuat keluar CD ku ke
bibir vaginanya. Tangan Silvi yang semula berada disamping bergerak ke
arah penisku dan menariknya. Tangannya mengocok penisku perlahan-lahan.
"Besar juga punya kamu Ren, panjang lagi" Ucap Silvi di sela-sela
ciuman kami. Sambil masih berciuman aku melepaskan CDku sehingga tangan
Silvi bisa leluasa mengocok penisku. Setelah lima menit akupun menepis
tangan Silvi dan menggesekkan penisku dengan bibir vaginanya. Posisi ini
lebih enak dibandingkan dikocok. Perlahan aku mulai mengarahkan
penisku kedalam vaginanya. Ketika penisku mulai masuk, badan Silvi pun
sedikit terangkat. Terasa basah sekali tetapi nikmat. Lobang vaginanya
lebih sempit dibandingkan Evi, atau mungkin karena lubang vaginanya
belum terbiasa dengan penisku. "Ahh Rensha.. Begitu sayang, enak sekali
sayang" Racaunya ketika penisku bergerak maju mundur. Pinggul Silvi pun
semakin liar bergoyang mengimbangi gerakanku. Akupun terus menciumi
bagian belakang lehernya. "Ahh.." desahnya semakin menjadi. Akupun
semakin bernafsu untuk terus memompanya. Semakin cepat gerakanku semakin
cepat pula goyangan pinggul Silvi. Kaki Silvi yang menjuntai ke bawah
pun bergerak melingkari pinggangku. Akupun mengubah posisiku sehingga
seluruh badan kami ada di atas tempat tidur. Setelah seluruh badan ada
diatas tempat tidur, akupun menjatuhkan dadaku diatas payudara besar dan
kenyalnya. Tanganku pun bergerak ke belakang pinggulnya dan meremas
pantatnya yang padat. Goyangan Silvi pun semakin menjadi-jadi oleh
remasan tanganku di pantatnya. Sedangkan pinggulku pun terus menerus
bergerak maju mundur dengan cepat dan goyangan pinggul Silvi yang
semakin liar. "Ren.. Kamu hebat Ren.. Terus Ren.. Penis kamu besar
keras dan panjang Ren.. Terus Ren.. Goyang lebih cepat lagi Ren.."
begitu racau Silvi di sela kenikmatannya. Aku pun semakin cepat
menggerakkan pinggulku. Vagina Slvi memang lebih enak dari Evi adiknya.
Lebih sempit sehingga penisku sangat menikmati berada di dalam
vaginanya. Goyangan Silvi yang makin liar, desahan yang tidak beraturan
membuatku semakin bernafsu dan mempercepat gerakanku. "Mbak aku mau
keluar Mbak" Kataku. "Di dalam aja Ren biar enak" desah Silvi sambil
tangannya memegang pantatku seolah dia tidak mau penisku keluar dari
vaginanya sedikitpun. "Ahh" Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku
kedalam lubang rahimnya. Tangan Silvi menekan pantatku sambil
pinggulnya mendorong keatas, seolah dia masih ingin melanjutkan lagi,
matanya pun terpejam. Aku pun mencium bibir Silvi. Dengan posisi badanku
masih diatasnya dan penisku masih dalam vaginanya. Mata Silvi terbuka,
dia membalas ciuman bibirku hingga cukup lama. Badannya basah oleh
keringatnya dan juga keringatku. "Kamu hebat Ren, aku belum pernah
sepuas ini sebelumnya" Kata Silvi. "Mbak juga hebat, vagina Mbak sempit,
legit dan harum lagi." Ucapku. "Memang vagina Evi enggak" senyumnya
sambil menggoyangkan pinggulnya. "Sedikit lebih sempit Mbak punya
dibanding Evi" jawabku sambil menggerakkan penisku yang masih menancap
di dalamnya. Tampaknya Silvi masih ingin melanjutkan lagi pikirku.
"Penis kamu masih keras Ren?" tanya Silvi sambil memutar pinggulnya.
"Masih, Mbak masih mau lagi?" tanyaku "Mau tapi Mbak diatas ya" Kata
Silvi. "Cabut dulu Ren" Setelah dicabut, mulut Silvi pun bergerak dan
mencium penisku, Silvi mengulum penisku terlebih dahulu sambil
memberikan vaginanya padaku. Kembali terjadi pemanasan dengan posisi 69.
Desahan-desahan Silvi, vagina Silvi yang harum membuatku melupakan Evi
sementara waktu. Hari itu sejak pukul lima sore hingga esok paginya aku
bercinta dengan Silvi, entah berapa kali kami orgasme. Dan itu pun
berlangsung hampir setiap malam selama Evi belum kembali dari Praktek
Kerjanya di yogya selama 2 bulan lebih. Kupikir mumpung Evi tidak ada
kucumbu saja kakaknya dulu. ***** Mohon kepada para pembaca meluangkan
waktu untuk memberi penilaian terhadap cerita ini. Terima kasih E N D
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar