Selasa, 17 Januari 2012
masturbasi pertama
saya bangga dibilang begitu karena mirip peragawati tetapi lama
kelamaan saya menjadi segan.nama saya Vita, Tinggi Pernah bulan
lalu, mungkin karena saking miripnya dengan si Donna, seorang wartawan
Infotainment melihat saya sedang ***** Saya suka sekali masturbasi.
Sejak SMP gairah seks saya tinggi sekali. Tetapi saya bisa meredam
gejolak seks saya. Saya dibesarkan di lingkungan keluarga yang taat
beragama. Pertama kali masturbasi terjadi ketika saya sudah lulus SMP.
Waktu itu saya dan teman-teman (laki dan perempuan) sedang nongkrong
di rumah teman setelah seharian mengurus STTB. Si Harry datang dan
membawa sebuah kaset video porno dan langsung menyetel film itu di
rumah temanku. Kami semua langsung menonton. Saya sendiri baru
pertama kali menonton film porno dan ada perasaan jijik dan
bergairah. Setelah selesai menonton film, kami pun pulang ke rumah.
Karena saya membawa mobil sendiri, saya mengantar Harry dan 3 orang
teman ke halte bis terdekat. Setiba di rumah, saya memarkir mobil di
garasi lalu sebelum keluar dari mobil perhatian saya tertuju pada
kaset video yang tergeletak di jok mobil bagian belakang. Rupanya
kaset itu terjatuh dari tas Harry. Segera saya masukkan video itu ke
tas saya lalu saya langsung masuk kamar. Saat itu sudah jam 21:30,
kedua orang tuaku sudah tidur. Saya bergegas mandi lalu mengganti
baju. Setelah itu dengan deg-degan, saya memutar film porno itu di
kamar saya karena kebetulan saya punya TV dan video player sendiri.
Dengan penuh minat, saya perhatikan adegan-adegan ML, saya perhatikan
bentuk kelamin pria dan wanita. Saya bisa lebih santai melihatnya
dibandingkan tadi sore karena malu apabila terlihat terlalu serius.
Ada satu adegan dimana si wanita sedang rebahan di tempat tidur dalam
keadaan telanjang. Si wanita memainkan jarinya di selangkangan dan
payudaranya sambil mendesah dengan penuh nikmat. Saya menjadi
penasaran untuk mencoba. Saya selipkan tangan kananku ke dalam celana
dalamku lalu meraba vagina. Saya tidak merasakan kenikmatan. Kemudian
saya perhatikan si wanita itu membuka bibir vaginanya. Saya lalu
mencoba membuka bibir vaginaku dengan jari telunjuk dan jari tengah
lalu tangan kiriku mulai mengusap vaginaku. Sontak tubuhku langsung
seperti disetrum. Saya merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa.
Saya mencoba memainkan klitoris. Saya elus, putar dan pilin. Oh
nikmatnya! Nafas saya mulai mendesah-desah kenikmatan seperti si
wanita itu. Akhirnya saya langsung membuka semua bajuku dan tidur
telanjang bulat di tempat tidur. Kembali tangan kananku memainkan
klitoris sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaraku yang saat
itu berukuran 34A. Rasanya seperti mengawang di surga. Nikmatnya tiada
tara. Saya mulai mempercepat gerakan jariku di klitoris, semakin
cepat hingga akhirnya tubuhku seperti kembali disengat listrik.
Tubuhku mengejang. Ada rasa lega yang tidak bisa saya lukiskan.
Vagina dan selangkanganku basah dengan cairan. Saya merasakan si
wanita di film itu juga merasakan hal yang sama dengan saya. Si
wanita itu menjilat jarinya yang basah oleh cairan dari vaginanya.
Saya mencoba menjilat jariku, rasanya sedikit asin. Setelah
masturbasi pertama itu, saya tertidur dengan nyenyak. Sekitar jam 3
pagi, saya terbangun dan kembali hasrat seks saya bangkit kembali dan
saya kembali bermasturbasi. Semenjak itu, saya senang sekali
bermasturbasi hingga saya pertama kali ML seperti yang sudah
diceritakan dalam “Arthur: Vita & Seks Pertama”. Umumnya saya
masturbasi hanya dengan tangan. Saya mencoba memakai ketimun tetapi
kurang bisa saya nikmati karena terasa aneh di vaginaku. Pada waktu
saya kelas 1 SMA di tahun 1990, ada sebuah long weekend karena ada
hari libur nasional yang jatuh pada hari Sabtu. Orang tua saya
meminta saya untuk menemani mereka ke Singapore untuk check up.
Akhirnya berangkatlah kita bertiga ke Singapore. Kami menginap di
hotel Mandarin dan orang tua saya check up di Rumah Sakit Mount
Elizabeth. Orang tua saya perlu melakukan beberapa tes kesehatan yang
bisa memakan waktu beberapa jam. Daripada bosan menunggu di rumah
sakit, saya minta ijin untuk Jalan-jalan ke Orchard Road dan nanti
janjian ketemu di hotel. Di sepanjang Orchard Road, saya keluar masuk
toko-toko hingga saya menjumpai sebuah toko kecil yang menjual
peralatan-peralatan untuk seks. Saya baru pertama kali melihat toko
itu dan dengan terheran-heran saya masuk ke dalam. Berbagai macam
kondom dijual dan dipajang di rak-rak. Buku-buku seputar seks bahkan
dildo juga dijual. Dildo adalah penis tiruan terbuat dari karet yang
dipakai wanita untuk masturbasi. Bentuknya bermacam-macam. Ada dildo
yang dibuat mirip sekali dengan penis, ada dildo yang dibuat
berbentuk tabung oval stainless steel, bahkan ada juga dildo yang
dibuat bercabang sehingga si wanita bisa memasukkannya ke dalam
vagina dan anusnya secara bersamaan. Awalnya saya mau nekat membeli
dildo yang bercabang tetapi saya urungkan niat itu dan saya pilih
dildo yang mirip penis asli. Saya berjalan menuju kasir. Di sebelah
saya ada seorang pria tinggi dan tegap dengan potongan rambut cepak.
Ia berkata kepadaku.. “Jangan lupa beli jel pelumas karena nanti bisa
lecet” seraya menunjuk ke botol yang dipajang dirak. Sambil tersenyum
malu, saya menghampiri rak botol jel pelumas dan mengambil satu.
“Saya Vita” “Banyak orang Indonesia disini, saya bisa membedakannya.
Nama saya Richard Chen” “Iya, kok tau?” saya membalas dengan bahasa
inggris.“Kamu orang Indonesia ya?” kata pria itu dalam bahasa inggris.
Richard membayar ke kasir satu kotak kondom lalu saya kemudian
membayar dildo dan botol jel. Selesai membayar, Richard memberikan
kartu namanya padaku dan berkata. “Nanti saya pikirkan” kata saya
sambil menerima kartu namanya. Setelah itu kami berpisah.“Kalau anda
perlu bantuan dalam memakai barang itu, saya bersedia membantu”
Dengan tergesa-gesa saya berjalan kembali ke Hotel Mandarin. Setiba
di kamar (saya tidur di kamar sendiri), saya langsung membuka bungkusan
dildo dan botol jel. Kemudian saya membuka seluruh bajuku dan
telanjang bulat di tempat tidur membaca petunjuk pemakaian yang
tertera di kotak dildo. Saya memperhatikan dengan seksama dildo itu.
Memang sangat mirip dengan penis asli. Bentuknya cukup besar sekitar
30 cm, diameter 4cm dan berwarna coklat muda. Saya berpikir apakah
ini muat dalam vagina saya? Mari kita coba! Saya merebahkan diri di
tempat tidur lalu membuka lebar kakiku kemudian dildo saya arahkan ke
vaginaku. Tak lupa saya oleskan jel pelumas di seluruh dildo kemudian
saya mulai masukkan dengan perlahan ke vagina. Awalnya agak seret
tetapi dengan sabar saya masukkan hingga mentok diujung vagina.
Setelah itu saya mulai tarik lagi keluar. Saya menikmati setiap senti
dari dildo yang masuk dalam vaginaku. Mataku terpejam menikmati
sensasi ini. Setelah dildonya keluar semua, kembali saya masukkan dan
kali ini lebih cepat. Akhirnya vagina saya sudah terbiasa dengan
dildo itu sehingga saya bisa mengocok dildo dengan cepat. Nafas saya
memburu dengan cepat. Keringat saya mengucur disekujur tubuhku.
Payudara kuremas-remas sembari mengocok dildo di vagina. Ada sekitar
lima menit saya memainkan dildo itu dalam vaginaku hingga saya
orgasme pertama. Setelah itu saya membalikkan badan dalam posisi
menungging dan memasukkan dildo dari arah belakang. Saya melihat
bayangan tubuhku di cermin yang digantung di atas meja. Saya merasa
seksi sekali. Mulutku terbuka lebar dan mataku setengah terpejam
menikmati dildo yang dimasukkan ke vaginaku dari arah belakang. Saya
merapatkan kedua belah kakiku hingga dildo itu rasanya bisa saya tekan
dengan kuat dengan otot selangkanganku. Payudaraku yang
bergelantungan tampak bergoyang-goyang mengikuti irama gerakanku.
Beberapa menit kemudian, kembali saya orgasme. Saya langsung roboh ke
kasur. Tubuhku basah oleh keringat. Cairan vaginaku membasahi sedikit
sprei tempat tidur. Saya beristirahat sejenak sementara dildo itu
masih di dalam vaginaku. Saya lalu mendapat ide baru. Saya
mengeluarkan dildo itu dari vagina lalu saya mengambil kursi. Kursi itu
mempunyai sandaran yang dibuat dari beberapa kayu yang tegak lurus
dan ada jarak dari antara satu kayu ke kayu lain. Saya selipkan dildo
itu di antara kayu itu. Karena ukuran dildo yang besar, maka dildo
itu bisa diselipkan dan tidak bergoyang sama sekali. Dildo itu
mengacung membelakangi kursi. Saya lalu menggeser kursi itu ke arah
meja rias. Lalu saya menungging bertopang pada meja rias sedangkan
vagina kuarahkan pada dildo. Saya melihat posisiku yang cukup lucu
karena saya berada dalam posisi doggy style dan dildo itu ditopang
dalam sandaran kursi. Lalu mulai kembali saya perlahan memaju mundurkan
pantatku. Dildo bisa masuk dengan baik dan kursinya sendiri tidak
bisa bergeser kemana-mana karena tertahan oleh tempat tidur. Saya
mulai mempercepat irama gerakanku. Gairah seksku seperti tiada
hentinya bergelora dalam diriku. Sepertinya dildo ini bisa memahami
keinginan seksku yang tinggi. Berkali-kali saya hunjamkan dildo itu ke
dalam vaginaku. Vaginaku terasa berdenyut-denyut menerima sensasi
seks yang diterima dari dildo itu. Nafasku tersengal-sengal. Rambutku
berantakan dan keringat kembali bercucuran di dadaku. Saya meremas
kedua belah payudaraku dengan gemas sembari terus memacu vaginaku
dalam dildo itu. Saya ingat waktu itu dalam tempo waktu 15 menit
bersetubuh dengan dildo dalam posisi tersebut, saya orgasme kurang
lebih 6 kali. Akhirnya saya berhenti karena kecapaian. Saya melepaskan
dildo itu dari vaginaku dan mencopotnya dari sandaran kursi. Saya
membaringkan tubuhku yang lunglai di tempat tidur lalu tertidur
selama 1 jam. Begitu terbangun, saya langsung buru-buru membereskan
kamarku dan membuang bungkusan dildo dan jel pelumas. Dildo itu
sendiri saya cuci lalu saya bungkus didalam kaos beserta botol jel
pelumas supaya tidak ketahuan ibuku. Saya melihat kartu nama si
Richard di tasku. Sempat terlintas ide untuk menelepon dia dan siapa
tahu bisa diajak bersetubuh. Tetapi saya urungkan niat itu karena
beresiko tinggi ketahuan orang tua. Lagipula saat ini saya sedang
senang bermain-main dengan dildo baruku. Hingga sekarang, saya sudah
memiliki tiga buah dildo. Yang pertama adalah dildo pertama yang saya
beli di Singapore, kemudian dildo yang model bercabang dan ketiga
dildo yang bisa bergetar sendiri memakai baterai. Kedua dildo itu
saya beli di Amerika. Tamat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar