Sebenarnya cerita sexini tidak mau aku
bagikan karena aku sangat sakit hati sekali dengan bosku jadi aku
langsung mau menceritakan dech buat kalian semuanya. Semoga ini menjadi
sebuah pengalaman baru anda dalam bekerja di suatu tempat jangan sampai
seperti saya ini. Sebut aja namaku Alex, aku tinggal di kota kuno yang
banyak seniman dan budayawannya. Umurku 35 tahun, punya istri dan dua
anak. Aku buka usaha dibidang advertising. Kantorku memang sering
kedatangan customer para seniman yang minta dibuatkan leaflet, poster,
buku pameran dan sebagainya. Dan biasanya semua customer dilayani sama
sekretarisku, kecuali kawan atau customer setia, pasti aku langsung yang
turun tangan.
Di kantor, ruangan kerjaku di bagian depan, jadi
bisa tahu siapa saja tamu yang datang. Ruang sekretaris dan ruang
kreatif ada di samping ruang kerjaku. Siang itu, jumat, ada tamu cewek,
dia ingin dibuatkan buku panduan untuk pementasan tari. Stafku langsung
melayani dia dengan standar keakraban perusahaan advertising. Lama
banget mereka diskusi, aku denger-denger si customer lagi kebingungan
dengan konsep bukunya. Karena mungkin stafku dianggap kurang mampu, dia
minta langsung ketemu sama aku. Terus staf aku masuk ke ruanganku, dan
beri tahu ada customer yang pengen ketemu. Ya udah aku keluar ke ruang
tamu dan temuin dia.
Kita kenalan, namanya Yuli, dia penari dan
lagi mau garap pementasan tari di Jakarta. Tubuhnya mungil, tingginya
sekitar 160 cm, sintal, wajah natural, putih, dadanya montok, bibirnya
tipis sexy. Dia udah nikah dan punya anak satu, suaminya juga seniman
yang waktu itu dapat beasiswa kuliah di amrik. Kemudian ane dan Yuli
terlibat obrolan yang akrab. Dan obrolan beralih dari soal buku panduan
ke masalah pribadi. Dia banyak cerita kehidupannya sebagai seniman
tradisional, kuliah suaminya yang nggak selesai-selesai padahal limit
yang diberikan kampus tempat suaminya mengajar sudah hampir habis. Pas
dia mau pamit pulang, dia minta no hp aku, ya udah aku kasih. Aku juga
minta no hp yuli.
Malam jam 10, ada sms masuk ke hpku. Ternyata
Yuli, dia bilang boleh menelepon aku ngga. Standar di kantor, kalo ada
customer mau kontak, maka kita yang harus menelponnya, dan waktu itu aku
lagi ngga ada gawean, langsung aja aku telepon dia. Di telepon dia
bilang setuju sama konsep yang aku tawarkan, terus besok siang mau ke
kantor, dan dia pesan ga mau kalo ditangani ama stafku, maunya langsung
ama bos. Aku bilang kalo sabtu kantor tutup. Tapi dia maksa besok mau ke
kantor. Karena dia maksa, ya udah aku setujuin aja. Customer adalah
raja, apapun kemauannya kita ikutin.
Besok siangnya sesuai janji
aku ke kantor, di kantor cuma ada OB, tapi dia sudah ada janji mau
tengok saudaranya yang sakit, pulang malam katanya, jadi kunci aku suruh
tinggal. Ga berapa lama Yuli datang, dengan baju warna putih tulang
yang serasi ama kulitnya, dan kancing bagian atasnya terlepas, jadi bisa
keliatan tuh bagian bawah lehernya yang putih. Ia pake rok jeans ketat,
jadi aku bisa tau pantatnya yang montok, maklum penari.
Karena
mau bahas masalah kerjaan ane suruh dia masuk ke ruang kerjaku. Pintu
depan udah aku kunci. Kita duduk di sofa bersebelahan, sampai bisa aku
cium bau parfumnya yang buat aku ga bisa konsen. Dia serahin foto-foto
yang perlu diekspose, sambil kasih penjelasan dikit-dikit. Setelah semua
penjelasan selesai, obrolan beralih ke masalah pribadi. Aku tanya sudah
berapa lama suaminya di amrik, dia bilang sudah dua tahun, tapi tahun
lalu suaminya sempat pulang 1 bulan.
“Jadi udah satu tahun dong ngga pernah disentuh ama suami?” tanyaku pengin tahu.
“Begitulah,” jawab Yuli pendek.
“Aku heran, padahal baru kemarin kita ketemu, tapi kok kesannya udah akrab banget seperti kawan lama ya?” tanya dia.
“Itu karena mbak Yuli pandai mencairkan suasana,” jawabku memujinya.
“Apa setiap customer kamu perlakukan seperti aku?” selidik Yuli.
Aku
jawab, kalo aku jarang nemuin customer secara langsung, biasanya mereka
ditemui sekretaris. Kalopun customer lama atau kawan, biasanya mereka
juga tidak datang ke kantor hari sabtu. “jadi mbak Yuli ini customer
spesial,” kataku.
Dia tampak senang dengan jawabanku. Terus dia
cerita sehabis ketemu aku kemarin, dia seperti menemukan seseorang yang
terpercaya buat curhat. Sejak semalam ia kebayang-bayang aku. “Padahal
mas Alex ini secara fisik bukan cowok yang ideal, tubuh kurus, wajah sih
biasa aja, tapi kenapa kok aku ga bisa melupakan mas Alex. Apa aku kamu
sihir?” tanyanya bercanda.
“He he he iya, aku emang penyihir.
Karena aku kemarin kagum banget sama mbak Yuli, cantik, putih, bahenol,
penari, entah kenapa kok aku juga sejak kemarin mikirin mbak Yuli
terus.” Kataku.
“Ah gombal,” katanya.
Terus aku tanya
bagaimana dengan suaminya. Dia agak sungkan menjawabnya. Tapi akhirnya
dia cerita juga. Dia menikan sama mas Anton karena terpaksa, bukan
karena cinta. Sampai di malam pernikahan mereka, Yuli merasa sangat
tersiksa ketika keperawannya direnggut oleh suaminya. “Saya tidak
merasakan kenikmatan, justru saya sangat sakit, perih, tersiksa dan
terhina. Setelah suami orgasme, dia langsung tertidur, membiarkan saya
tersiksa sendirian.”
Yuli juga mengaku sampai sekarang dia belum
pernah merasakan nikmatnya bercinta sama suami, meskipun mereka sudah
dikaruniai satu orang anak. Dia mengaku melakukan hubungan suami istri
hanya sekedar menjalankan kewajiban.
Karena penasaran dengan
ceritanya aku tanya, “Emang mbak Yuli, sebagai perempuan apa tidak
pengen merasakan kenikmatan sex?”Aku tanya begitu, ternyata reaksinya
luar biasa, dia menatap wajahku, matanya berbinar-binar, dan terus dia
megang tanganku. Waduh, mimpi apa aku semalam? Refleks aku sambut tangan
dia, aku belai lembut, terus dia deketin wajahnya ke aku. Oughh bau
parfum dan bibirnya yang basah buat aku ga tahan, langsung aja kusambut
bibir itu, kucium lembut bibirnya, aku sapu bibirnya dengan ujung
lidahku. Yuli makin memajukan badannya sampai mepet ke badanku. Terus
refleks kita berdiri masih dengan ciuman. Lidahku masuk ke mulut dia dan
disedot lembut, terus ganti lidah dia yang masuk ke mulutku.
Aku
memang sering terobsesi bercinta dengan penari. Apalagi aku tipe cowok
yang tidak suka bercinta terburu-buru, aku lebih suka bercinta dengan
kelembutan dan gerakan yang erotis. Pikiranku langsung bekerja, sekarang
waktunya mewujudkan impianku.
Tangan kami sudah tidak lagi
berpegangan, sedang bibir kami masih lengket berpagutan. Tanganku mulai
mengelus rambutnya, terus turun ke leher, membelai punggungnya, dan
akhirnya mendarat di pantatnya yang bahenol. Aku belai pelan-pelan,
sambil sesekali meremas-remas dua bongkahan pantatnya.
Tangan Yuli
juga ga mau kalah, dia pegang kepalaku, jambak pelan-pelan rambutku,
terus menggerayangi pantatku. Tubuhku sih biasa ajah, kurus, tapi konti
ku lumayan gedhe. Gerakan tangan dia makin liar, dia mulai melepas
bajuku, terus melepas resleting celanaku sampai melorot dan meninggalkan
celana dalam dengan konti yang tegang.
Aku langsung berreaksi,
kulepas kancing baju dia satu persatu, dan kulepas bajunya, lalu kulepas
rok jeansnya, dan tali ikatan branya, lalu kulepas pula celana
dalamnya. Dia sudah telanjang bulat. Aku betul-betul takjub melihat
bentuk tubuhnya, bokongnya montok banget membuat aku jadi gemes,
toketnya gedhe 34b dan kenceng, pentilnya udah mengeras, dan bulu-bulu
jembutnya tertata rapi. Dia melepas celana dalamku dan terkuaklah batang
kemaluanku yang sudah ngaceng penuh. Kita masih tetap ciuman dengan
lembut dan berirama. Hanya tangan kita yang semakin liar bergerilya. Dia
pegang lembut kontiku, oughhhh enak banget. sedang tanganku menari di
atas bongkahan pantat dan dua bukit kembarnya.
Setelah itu aku
putar tubuh Yuli, posisinya sekarang dia membelakangiku, kuselipkan
konti yang sudah tegang itu ke belahan pantatnya, bibirku menjelajahi
inci demi inci belakang telinganya terus turun ke leher, dan tanganku
memilin pentilnya. Yuli cuma bisa mendesah, dia berusaha menoleh ke
aarahku, mau menciumku, tapi sengaja tak kuberikan. Dia cuma bisa
mendesah keenakan, “oughhhhh shhhhhhhhhtt”
Bibirku terus
menjelajah, sampai ke punggung, kucium dan jilat itu punggung. Tanganku
yang satu meremas-remas toketnya, sedang yang satunya lagi berpindah ke
selangkangannya. Jariku mengelus-elus lembut mekinya yang sudah mulai
basah. Kugesek-gesek memeknya pelan-pelan, aku tidak ingin memasukkan
jariku ke mekinya, karena biasanya perempuan ga suka jari tangan masuk
ke mekinya. Terus aku mainin clitnya dengan jari-jariku.
Mendapat
perlakuan seperti itu, Yuli cuma bisa mendesah dan menggerak-gerakkan
pinggulnya, yang otomatis membuat konti anak kegesek-gesek bongkahan
pantatnya yang sudah basah oleh keringat. Desahan Yuli semakin keras,
“uuuuughhhhh sayyyyy terusiiiiiinnnnn shhhhhhhttttt.”
Dan
gerakannya betul-betul erotis, seperti penari sedang menari di atas
panggung. Dan aku ikutin gerakannya itu. Dan rupanya Yuli sadar kalau
aku ingin dia menari telanjang sambil tubuh kita tetap menyatu rapat.
Tubuhnya semakin ia rapatkan ke tubuhku, dan dia mulai melakukan gerakan
tari, tarian erotis yang semakin mengundang birahi. Semakin cepat gerak
tariannya, semakin cepat pula jari-jariku menggesek meki dan
memijat-mijat clitnya. Yuli semakin liar menari, dan desahannya semakin
sering terdengar, “ughhhhhsssshhhh, oughhhhhh puasin aku say…iyyyyaaaa
terussssssshhhh” racaunya.
Sepuluh menit kita menari birahi, dan
bibirku tetap menciumi punggung atau lehernya, kontiku merasakan nikmat
berada di bongkahan pantatnya yang basah, tanganku yang satu
berpindah-pindah dari satu toket ke toket yang lain, dan tangan yang
satu membelai mekinya. Sedang tangan Yuli dilingkarkan ke belakang, di
punggungku.
Gerakan Yuli tambah liar, sampai konti ane sering
lepas dari bongkahan pantatnya. Dari mulutnya terus meracau dan
mendesis… shhhhhhhhsss akhhhhhhhhh. Ouuuugggghhhhh……
yaaaaaaassssshhhhhh….. Dan tiba-tiba aja dia mengangkat pahanya
tinggi-tinggi kakinya ditekuk dan telapak kakinya tepat di dengkulku.
Tubuhnya condong ke depan, badannya mengejang….
“Sayyyyy aku ga
tahaaaaannnn, aku moooooo keluarrrrrrrrrrr, akhhhhhssssshhhhhh
terussssss” belum selesai dia bicara tubuhnya tiba-tiba mengejang, dan
tanganku merasakan leleran cairan kenikmatan dari vaginanya……..
“ougggggghh Goddddd enakkkk bangetsssss” rupanya dia sudah 0 pertama.
Abis
itu dia lemas, dengan tetap membelakangiku, kupeluk tubuhnya, kedua
tanganku memegang toketnya. “Kamu pintar banget muasin perempuan
sayang……” katanya. Setelah itu aku dudukkan dia di sofa kembali.
Kepalanya disandarkan ke bahu ane. “Kamu hebat, aku nggak pernah
merasakan bercinta dengan lembut dan berirama seperti ini,” pujinya.
Kami
bicara-bicara sebentar, tanganku yang satu tetap memegang toketnya,
sedang yang lain membelai pahanya yang putih mulus. Tangan Yuli membelai
lembut kontiku…. “Kontol kamu gede banget sayang, memekku belom pernah
dimasukin kontol segede punya mu…” katanya.
“Mau coba dimasukin?” tanyaku… Yuli ga menjawab, cuma kocokan tangannya di kontiku semakin cepat.
Terus
dia bangun dan mendekatkan wajahnya ke wajahku, bibirnya mencium lembut
bibirku, terus turun ke bawah, menjilati pentilku yang kecil. Mendapat
serangan mendadak gitu aku cuma bisa merem-melek keenakan. Bibir Yuli
terus menyusur ke bawah, ke perut, dan terus sampai ke konti. Dia ciumi
lembut kontiku, ia jilat-jilat lobang konti, dan jilatannya turun ke
batang, pelan dan lembut sekali. Ane dibuat kelenjotan. Kemudian
mulutnya mainin buah pelerku dan tangannya mengocok lembut kontolku.
Buah pelerku dimasukin ke mulut, disedot, dikeluarkan secara bergantian.
Terus mulutnya naik ke atas, menjilat-jilat kepala konti, terus konti
ku dimasukin ke mulutnya pelan-pelan… dan tangannya meremas-remas buah
pelerku. Aku cuma bisa mendesis shhhhhh akhhhhhhhh.
Tanganku mulai
lagi memainkan toketnya. Yuli semakin bernafsu kulum kontiku waktu
teteknya aku pijat-pijat. Kontol ku seperti kena strum, tapi strum
enakkkk. Karena sudah ga tahan, kubimbing dia untuk bangkit, terus aku
dudukin di sofa. Pahanya aku buka lebar-lebar, dan tampaklah mekinya
yang kemerahan dan basah. Aku jilati mekinya dari ujung bawah, terus
naik sampai clitorisnya, aku isep-isep, Yuli cuma bisa mendesah dan
menggelinjang. Mekinya makin basah, bercampur dengan air liurku…
“akhhhhsssshh sayyyyyanggggg aku ga kuattttt, masukin sayyyyaaaangggg, puasin akuuuuu” pintanya.
Aku
sendiri udah ga nahan liat mekinya dan denger desahannya. Langsung aja
aku berdiri dan arahkan kontolku ke mekinya. Aku gosok-gosokin kepala
konti ke clitnya beberapa kali, terus baru aku masukin pelan-pelan….
gileee sempit banget meki dia.
“sayyyyyy kontol kamu gede bangetttt, pelan-pelan masukinnya sayyyang…..” katanya.
Aku
masukin kontol aku pelan-pelan, kocok maju mundur, baru setengah
kontiku yang masuk. Biar dia ga teriak kesakitan waktu kontiku masuk ke
mekinya, aku sedot tuh putingnya yang merah kecoklatan. Sambil pinggulku
maju mundur berusaha menerobos kontinya yang sempit.
“Akhhhhh ya
terussss masukin pelan-pelan sayyyyanggg,” katanya dengan tatapan mata
yang sayu. Tangannya memegang pantatku. Sedang toketnya masih
kusedot-sedot. Gerakan pinggulku kubuat berirama, kadang cepat kadang
lambat, sesekali maju mundur, sesekali berputar. Yuli sepertinya mampu
mengimbangi permainanku. Dia goyangkan pinggulnya mengikuti irama
sodokan kontolku di memeknya.
Setelah 10 menit kontolku menari dimemek Yuli, aku merasakan ada desakan lahar mani di kontolku. “Sayang, aku mau keluarrrrrr…”
“Sama sayyaaaanggg, aku juuuuuggga. Kita keluuuuuurarrrr bareng-barengg.”
Aku
tekan kuat-kuat kontolku ke dalam memeknya, dan Yuli mengejangkan
vaginanya hingga terasa kontolku diperas-peras. Tidak lama kemudian crot
crot crot pejuhku membanjiri vagina Yuli. Dan bersamaan dengan itu,
Yuli juga menegang pinggulnya terangkat ke atas, tangannya menekan
pantatku kuat-kuat. Rupanya dia juga mengalami orgasme.
Kubiarkan kontolku tetap didalam memeknya beberapa waktu, sambil bibir kami saling berpagut.
“Terima kasih sayang, kamu sudah memuaskan aku. Aku belom pernah ngentot seenak ini,” katanya.
“Sayang
kita baru sekarang ketemu, coba kalau beberapa tahun lalu, pasti aku
mau menikah denganmu Yuli,” kataku. Kami berpelukan erat, saling
merasakan detak jantung yang merasakan kedamaian dan keindahan. Setengah
jam kami berpelukan di sofa, kemudian dia bangun dan menuju kamar mandi
di ruang kerjaku, bersih-bersih. Setelah selesai dia berpamitan pulang,
sebelum dia pulang kami sempat berciuman lagi.
Setelah hari itu, kami sering bertemu dan bercinta lagi di beberapa tempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar