Selasa, 17 Januari 2012
diperkosa mandor dan kuli
Tomi diangkat oleh perusahaan sebagai seorang mandor karena dia
memiliki latar belakang kehidupan yang keras, memang dia adalah seorang
preman disebuah kawasan yang rawan kriminal di Bandung. Dengan harapan
kedudukan Tomi sebagai mandor buruh, maka para buruh akan segan dan
takut terhadap perusahaan. Saat ini ada seorang mahasiswi yang kebetulan
sedang tugas magang di pabrik itu namanya Ani, usianya masih 19 tahun
dan dia adalah seorang mahasisiwi Fakultas Teknik Industri pada sebuah
perguruan tinggi negeri yang terkenal di kota Bandung. Ani cukup lincah
dalam bekerja. Gadis cantik itu pintar dan rajin dalam melakukan
tugas-tugasnya. Dia memiliki wajah yang imut-imut dan cantik sekali
seperti mojang-mojang Bandung umumnya yang memiliki kulit putih bersih.
Selama bekerja magang di pabrik itu, Tomi sering memperhatikan Ani.
Potongan tubuhnya sintal padat proporsional dengan tinggi tubuhnya yang
sekitar 160-an cukup membuat Tomi tertarik perhatiannya kepada Ani.
Penampilan Ani memang lain dibandingkan dengan gadis-gadis lainnya. Ani
lebih senang menggunakan celana jeans dan baju yang ketat seperti
umumnya penampilan seorang mahasiswi sehingga lekuk-lekuk tubuhnya
terlihat jelas. Hal itulah yang membuat para lelaki dipabrik itu sering
memandangi kemolekan tubuh Ani. Begitu pun dengan Tomi yang selalu
mencuri-curi pandang melihat keindahan dan kemolekan tubuh Ani. Hal ini
tidak disadari oleh Ani karena dia lebih serius untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya selama magang di pabrik itu. Sesekali Tomi menyempatkan
diri untuk memasang muka ramah dan bercakap-cakap dengan Ani hanya
sekedar menukmati kecantikan wajah gadis tersebut. Padahal dengan
karyawati atau buruh wanita yang lainnya boro-boro dia memasang muka
ramah yang ada selalu tampang sangar yang diperlihatkannya dan
ucapan-ucapan yang jauh dari keramahan. Singkat kata Tomi telah jatuh
hati berat kepada Ani, mahasiswi cantik itu. Pada suatu hari menjelang
berakhirnya masa kerja magang Ani di pabrik itu, Tomi memberanikan diri
untuk mengutarakan isi hatinya. Sore hari itu ditemuinya Ani disebuah
kantin di pabrik itu, dengan rasa percaya diri dan nekat dia utarakan
keinginannya untk menjadi pacar serta pendamping hidup Ani. Namun, pada
akhirnya keadaan berubah dan merupakan titik balik perasaan Tomi, dari
rasa cintanya kepada Ani berubah 180 derajat menjadi benci. Cinta Tomi
ditolak mentah-mentah oleh Ani. Dengan alasan selain perbedaan agama,
usia yang terpaut jauh dimana Tomi saat ini telah berusia 38 tahun
sedangkan Ani baru 19 tahun selain itu juga terdapat beberapa sifat
Tomi yang tidak cocok dengan Ani. Seperti diketahui latar belakang Tomi
adalah seorang preman, pemabok dan penjudi. Sejak itu hati Tomi menjadi
panas, kesal dan marah atas jawaban dari Ani. Didalam hatinya
tiba-tiba muncul rasa dendam terhadap Ani. Dan diapun merencanakan akan
berbuat sesuatu terhadap Ani, “Hmmm… tunggu tanggal mainnya gadis
sombong… puih !!!” batinnya. Seminggu kemudian, pada sebuah Malam
disebuah lorong yang gelap tampak sekelompok orang berjalan
mengendap-endap. Mereka ada Tomi berserta beberapa anggota kelompok
premannya. Mereka adalah Asep, Ujang, Cecep dan Afung, tampang-tampang
mereka lusuh-lusuh dan kumal-kumal, tampang khas para preman. “Sstt…
sebentar lagi dia lewat kesini”, bisik Tomi kepada kawan-kawannya. “Ok…
kita tunggu aja boss…”, balas Ujang. “Boss… gue udah engga tahan nihh…
udah pingin nyodok tuh cewek”, bisik Afung. “Sstt… sabar… boy… sabarr…
semua pasti dapat tanda tangan… hihihi…”, balas Tomi. “Pokoknya gue
duluan yang kasih pelajaran tuh cewek…”, lanjut Tomi. Malam itu mereka
memang tengah menghadang Ani pada suatu tempat didekat tempat kost Ani.
Tempat penghadangan itu memang sepi dan hanya terdapat beberapa rumah
kosong saja dan sebuah lapangan luas yang mengelilingi rumah kost Ani.
Sehingga Tomi dan kawan-kawannya merasa cocok dengan tempat itu sebagai
lokasi penghadangan. Ani memang lebih memilih untuk tinggal disebuah
rumah kost yang sepi, agar supaya dia bisa lebih serius dalam belajar.
Seminggu lamanya sejak Ani tidak lagi magang di pabrik itu, Tomi
menyibukkan diri dengan mencari data-data diri Ani serta mengamati
kegiatan-kegiatan Ani sehari-hari. Termasuk membuntutinya pulang-pergi
dari kost-kostannya menuju kekampus sehingga dia tahu betul kegiatan
serta route-route pulang-pergi Ani. Hingga akhirnya dipilihlah tempat
itu sebagai tempat yang ideal dalam menghadang korbannya. “Nah ini
dia…”, ujar Tomi sambil menunjuk kesebuah bayangan yang mendekat kearah
mereka berkumpul. “Tak salah lagi, tepat pukul 7 malam pasti tuh cewek
lewat sini” lanjut Tomi sambil tersenyum melihat sasarannya mendekat.
Tapi sejenak Tomi agak bimbang karena bayangan yang mendekat itu
ternyata ada dua sosok. Tetapi setelah diamati secara mendalam ternyata
kedua-duanya adalah sosok bayangan wanita dan diyakini salah satu
bayangan itu adalah Ani dan satu lagi juga sosok wanita. Maka tanpa
keraguan lagi dia pun mulai memutuskan untuk menjalankan operasi
penyergapan itu. “Ah itu dia pengantin wanitaku…”, gumam Tomi. “Ok…jalan
kan tugas masing-masing ! awas jangan sampai luput…”, perintah Tomi
kepada teman-temannya. “Ada dua boss, yang satunya gimana nih ?”, tanya
Asep. “Ah sikat aja…”, jawab Tomi. Tanpa dikomando lagi Asep, Cecep dan
Afung bergerak menuju kearah gadis itu berjalan. Merekapun menghadang
Ani beserta temannya, Anipun nampak kebingungan mendapati dirinya
dihampiri oleh empat lelaki yang tidak dikenalnya. Tomi hanya mengamati
dari jarak sekitar 10 meter, suasanya hening sejenak. Dari tempat Tomi
berdiri sayup-sayup terdengan pembicaraan serius diantara Asep dan
Ani. Beberapa detik kemudian suasana berubah, secepat kilat Ani
diringkus oleh Cecep dan Afung yang memiliki tubuh tegap. Sedangkan
temannya diringkus oleh Asep dan Ujang. Ani serta temannya mencoba
melawan dan meronta-ronta akan tetapi beberapa pukulan dilayangkan oleh
Cecep dan Afung dan akhirnya Anipun pingsan. Setelah itu tubuh tak
berdaya itu dibopong oleh Cecep. Sementara itu teman Ani yang juga
meronta ronta dibekap dan dipukuli oleh Ujang hingga akhirnya tak
sadarkan diri pula. Lantas tubuhnya digendong oleh Asep. “Beres
semuanya boss…”, ujar Asep kepada Tomi yang kemudian keluar dari
persembunyiannya. “Good… good…, ayo lekas kita bawa ke rumah kosong
itu”, perintah Tomi. Penghadanganpun berjalan dengan sukses, sasaran
telah dilumpuhkan dan kini siap “diproses”. Didalam rumah kosong itu
tubuh Ani dan temannya dibaringkan disebuah dipan kayu. Kedua tangannya
Ani diikat kebelakang. Setelah lampu diruangan itu dinyalakan, kelima
orang yang telah dirasuki nafsu itupun menggunam terkagum-kagum melihat
kecantikan dan kemolekan tubuh Ani yang tengah tergolek pingsan. Dia
menggunakan kaos lengan panjang serta jeans birunya yang kesemuanya
berukuran ketat sehingga kemolekan tubuhnya terlihat jelas. Ternyata
Tomi mengenali sosok wanita satunya yang juga ikut dilumpuhkan tadi.
“Ah gue inget ini kan si Dina, temannya Ani… wah… wah… sial sekali
nasibnya”, ujar Tomi. Dina memang teman akrab Ani, usianya lebih muda
dari Ani yaitu 16 tahun, dan masih duduk dibangku kelas 2 SMU. Dina
adalah keponakan dari pemilik kost dimana Ani tinggal. Dina juga
memiliki wajah yang manis, tubuhnya mungil namun padat. “OK jatah gue si
Ani… ini pengantin gue, yang satunya boleh elo sikat”, balas Tomi. “Ok
sekarang elu-elu pada nyingkir deh, silahkan elo bikin pesat sendiri
sama si Dina itu, dan jangan ganggu malam pengantin gue, OK!”, ujar
Tomi kepada teman-temannya. “Sip boss… kita bikin pesta sendiri”, ujar
Asep. Dan menyingkarlah ke-4 teman-teman Tomi sambil membopong Dina.
“Hmmm… sayangku… mari kita nikmati malam pengantin kita sayang…”, bisik
Tomi kepada Ani yang tengah pingsan. Dengan senyum kemenangan Tomi
memandangi gadis itu yang tengah tergeletak di sebuah dipan kayu.
“Akhirnya aku dapatkan kau…” ujarnya dalam hati. Kedua tangannya
bergerak meraba Payudara gadis itu. Mulanya pelan-pelan hingga lama
kelamaan semakin keras, bahkan kini kedua tangannya dengan ganas
meremas-remas payudara Ani yang kalau terlentang terlihat membukit.
Setelah puas meremas-remas payudara Ani, kini Tomi mengeluarkan pisau
lipatnya yang memang selalu dibawanya kemana-mana sebagai senjata.
Dengan kasarnya kemudian Tomi merobek-robek baju kaos lengan panjang
Ani, hingga tinggal bh putihnya saja yang menutupi kedua payudaranya.
Namun akhirnya diputuskannya tali bh itu dan dicampakannya bh itu
kelantai sehingga kini terlihatlah kedua gundukan indah payudara Ani.
Setelah itu serta merta dengan bernafsu dikulumnya dan dijilat-jilatnya
kedua payudara itu dengan sesekali digigit-gigitnya kedua puting
payudara itu. Puas dengan bagian payudara kini Tomi melepas celana jeans
yang dikenakan Ani, sreett… sekali tarik terlihatlah bagian bawah dari
Ani dengan celana dalamnya yang berwarna putih. Kedua mata Tomi
kembali terbelalak melihat pemandangan indah itu, diusap-usapnya kedua
paha putih Ani juga gundukan dipangkal pahanya itu. Sedang asyik
asyiknya mengusap-usap gundukan kemaluan Ani, tiba-tiba terdengar suara
kegaduhan dari ruang sebelah. Tomipun menghentikan aktifitasnya lalu
bangkit seraya berlari mendekati arah suara itu. Sesampainya disuatu
ruangan asal muasal suara itu, matanya kembali terbelalak melihat
pemandangan erotis yang tengah terjadi diruangan itu. Jantungnya
berdetak keras, birahinya memuncak melihat pemandangan diruangan itu.
Diruangan itulah Tomi melihat Dina yang rupanya telah sadar tengah
“dibantai” oleh Asep, Ujang, Afung dan Cecep. Tubuh Dina yang dengan
posisi merangkak nampak tengah disodomi dari belakang oleh Asep yang
memiliki badan yang jauh lebih besar daripada Dina. Asep dengan sangat
keras dan kasarnya mengocok-ngocok batang kemaluannya didalam lobang
anus Dina. Mula-mula Dina meraung-raung ampun-ampunan karena kesakitan,
namun teriakan-teriakannya tidak berlangsung lama karena kemudian
dimulut Dina telah tertanam batang kemaluan Ujang. Ujang memposisikan
dirinya didepan Dina, setelah berhasil menyumpalkan batang kemaluannya
didalam mulut Dina kemudian dengan tangan kirinya yang memegang kepala
Dina dia paksa kepala Dina untuk bergerak maju mundur. Ujang dan Asep
nampak sangat menikmati keadaan itu, mereka mendesah-desah merasakan
nikmatnya bagin-bagian tubuh Dina itu. Tak berapa lama kemudian
merekapun berejakulasi. Asep menyemburkan spermanya didalam lubang anus
Dina dan sejenak kemudian Ujang memuntahkan cairan spermanya didalam
mulut Dina. Nampak Dina megap-megap dibuatnya di saat harus menelan
cairan sperma Ujang yang cukup banyak. Setelah itu kedua orang tadi
menyingkir dan posisinya digantikan oleh Cecep. Cecep ini baru berusia
23 tahun, namun perawakannya besar dan tinggi, batang kemaluannyapun
nampak telah mengacung membesar dan siap menelan mangsa. Kini Cecep
bersiap-siap menyetubuhi Dina, direntangkannya tubuh Dina yang
kepayahan itu dan langsung ditindihnya. “Oouugghhh…”, Dina melengking
disaat kemaluan Cecep yang besar itu melesak kedalam liang vaginanya.
Pemandangan ini sudah cukup untuk membangkitkan birahi Tomi diapun
berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Dina itu dan kembali
menghampiri Ani pasangannya. Tiba-tiba Ani terbangun dan membuka mata.
Ani kaget mendapati kedua tangannya terikat dan keadaan tubuhnya hanya
tinggal celana dalam. Dan lebih kaget lagi ketika dihadapannya melihat
Tomi tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan dirinya yang tak berdaya.
“Rasain deh lu, makanya jadi cewek jangan sombong. Jadi terpaksa elu gua
kerjain deh?” Tomi berbicara. “Kepaksa, malam ini elo harus bisa
memuaskan gue, kekasih elo” lanjutnya. Ani semakin takut karena dia
tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, badannya mulai gentar, mukanya
memucat. Air matanya mulai meleleh seiring dengan kata-kata ampunan
yang keluar dari bibirnya. “Pak Tomi… ampun pak… jangan sakiti aku…”,
pintanya sambil terisak-isak. Permohonannya ini nampaknya semakin
membuat Tomi terangsang. Satu persatu dilepaskannya baju dan celananya
hingga akhirnya telanjang bulat. Badan Tomi nampak gemuk dengan perut
yang membuncit, beberapa gambar tatto nampak menghiasi tubuhnya.
Kemaluannya nampak telah menegang keras, ukuran juga besar dengan
ujungnya yang telah basah. Ani semakin merintih-rintih ketakutan, dia
pejamkan matanya sambil terus menangis. Dia sadar akan diperkosa. Tomi
kemudian bergerak mendekati Ani dan meraih kepala Ani. Belum sempat
berteriak, mulut Ani tiba-tiba dijejali dengan batang kemaluannya yang
sudah menegang dan membuat gadis itu tersedak. Ani berusaha terus
menutup mulutnya namun setelah jempol dan jari telunjuk Tomi menutup
lobang hidung Ani, diapun membuka mulutnya sebagai reaksi karena
kekurangan oksigen. Langsung mendapat kesempatan itu dihujamkannya
batang kemaluannya kedalam mulut Ani. Dia tak bisa berbuat apa-apa
karena Tomi memegang kepala gadis itu. Rasa mual membuat Ani hampir
muntah dan berusaha melepaskan kemaluan Tomi di mulutnya. Tomi
gerak-gerakkan batang kemluannya di mulut gadis itu, maju-mundur dan
diputar-putar didalam rongga mulut Ani. Selama sepuluh menit Tomi
menjejali mulut gadis itu dengan batang kemaluannya. Puas dengan itu
kemudian Tomi mengeluarkan kemaluannya dari mulut gadis itu. Ani
langsung mencoba berteriak tapi Tomi cepat-cepat membekap mulutnya dan
berkata, “Diem lu, jangan berteriak atau gue bunuh kamu?”, sambil
menempelkan pisau lipatnya. Ani terdiam karena takut ancaman itu. Dan
hanya bisa menangis sampai gadis itu kelelahan dan lemas. Setelah
sejenak menikmati wajah Ani, kini Tomi menurunkan celana dalam putih Ani
dan melemparkannya ke lantai, Anipun hanya bisa pasrah tanpa
perlawanan. “Gile, memek elo bagus banget… waw indah sekali…?” bisik
Tomi kepada Ani. Memang gadis seusia Ani memiliki kemaluan yang indah,
masih perawan, bulu-bulunyapun tipis dan halus-halus tumbuh rapih
berjajar disekitar lobang vaginanya. Kedua tangan Tomi kembali
meremas-remas payudara gadis itu. Ani menjerit-jerit ketika Tomi
memijat-mijat putting susunya. Kembali Ani berteriak lagi, kembali pula
Tomi ancam Ani “Lu bisa diem ngga…!?”. “Sekarang, Lu harus nyobain
kontol gue ini…pasti nikmat.?” Tomi berkata. “Kita jadikan malam ini
sebagai malam pengantin kita, hahaha…”, sambungnya. “Jangaaan pak…
oouuhh… jangaaan, …ampuunn pakk… ? Ani memelas. Tapi Tomi tak peduli
dengan ucapan gadis itu. Diapun jongkok didepan Ani, dia angkat pahanya
dan melebarkannya. Kepala Tomi menunduk memperhatikan kemaluannya Ani
yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Kepalanya bergerak dan mulutnya mulai
menjilati kemaluan gadis itu. Mendapatkan perlakuan itu badan Ani
langsung menggeliat-geliat suaranya terengah-engah merasakan
kemaluannya kegelian karena dijilati. Hanya suara erangan gadis itu
saja yang terdengar, “Ehhmmhh… engghh… ouuhhh… oohh… dst”. Sementara
mulut Tomi terus menjilati kemaluan Ani, tangannya bergerak ke atas dan
memijat-mijat payudara Ani serta mempermainkan putting susu gadis
itu.. Ani menggeliat antara sakit, geli dan takut. Tiba-tiba Ani
mengangkat pinggulnya dan mendesah lemah. Rupanya Gadis itu telah
orgasme. Dari vagina gadis itu keluar cairan. Ketika melihat bibir
vagina gadis itu telah basah, cepat-cepat Tomi mengarahkan kontolnya
yang sudah menegang dan mendekatkannya ke bibir vagina gadis itu.
Sambil memegang pinggul gadis itu, Tomi melesakkan batang kemaluannya.
Dan…”Aahhh… sssakittt… oouughhh… a.. ammpunn… pak.. oouhhh…”, Ani
merintih tajam tubuhnya menegang kaku menahan rasa sakit dipangkal
pahanya. Walaupun dengan susah payah akhirnya Tomi berhasil menanamkan
batang kemaluannya masuk amblas ke dalam lubang kemaluan Ani. Ani
menjerit kesakitan, badannya meregang kesakitan. Sejenak Tomi merasakan
kenikmatan hangatnya lobang kemaluan Ani dan merasakan denyut-denyut
dinding kemaluan Ani serasa memijat-mijat batang kemaluannya. Akhirnya
Tomipun mulai mengerakkan kemaluannya maju mundur. Tangannya memegang
pundak gadis itu sedang mulutnya menciumi bibir dan pipi Gadis itu. Ani
mendesah-desah dan mengerang-erang membuat Tomi semakin bergairah dan
mempercepat gerakan memaju-mundurkan kemaluannya itu. “Oohh… oouufffh…
ooouuh… aahh… dst”, Ani mengerang-ngerang. Tubuh keduanya telah
dibanjiri oleh peluh seolah-olah mereka sedang mandi. Puas dengan posisi
itu kini Tomi mencabut kemaluannya dan membalikkan tubuh Ani. Dan
memposisikan tubuh telanjang gadis itu seperti Anjing. Dari arah
belakang kembali Tomi menghujamkan kontolnya yang kini ke dalam liang
dubur gadis itu. “Aaakhhh…!!!”, Ani kembali memekik kesakitan, badannya
kembali mengejang keras menahan sakit yang teramat sangat ketika liang
anusnya dibobol oleh kemaluan Tomi. Setelah tertanam, Tomi kembali
memompa dengan gerakan yang semakin cepat. Kedua tangan Tomi yang besar
semakin kasar meremas-remas susu gadis itu. Ani semakin
mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Tomi tak peduli. Terus saja Tomi maju
mundurkan pinggulnya dengan cepat. Sadar dirinya akan mencapai
klimaks, Tomi mencabut batang kemaluannya dari lobang dubur Ani.
Setelah itu dihempaskannya tubuh Ani hingga kembali terlentang. Kembali
Tomi menancapkan batang kemaluannya didalam liang vagina Ani yang
telah dibasahi oleh cairan kewanitaannya yang bercampur darah
perawannya. Bless…batang kemaluan Tomi menghujam masuk tanpa kesulitan,
kembali digenjotnya tubuh Ani dengan cepat dan kasar, sampai-sampai
dada Tomi menghantam-hantam wajah Ani yang meringis-ringis kesakitan.
Kini Tomi menggoyang tubuh Ani dengan hebat hingga tubuh Ani
terbanting-banting disodok oleh Tomi. Sampai akhirnya saat yang
ditunggu-tunggu oleh Tomi, kini tubuh Tomi mengejang, wajahnya
menyeringai menengadah keatas, otot-ototnya mengeras dan akhirnya dia
menyemprotkan spermanya di vagina gadis itu, Croottt… crrottt… crrottt…
jumlahnya banyak sekali. “Oogghhh… ahh…”, Tomi memekik puas sambil
terus menyemprotkan spermanya memenuhi rongga vagina Ani sambil kedua
tangannya mencengkram erat pinggul Ani. Anipun tiba-tiba mendesah
panjang… “ooouuuuhhgggg…”, sambil menerima tumpahan sperma Tomi yang
melimpah ruah itu hingga meluber keluar dari sisi-sisi rongga
kemaluannya badannyapun mengejang dan bergetar, sepertinya diapun
mengalami ejakulasi sesuatu yang baru dialaminya seumur hidup. Beberapa
detik kemudian setelah sama-sama mengalami orgasme tubuh kedua insan
itupun melemas, tubuh Tomi jatuh menindih tubuh Ani. Kini hanya suara
nafas kedua insan itu yang saling memburu menghiasi akhir dari
pergumulan itu. Setelah diam selama 15 menit, Tomi kemudian bangkit dari
atas tubuh Ani serta melepaskan kontolnya, “Ooohhh…”, Ani mendesah
panjang disaat Tomi mencabut batang kemaluannya yang beberapa menit
lamanya mengisi rongga kemaluannya. “Sayang… gimana rasanya ? enak kan
?”, tanya Tomi kepada Ani. Anipun diam seribu bahasa dan memalingkan
wajahnya dari pandangan Tomi. “Ayo sini sayang ada lagi tugas buat
kamu…”, ujar Tomi serta meraih dan mengangkat kepala gadis itu untuk
kemudian memaksa Ani menjilati batang kemaluan Tomi yang masih basah
oleh sperma dan darah. Anehnya Ani hanya pasrah dan menuruti saja
perintah Tomi tadi secara perlahan-lahan diraihnya betang kemaluan Tomi
yang kembali menegang itu dan kemudian dijilat-jilat serta dikulumnya
batang kemaluan Tomi bak makan permen sampai bersih. Setelah selesai
dan merasa puas, Tomi bangkit dan membiarkan tubuh Ani yang telanjang
itu terjatuh lemas. Tomi bergerak mendekati Ani yang masih lemah dan
membisikkan kata-kata mesra di telinganya ” Kamu hebat sayang… aku cinta
sama kamu”. Karena dilihat Ani terkulai lemas dan sepertinya tertidur
karena kecapaian, maka Tomi memutuskan untuk meninggalkannya dulu. Tomi
ingin melihat kegiatan di ruangan lain dimana tadi terjadi pembantaian
itu. Sesampainya dirungan yang ditujunya mata Tomi terbelalak ketika
melihat pemandangan yang ada diruangan itu. Teman-temannya nampak tidur
tiduran sambil melepas lelah setelah membantai Dina yang tubuh
telanjang Dina nampak tergeletak dengan posisi telentang dilantai,
kedua kakinya mengangkang lebar dengan lutut tertekuk. Setelah diamati
dari dekat oleh Tomi ternyata kondisi Dina sangat mengenaskan dia telah
diperkosa secara buat oleh teman-temannya, mulutnya dipenuhi oleh
cairan sperma yang mengental sampai meluber disekitar mulut dan
pipinya. Rupanya oleh teman-temannya Tomi Dina dipaksa melakukan oral
sex dan mereka telah menumpahkan spermanya didalam mulut Dina. Matanya
nampak sayu serta nafasnya terdengar pelan terengah-engah. Kuturunkan
tatapan mataku keseputar payudaranya yang berukuran tidak begitu besar,
disitu terdapat banyak bekas-bekas gigitan dan salah satu putingnya
nampak berdarah, disitu juga terdapat tumpahan sperma yang telah
mengering. Dan akhirnya kutatap kemaluan gadis itu, kondisinya rusak
parah, kemaluannya sudah memerah dan membengkak, banyak ceceran darah
dan sperma didaerah itu. Tomi menggeleng-gelangkan kepalanya melihat
kondisi Dina. Tiba-tiba Asep bangkit dia menyalakan rokoknya dan
kemudian menyelipkannya dibibir kemaluan Dina. Tomi dan Aseppun tertawa
terbahak-bahak, “Kasihan dia sudah bekerja keras memuasin kita-kita
orang ini, aku kasih dia rokoklah”, ujar Asep. “Eh sebentar gwe mau
kencing dulu”, ujar Asep berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Dina
sambil mengakhiri tawanya. Diruangan itu pula Tomi bergerak kearah
tumpukan pakaian Dina yang berserakan dilantai, dia rupanya tertarik
dengan tas punggung Dina. Dengan rasa penasaran dia buka-buka isi tas
Dina, membaca buku hariannya, membuka-buka dompet Dina, memerika ponsel
milik Dina, kurang lebih 5 menit lamanya dia buka-buka itu semua.
Sedang asyik-asyiknya dia membuka-buka buku Dina, tiba-tiba dia
dikejutkan dengan teriakan diruangan samping. Serta merta dia berlari
menuju kearah situ. Kembali mata Tomi terbelalak serta
menggeleng-gelengkan kepalanya tatkala melihat Asep ternyata tengah
asyik menyetubuhi Ani. “Sss… sorry.. b.. boss.. gwe kagak tahan… lihat
cewek cantik ini…”, ujar Asep sambil terus memompakan kemaluannya
didalam kemaluan Ani. “Oouuhhh… aaahhh… jj… jangann… kasar… kassarr…
oohh… oohh…”, Ani kembali merintih-rintih sambil tubuhnya
terhempas-hempas sebagai akibat sodokan-sodokan keras Asep. “D.. diem…
luh… rasain… aja.. kontol gue… inii… aakkhh… akhh.. fuck ! ohh…
fuck…!!”, ujar Asep sambil terus menggenjot tubuh Ani. “Akhh… oouhhh…
oh… a.. ampunn… oohh…”, Ani merintih-rintih dengan tubuh yang
terhempas-hempas wajahnya meringis menahan rasa ngilu
diselangkangannya. Sepuluh menit lamanya tubuh Ani disetubuhi oleh Asep,
hingga akhirnya Asep memuntahkan spermanya di lubang kemaluan Ani.
Asep terlihat sangat puas sekali dan diapun kemudian menjatuhkan dirinya
disisi Ani yang kembali tubuhnya melemas. Waktu sudah menunjukkan
pukul 12 malam saat mereka tersadar akan waktu yang semakin mepet,
tidak terasa sekian lamanya mereka mengerjain kedua gadis itu serasa
waktu berlalu cepat. Tiba-tiba birahi Tomi bangkit kembali, didekatinya
kembali tubuh Ani yang tertidur kerena kecapaian itu dan
dibangunkannya Ani dari tidurnya. “Hoeii bangunnn…”, bentak Tomi kepada
Ani. “Oohhh…”, Anipun terbangun. “Sayangku… layanin aku lagi ya…”, bisik
Tomi dengan tersenyum. “Pedangku udah bangkit lagi nih…gara-gara kamu
sih yang menggairahkan sekali…”, lanjutnya. Mimik wajah Anipun berubah
menjadi cemas, matanya mulai berkaca-kaca. “Pak.. Tomi… Ani udah engga
kuat pak… rasanya sakittt… sekali… jangann… pak.. tolong…”, ujar Ani
dengan suara yang lirih. “Peduli setan “, balas Tomi seraya memposisikan
dirinya diatas tubuh Ani. “ooohhh… oohh…”, Ani mendesah panjang
tatkala Tomi menanamkan kembali kemaluannya didalam lobang kemaluannya.
Kembali tubuh Ani digenjot, disetubuhi secara kasar oleh Tomi. Ani
hanya bisa pasrah, air matanya berlinangan, tubuhnya lemah hanya
mengikuti irama gerakan dari Tomi yang tengah menyodok-nyodokkan
kemaluannya. Dan setelah beberapa menit lamanya Tomi kembali
berejakulasi dilobang kemaluan Ani cairan hangatnya menyembur membasahi
rahim Ani. Rasa puas nampak di raut wajah Tomi, “Hahaha…akhirnya aku
berhasil mendapatkanmu gadis cantik”. “Gue mau tanya ke elu yang
terakhir kalinya, mau engga elu jadi istri gue hah ?” Ani hanya diam
membisu sambil menangis. “Kalo elu engga mau, gue suruh temen-temen gue
perkosa elu sampai mati !”, ancam Tomi. “Inget memek elu udah gue siram
ama peju gue, dan sebentar lagi elu hamil”, ujar Tomi. Kurang lebih
setengah jam lamanya Tomi “merayu” Ani, kadang terdengar
bentakan-bentakan, kadang Tomi menampar wajah Ani, kadang dengan
kata-kata halus, yang jelas Tomi terus meneror hati Ani. Rupanya bujuk
rayu dari Tomi tak membuahkan hasil sementara waktu sudah menunjukkan
pukul 2 dinihari. Akhirnya Tomi mempersilahkan teman-temannya untuk
“mencicipi” tubuh Ani. “Rasain tuh kontol-kontolnya temen-temen gue biar
mampus elu, cewek sombong !”, ujar Tomi dengan mencibir. Tanpa
membuang waktu lagi keempat teman Tomi mulai menjamah tubuh Ani. Mereka
mulai memperlakukan Ani seperti Dina. Mulai dengan Afung yang langsung
menyodomi Ani setelah itu vagina Ani kembali dihajar oleh kemaluan
milik Ujang, juga mulut Ani dipaksa mengulum batang kemaluannya Cecep
dan setelah berejakulasi menelan spermanya, terakhir ketika Ani telah
kepayahan Asep kembali menyetubuhi Ani. Kini keadaan Ani tidak jauh
beda dengan Dina, seluruh wajah badan dan kemaluannya yang telah
membengkak penuh dengan cairan sperma. Kini waktu telah menunjukkan
pukul 4 pagi, seluruh pemerkosa tadi telah berpakaian lengkap dan rapi.
Sebelum mereka pergi, mereka menggotong tubuh Ani untuk disatukan
dengan Dina. Kedua tubuh yang tak berdaya itu kini tergolek lemah,
keduanya diposisikan terlentang sejajar dengan kondisi tubuh mereka
yang telanjang bulat. Sebelum pergi Tomi mengecup kening Ani dan Asep
kembali menyelipkan sebatang rokok yang menyala dikemaluan Ani juga
Dina. Dengan diiringi tawa serta canda kelima pemerkosa itu pergi
meninggalkan rumah kosong tempat dimana tubuh Ani dan Dina tergolek
pingsan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar