tag:blogger.com,1999:blog-4065104179775940162024-02-08T09:58:25.471-08:00sekskenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.comBlogger57125tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-43642621829137305622012-01-17T01:06:00.001-08:002012-01-17T01:06:07.683-08:00ongkosTersadarlah Vani bahwa hari itu dia memakai pakaian yang sangat sexy.
T-shirt putih lengan pendek dengan belahan rendah bertuliskan WANT
THESE?, sehingga tokednya yang berukuran 36C seolah hendak melompat
keluar, akibat hari itu Vani menggunakan BH ukuran 36B (sengaja, biar
lebih nongol). Apalagi kulit Vani memang putih mulus. Di tambah rok
jeans mini yang digunakannya saat itu, mempertontonkan kaki jenjang
& paha mulusnya karena Vani memang cukup tinggi, 173cm.<br />
<br />
”Buset,
baru sadar gue kalo hari ini gue pake uniform sexy gue demi ngadepin
ujiannya si Hutabarat, biar dia gak konsen”, pikir Vani.<br />
<br />
Biasanya
Vani bila naik angkot menggunakan pakaian t-shirt atau kemeja yang
lebih tertutup dan celana panjang jeans, demi menghindari tatapan dan
ulah usil cowok-cowok di jalan. Siang tadi Vani ke kampus datang numpang
mobil temannya, Angel. Tapi si Angel sudah pulang duluan karena
kuliahnya lebih sedikit.<br />
<br />
Vani tambah salah tingkah karena
cowok-cowok di halte tersebut mulai agak berani ngliatin belahan
tokednya yang nongol lebih dekat lagi. ”Najis, berani amat sih nih
cowok-cowok mlototin toked gw”, membatin lagi si Vani. Vani menggunakan
bukunya untuk menutupi dadanya, tapi mereka malah mengalihkan pandangan
mesumnya ke pantat Vani yang memang bulat sekal dan menonjol.<br />
<br />
Makin
salah tingkahlah si Vani. Mau balik ke kampus, pasti sudah gelap dan
orang sudah pada pulang. Mau tetap di halte nungguin angkot, gerah
suasananya. Apalagi kalo naik bus yang pasti penuh sesak jam segini,
Vani tidak kebayang tangan-tangan usil yang akan cari-cari kesempatan
untuk menjamahi tubuhnya. Sudah kepikiran untuk naik taxi, tapi uang
tidak ada. Jam segini di kos juga kosong, mau pinjam uang sama siapa
bingung. Vani coba alternatif terakhir dengan menelpon Albert cowoknya
atau si Angel atau Dessy teman2nya yang punya mobil, eh sialnya HP
mereka pada off. ”Buset, sial banget sih gue hari ini.”<br />
<br />
Mulailah
celetukan mesum cowok-cowok di halte dimulai ”Neng, susunya mau jatuh
tuh, abang pegangin ya. Kasihan, pasti eneng keberatan hehe”. Pias!
Memerahlah muka Vani. Dipelototin si tukang ojek yang berani komentar,
eh dianya malah balas makin pelototin toked si Vani. Makin jengahlah si
Vani.<br />
<br />
Tiba-tiba sebuah sedan BMW hitam berhenti tepat di
depan Vani. Jendelanya terbuka, dan nongolah seraut wajah hitam manis
berambut cepak sambil menyeringai, si Ethan. Cowok fakultas Ekonomi satu
tahun di atas Vani, berkulit hitam, tinggi besar, hampir 180cm.”Van,
jualan lo disini? Hehe”.Vani membalas”Sialan lo, gue ga ada tumpangan
neh, terpaksa tunggu bus. Than, anter gue ya” pinta Vani.<br />
<br />
Vani
sebenarnya enggan ikut bersama si Ethan karena dia terkenal suka main
cewek. Tapi, dilihat dari kondisi sekarang, paling baik memang naik
mobil si Ethan. Tapi si Ethan malah bilang ”Wah sory Van, gue harus
pergi jemput nyokap gue. Arahnya beda sama kosan elo”. ”Than, please
anter gue ya. Ntar gw traktir deh lo” rajuk Vani. Sambil nyengir mesum
Ethan berucap ”Wah kalo ada bayarannya sih gue bisa pertimbangin”. ”Iya
deh, ntar gue bayar” Vani asal ucap, yang penting bisa pergi segera
dari halte tersebut. ”Hehe sip” kata Ethan sambil membuka pintu untuk
Vani. Vani masuk ke dalam mobil Ethan, diiringi oleh pandangan sebel
para cowok-cowok di halte yang kehilangan santapan rohani.Mobil Ethan
mulai menembus kemacetan ibu kota.<br />
<br />
”Buset dah lo Van,
sexy amat hari ini”.Kata Vani ”Gue sengaja pake uniform andalan gue,
karena hari ini ada ujian lisannya si Hutabarat, Akuntasi Biaya. Biar
dia ga konsen, n kasi gw nilai bagus hehe”.”Gila lo, gue biarin bentar
lagi, lo udh dient*tin sama tu abang-abang di halte haha” balas
Ethan.“Sial, enak aja lo ngomong Than” maki Vani.<br />
<br />
<br />
Sambil
mengerling ke Vani, Ethan berucap “Van, bayaran tumpangan ini, bayar
sekarang aja ya”. ”Eh, gue bawa duit cuma dikit Than. Kapan2 deh gue
bayarin bensin lo” balas Vani. “Sapa yang minta diduitin bensin, Non”
jawab Ethan. “Trus lo mau apa? Traktir makan” tanya Vani bingung. “Ga.
Ga perlu keluar duit kok. Tenang aja” ucap Ethan misterius. Semakin
bingung si Vani. Sambil menggerak-gerakan tangan kirinya si Ethan
berkata ”Cukup lo puasin tangan kiri gue ini dengan megangin toked lo.
Nepsong banget gue liatnya”. Seringai mesum Ethan menghiasi wajahnya.
Seperti disambar petir Vani kaget dan berteriak ”BANGSAT LO THAN. LO
PIKIR GUE CEWE APAAN!!”. Pandangan tajam Vani pada wajah Ethan yang
tetap cengar-cengir. “Yah terserah lo. Cuma sekenyot dua kenyot doang.
Apa lo gue turunin disini” kata Ethan. Pada saat itu mereka telah
sampai di daerah yang gelap dan banyak gubuk gelandangan. Vani jelas
ogah. “Bisa makin runyam kalo gue turun disini. Bisa2 gue digangbang”
Vani bergidik sambil melihat sekitarnya. ”Ya biarlah si Ethan bisa
seneng-seneng bentar nggranyangi toked gue. Itung-itung amal. Kampret
juga si Ethan ini”. Akhirnya Vani ngomong ”Ya udah, cuma pegang susu
gue doang kan. Jangan lama-lama” Vani ketus. ”Ga kok Van, cuma sampe
kos lo doang” kata Ethan penuh kemenangan. ”Sialan, itu sih bisa
setengah jam sendiri. Ya udhlah, biar cepet beres nih urusan sialan”
pikir Vani.<br />
<br />
Tangan kiri Ethan langsung terjulur meraih
toked Vani sebelah kanan bagian atas yang menonjol dari balik
t-shirtnya. Vani merasakan jari-jari kasar Ethan dikulit tokednya mulai
membelai-belai pelan. Darah Vani agak berdesir ketika merasakan
belaian itu mulai disertai remasan-remasan lembut pada toked kanan
bagian atasnya. Sambil tetap menyetir, Ethan sesekali melirik ke
sebelah menikmati muka Vani yang menegang karena sebal tokednya
diremas-remas. Ethan sengaja jalanin mobil agak pelan, sementara Vani
tidak sadar kalau laju mobil tidak secepat sebelumnya, karena konsen ke
tangan Ethan yang mulai meremas-remas aktif secara bergiliran kedua
bongkahan tokednya.<br />
<br />
Nafas Vani mulai agak memburu, tapi
Vani masih bisa mengontrol pengaruh remasan-remasan tokednya pada
nafsunya ”Enak aja kalo gue sampe terangsang gara-gara ini” pikir Vani.
Tapi Ethan lebih jago lagi, tiba-tiba jari-jarinya menyelusup kedalam
t-shirt Vani, bahkan langsung masuk kedalam BH-nya yg satu ukuran lebih
kecil. Toked Vani yang sebelah kanan terasa begitu penuh di telapak
tangan Ethan yang sebenarnya lebar juga. ”Ahh...!” Vani terpekik kaget
karena manuver Ethan. ”Hehe buset toked lo Van, gede banget. Kenyal
lagi. Enak banget ngeremesinnya. Tangan gue aja ga cukup neh hehe” ujar
Ethan penuh nafsu.<br />
<br />
Ethan melanjutkan gerakannya dengan
menarik tangan kirinya beserta toked Vani keluar dari BH-nya. Toked
sebelah kanan Vani kini nongol keluar dari wadahnya dan terekspos full.
”Wuah..buset gedenya. Pentilnya juga gede neh. Sering diisep ya Van”
kata Ethan vulgar. ”Bangsat lo Than. Kok sampe gini segala” protes Vani
berusaha mengembalikan tokednya kedalam BH-nya. Tangan Vani langsung
ditahan oleh Ethan ”Eh, inget janji lo. Gue boleh ngremesin toked lo.
Mo didalam BH kek, di luar kek, terserah gue”. Sambil cemberut Vani
menurunkan tangannya. Penuh kemenangan, Ethan kembali menggarap toked
Vani yang kini keluar semuanya.<br />
<br />
Remasan-remasan lembut di
pangkal toked, dilanjutkan dengan belaian memutar disekitar puting,
membuat Vani semakin kehilangan kendali. Nafasnya mulai memburu lagi.
Apalagi Ethan mulai memelintir-melintir puting Vani yang besar dan
berwarna pink. Gerakan memilin-milin puting oleh jari-jari Ethan yang
kasar memberikan sensasi geli dan nikmat yang mulai menjalari toked
Vani. Perasaan nikmat itu mulai muncul juga disekitar selangkangan.
Perasaan geli dan getaran-getara nikmat mulai menjalar dari bawah puser
menuju ujung selangkangan Vani. ”Ngehek nih cowok. Puting gue itu
tempat paling sensitif gue. Harus bisa nahan!” membatin si Vani.<br />
<br />
Tapi
puting Vani yang mulai menegang dan membesar tidak bisa menipu Ethan
yang berpengalaman. ”Hehe mulai horny juga nih lonte. Rasain lo” pikir
Ethan kesenangan. Karena berusaha menahan gairah yang semakin memuncak,
Vani tidak sadar kalau Ethan sudah mengeluarkan kedua bongkah tokednya.
Tangan kiri Ethan semakin ganas meremas-remas toked dan memilin-milih
kedua puting Vani. Ucapan-ucapan mesum pun mulai mengalir dari Ethan
“Nikmatin aja Van, remasan-remasan gue. Puting lo aja udh mulai ngaceng
tuh. Ga usah ditahan birahi lo. Biarin aja mengalir. memek lo pasti
udah mulai basah sekarang”. Vani sebal mendengar ucapan-ucapan vulgar
Ethan, tapi pada saat yang sama ucapan-ucapan tersebut seperti
menghipnotis Vani untuk mengikuti libidonya yang semakin memuncak. Vani
juga mulai merasakan bahwa celana dalamnya mulai lembab.<br />
<br />
“Sial..memek
gue mulai gatel. Gue biarin keluar dulu kali, biar gue bisa jadi agak
tenangan. Jadi habis itu, gue bisa nanganin birahi gue walopun si Ethan
masih ngremesin toked gue” pikir Vani yang mulai susah menahan
birahinya. Berpikir seperti itu, Vani melonggarkan pertahanannya,
membiarkan rasa gatal yang mulai menjalari memeknya menguat. Efeknya
langsung terasa. Semakin Ethan mengobok-ngobok tokednya, rasa gatal di
memek Vani semakin memuncak. “BUSETT. Cuma diremes-remes toked gue, gue
udah mo keluar”. Vani menggigit bibir bawahnya agar tidak mendesah,
ketika kenikmatan semakin menggila di bibir memeknya. Ethan yang sudah
memperhatikan dari tadi bahwa Vani terbawa oleh birahinya, semakin
semangat menggarap toked Vani.<br />
<br />
Ketika melihat urat leher
Vani menegang tanda menahan rasa yang akan meledak di bawahnya, jari
telunjuk dan jempol Ethan menjepit kedua puting Vani dan menarik agak
keras kedepan. Rasa sakit mendadak di putingnya, membawa efek besar pada
rasa gatal yang memuncak di memiaw Vani. Kedua tangan Vani meremas jok
kuat-kuat, dan keluar lenguhan tertahan Vani “Hmmmffhhhhhhh….”. Pada
saat itu, memek Vani langsung banjir oleh cairan pejunya. Pantat Vani
mengangkat dan tergoyang-goyang tidak kuat menahan arus orgasmenya.
“Oh..oh..hmmffhh” Vani masih berusaha menahan agar suaranya tidak keluar
semua, tapi sia-sia saja. Karena Ethan sudah melihat bagaimana Vani
orgasme, keenakan karena tokednya dipermainkan. “Hahaha dasar lonte lo
Van. Sok ga suka. Tapi keluarnya sampe kelonjotan gitu” Ngakak Ethan
penuh kemenangan.<br />
<br />
Nafas Vani masih tidak beraturan, dan
agak terbungkuk-bungkuk karena nikmatnya gelombang orgasme barusan.
“Kampret lo Than” maki Vani perlahan. “Lo boleh seneng sekarang. Tapi
berikut ga bakalan gue keluar lagi. Gue udah ga horny lagi” tambah Vani
yang berpikir setelah dipuasin sekali maka libidonya akan turun. Tapi,
ternyata inilah kesalahan terbesarnya. Beberapa saat setelah memeknya
merasakan orgasme sekali, sekarang malah semakin berkedut-kedut, makin
gatal rasanya ingin digesek-gesek. ”Lho, kok memek gue makin gatel.
Berkedut-kedut lagi. Aduuuh..gue pengen memek gue dikontolin
sekaraangg..siaall..” sesal Vani dalam hati. Ethan seperti tahu apa yang
berkecamuk dalam diri (dan memek) Vani. Walaupun Vani bilang dia tidak
horny lagi, tapi nafasnya yang memburu dan putingnya yang semakin
ngaceng mengatakan lain. Ethan menghentikan mobilnya mendadak di pinggir
jalan bersemak yang memang sangat sepi, dan tangannya langsung
bergerak ke setelan kursi Vani.<br />
<br />
Tangan satunya langsung
menekan kursi Vani agar tertidur. Vani yang masih memakai seatbealt,
langsung ikut terlentang bersama kursi. ”EEHHH...APA-APAAN LO THAN??”
Teriak Vani. Tidak peduli teriakan Vani, tangan kiri Ethan langsung
meremas toked Vani lagi, sedang tangan kanannya langsung meremas memek
Vani. ”OOUUHHHH..........!!” lenguh Vani keras, karena tidak menyangka
memeknya yang semakin gatel dan berkedut-kedut keras akan langsung
merasakan gesekan, bahkan remasan. Akibatnya, Vani langsung orgasme
untuk kedua kalinya. Ethan tidak tinggal diam, ketika badan Vani masih
mengejang-ngejang, jari-jarinya menggesek-gesek permukaan celana dalam
Vani kuat-kuat. Akibatnya, gelombang orgasme Vani terjadi terus-menerus.<br />
<br />
”Oouuuhh...Aghhhh...Ouhhhhhhhh
hh Ethaannnnn...!! Teriak Vani makin keras karena kenikmatan mendadak
yang menyerang seluruh selangkangan dan tubuhnya. Kedua tangan Vani
semakin kuat meremas jok, mata memejam erat dan urat-urat leher menonjol
akibat kenikmatan yang melandanya. Ketika gelombang orgasme mulai
berlalu, Vani mulai membuka matanya dan mengatur pernafasannya. Rasanya
jengah banget karena keluar begitu hebatnya di depan si Ethan. ”Aseem,
napa gue keluar sampe kaya gitu sih. Bikin tengsin aja. Tapi, emang
enak banget. Udah semingguan gue ga ngentot” batin Vani.<br />
<br />
Saat
Vani masih enjoy rasa nikmat yang masih tersisa, Ethan sudah bergerak
di atas Vani, mengangkat t-shirt Vani serta menurunkan BH-nya kekecilan
sehingga toked Vani yang bulat besar terpampang jelas di depan hidung
Ethan. Tersenyum puas dan napsu banget Ethan berucap ”Gilaa..toked lo
Van. Gede banget, mengkal lagi. Harus gue puas-puasin ngenyotinnya ni
malem”. Ethan langsung menyergap kedua toked Vani yang putingnya masih
mengacung tegak. Mulutnya mengenyot toked yang sebelah kanan, sambil
tangan kanannya meremas-remas & memilin-milin puting yang sebelah
kiri. Diisap-isap, lidah Ethan juga piawai menjilat-jilat dan memainkan
kedua puting Vani. Gigitan-gigitan kecil dipadu remasan-remasan gemas
jemari Ethan, membuat Vani terpekik ”Ehhgghh ahh.. ahh.. Ehhtanhnn..
kahtanya.. kahtanya cuma pegang-pegang..kok.. kok sekarangg.. loh
ngeyotin tohked guehh...ahh..ahh..” kata Vani sambil tersengal-sengal
nahan birahi yang naik lagi akibat rangsangan intensif di kedua
tokednya. Ethan sudah tidak ambil pusing ”Hajar bleh. Kapan lagi gue
bisa nikmatin toked kaya gini bagusnya”.<br />
<br />
Sekarang
kedua tangan Ethan menekan kedua toked Vani ketengah, sehingga kedua
putingnya saling mendekat. Kedua puting Vani langsung dikenyot, dihisap
& dimainin oleh lidah Ethan. Sensasinya luar biasa, Vani semakin
terhanyut oleh birahinya. Desahan pelan tertahan mulai keluar dari
bibir ranum Vani. Lidah Ethan mulai turun menyusuri perut Vani yang
putih rata, berputar-putar sejenak di pusernya. Tangan kanan Ethan
aktif membelai-belai dan meremas paha bagian dalam Vani. ”Aah..ah..
emhh.. emh..Than.. lo ngapahin sihh..” keluh Vani tak jelas. Dengan
sigap Ethan menyingkap rok mini Vani tinggi-tinggi. Memperlihatkan mini
panty La Senza Vani berwarna merah. Agak transparan, dibantu cahaya
lampu jalan samar-samar memperlihatkan isinya yang menggembung montok.
Jembi Vani yang tipis terlihat hanya diatas saja, dengan alur jembi ke
arah pusernya. ”Buseett..sexxyy bangett.. bikin konak gue ampir ga
ketahan.” syukur Ethan dalam hati.<br />
<br />
Tanpa babibu lagi
jari-jari Ethan langsung menekan belahan memiek Vani, dan Ethan
langsung mengetahui betapa horny-nya Vani ”Wah Van, memek lo udah becek
banget neh. Panty lo aja ampe njeplak gini hehe”. Vani cuma bisa
menggeleng-geleng lemah, sambil tetap menggigit bibir bawahnya, karena
jemari Ethan menenekan dan menggesek-gesek memeknya dari atas panty.
”Thaan..than..singkirinn tangan lo doong....emh..emh..” keluh Vani
perlahan, tapi matanya memejam dan gelengannya semakin cepat. ”Wah,
harus cepat gw beri teknik lidah gue neh, biar si Vani makin konak hehe”
pikir Ethan napsu.<br />
<br />
Cepat Ethan ambil posisi di depan
selangkangan Vani yang terbuka. Kursi Vani dimundurkan agar beri ruang
cukup untuk manuver barunya. Paha Vani dibuka semakin lebar, dan Vani
nurut saja. Jemari Ethan meraup panty mungil Vani, dan membejeknya jadi
bentuk seperti seutas tali sehingga masuk kedalam belahan memek Vani.
Ethan mulai menggesek-gesekkan panty Vani ke belahan memiawnya dengan
gerakan naik turun dan kiri kanan yang semakin cepat. ”Aah..
aahh...ehmm..ehhmm.. uuh.. hapaan itu Etthann ahh...” desah Vani
keenakan, karena gesekan panty tersebut menggesek-gesek bibir dalam
memeknya sekaligus clitorisnya. Ethan juga semakin konak melihat memek
Vani yang terpampang jelas.Dua gundukan tembem seperti bakpau, mulus
tanpa ada jembi di sekelilingnya, cuma ada dibagian atasnya saja.<br />
<br />
”Van,
memek lo ternyata mantap & montok banget. Pasti enak kalo gue
makan neh. Apalagi sampe gue genjot nanti hehe” ujar Ethan penuh nafsu.
Panty Vani dipinggirkan sehingga lidah Ethan dengan mudah mulai
menjilati bibir memiaw Vani. Tapi sebentar saja Ethan tidak betah
dengan panty yang mengesek pipinya. Langsung diangkatnya pantat Vani,
dan dipelorotkan panty-nya.<br />
<br />
Kini antara Ethan dan memek
Vani yang tembem dan mulus, sudah tidak ada penghalang apa-apa lagi.
Ethan langsung menyosorkan mulutnya untuk mulai melumat bakpao montok
itu. Tapi, Vani yang tiba-tiba memperoleh kesadarannya, karena ada jeda
sesaat ketika Ethan melepaskan pantynya, berusaha menahan kepala Ethan
dengan kedua tanggannya. ”Gila lo Than, mo ngapain lo?? Jangan kurang
ajar ya. Bukan gini perjanjian kita!” ujar Vani agak keras. Tapi kedua
tangan Vani dengan mudah disingkirkan oleh tangan kiri Ethan, dan tanpa
dapat dicegah lagi mulut Ethan langsung mencaplok memek Vani. Ethan
melumatnya dengan gemas, sambil sekali lidah menyapu-nyapu clitoris dan
menusuk-nusuk kedalam memiaw. Bunyi kecipakan ludah dan peju Vani
terdengar jelas. Konak Vani yang sempat turun, langsung naik lagi ke
voltase tinggi. Kepala Vani mengangkat dan dari bibirnya yang sexy
keluar lenguhan agak keras.<br />
<br />
”Ouuuffhhh....eeahh...ah. .ah lo apain mehmmek gue Thann..” erang Vani nyaris setengah sadar.<br />
<br />
Rasa
gatal yang hebat menyeruak dari sekitar selangkangannya menuju
bibir-bibir memeknya. Rasa gatal itu mendapatkan pemuasannya dari
lumatan bibir, jilatan lidah dan gigitan kecil Ethan. Tapi, semakin
Ethan beringas mengobok-obok memek Vani dengan mulut, dibantu dengan
ketiga jarinya yang mengocok lubang memek Vani, rasa gatal nikmat itu
malah semakin hebat. Vani sudah tidak dapat membendung konaknya sehingga
desahan dan erangannya sudah berubah menjadi lenguhan.<br />
<br />
” OUUHHHHG..... HMMPPHH... ARRGGHH.. HAHHH.. OUHHH..”.<br />
<br />
Kepala
Vani menggeleng ke kiri dan kanan dengan hebatnya. Kedua tangannya
menekan kepala Ethan semakin dalam ke selangkangannya. Pantatnya naik
turun tidak kuat menahan rangsangan yang langsung menyentuh titik
tersensitif Vani. Rasa ogah & jaim sudah hilang sama sekali. Yang
ada hanya kebutuhan untuk dipuaskan.<br />
<br />
”ETHAANN...GILLAA... HOUUUHHH.. ENAAKK.... THANN...AHHH” Vani semakin keenakan.<br />
<br />
Ethan
yang sedang mengobok-obok memek Vani semakin semangat karena memek
Vani sudah betul-betul banjir. Peju dan cairan pelumas Vani membanjir
di mulut dan jok mobil Ethan. Jempol kiri Ethan menggesek-gesek
clitoris Vani, sedang jari-jari Ethan mengocok-ngocok lubang memek dan
G-spot Vani dengan cepat. ”Heh, ternyata lo lonte juga ya Van. Mulut lo
bilang nggak-nggak mulu. Tapi memek lo banjir kaya gini. Becek banget”
kata Ethan dengan semangat sambil tetap ngocok memiaw Vani.<br />
<br />
Dalam
beberapa kocokan saja Vani sudah mulai merasakan bahwa gelombang
orgasme sudah diujung memeknya. Ketika Ethan melihat mata Vani yang
mulai merem melek, otot-otot tangan mulai mengejang sambil meremas jok
mobil kuat-kuat dan pantat Vani yang mulai mengangkat, Ethan tau bahwa
Vani akan sampai klimaksnya. Langsung saja Ethan menghentikan seluruh
aktivitasnya di wilayah selangkangan Vani. Vani jelas saja langsung
blingsatan ” Ah..ah napa brentii...” sambil tangannya mencoba mengocok
memeknya sendiri. Ethan dengan tanggap menangkap tangan Vani, dan
berujar ”Lo mau dituntasin?”. Vani merajuk ”Hiyah.. Than.. gue udah
konak banggett nih. Pleasee.. kocokin lagi gue ya”. “Kalo gitu lo
nungging sekarang” kata Ethan sambil menidurkan kursi sopir agar lebih
lapang lagi dan ada pijakan buat Vani nungging. “Napa harus nungging
Than” Vani masih merajuk dan tangannya masih berusaha untuk menjamah
memeknya sendiri. “Ayo, jangan bantah lagi” kata Ethan sambil mengangkat
pantat Vani agar segera menungging.<br />
<br />
Vani dengan patuh
menaruh kedua tangannya di jok belakang, dengan kedua lutut berada di
jok depan yang sudah ditidurkan. Posisi yang sangat merangsang Ethan,
demi melihat bongkahan pantat yang bulat, dan memek tembem yang nongol
mesum di bawahnya.<br />
<br />
Cepat Ethan melepas sabuk dan celana
panjangnya, lalu meloloskan celana dalamnya. Langsung saja kontol hitam
berurat sepanjang 17cm dan berdiameter 4.5cm itu melompat tegak
mengacung, mengangguk-ngangguk siap untuk bertempur. Vani yang mendengar
suara-suara melepas celana di belakangnya, menengok dan langsung kaget
melihat kontol Ethan sudah teracung dengan gagahnya.<br />
<br />
”Buset,
gede juga tu kontol, hampir sama dg punya Albert” pikir Vani
reflek.”Eh, lo mo ngontolin gue Than. Enak aja!” teriak Vani dan mencoba
untuk membalik badan.<br />
<br />
Tapi Ethan lebih cepat lagi
langsung menindih punggung Vani, sehingga Vani harus bertelekan lagi
dengan kedua sikunya ke jok belakang. Ethan menggerakkan maju mundur
pantatnya sehingga kontolnya yang ngaceng, menggesek-gesek bibir memek
Vani. ”Sshh...Than...mmhh.. jangan macem-macem lo ya!” ujar Vani masih
berupaya galak, tidak mau dikentot oleh Ethan.<br />
<br />
Kedua
tangan Ethan meraih kedua toked besar Vani yang menggantung dan
meremas-remasnya dengan ganas. Sambil menciumi dan menggigit tengkuk
Vani, Ethan berkata ”Udah deh, lo ga usah sok ga doyan kontol gitu. Kan
lo yang mau dituntasin. Ini gue tuntasin sekalian dengan kontol gue.
Lebih mantep timbang cuma jari & lidah hehe”. Remasan & pilinan
di kedua toket dan serbuan di tengkuk dan telinga membuat gairah Vani
mulai naik lagi. Nafas Vani mulai memburu. Tapi Vani masih mencoba untuk
bertahan. Namun, gesekan kontol yang makin intense di bibir memek
Vani, betul-betul membuat pertahanan Vani makin goyah. Kepalanya mulai
terasa ringan, dan rasa gatal kembali menyerang memeknya dengan hebat.<br />
<br />
”Hmffh...shh...awas
lo Than kalo sampe hhemm.. sampe berani masukin kontol lo, lo bakal
gue..hmff..gue....OUUHHHHH” omongan Vani terputus lenguhannya, karena
tiba-tiba Ethan mengarahkan pal-kon nya ke lubang memek Vani yang sudah
basah kuyup dan langsung mendorongnya masuk, hingga kepala kontol Ethan
yang besar kaya jamur merah amblas dalam memek tembem Vani, sehingga
ada peju Vani yang muncrat keluar.<br />
<br />
”Hah..hah...shhh...brengs
ek lo Ethannn. kontol lo...kontol lo...itu mo masuk ke memek guee...”
erang Vani kebingungan, antara gengsi dan birahi. Ethan diam saja, tapi
memajukan lagi pantatnya sehingga tongkolnya yang besar masuk sekitar 2
cm lagi, tapi kemudian ditarik perlahan keluar lagi sambil membawa
cairan pelumas memek Vani. Sekarang pantat Ethan maju mundur perlahan,
mengocok memiaw Vani tapi tidak dalam-dalam, hanya dengan pal-konnya
aja. Tapi, hal ini malah membuat Vani blingsatan, keenakan.<br />
<br />
”HMFPHH....HEEMMFFHH...SS
HH AAHH...Ethannn kontol lo... kontol lo... ngocokin memek
guee....hhmmmff”. Rasa gatal yang mengumpul di memek Vani, serasa
digaruk-garuk dengan enaknya. Vani yang semula tidak mau dikontolin,
jadi kepengen dikocok terus oleh kontol Ethan.<br />
<br />
Kata Ethan
”Jadi mau lo gimana? Gue stop neh”. Ethan langsung mencabut kontolnya,
dan hanya menggesek-gesekkan di bibir memek Vani. ”Ethaan...pleasee..
kentot gue. Masukin kontol lo ke memek gue. Gue udah ga tahan
gatelnya..gue pengen dikenttooott!!!” rengek Vani sambil
menggoyang-goyangkua pinggulnya, berusaha memundurkan pantatnya agar
kontol Ethan yang dibibir memeknya bisa masuk lagi.<br />
<br />
”Hahahaha
sudah gue duga, elo emang lonte horny Van. Dari tampang & body elo
aja gue tau, kalo elo itu haus tongkol” tawa Ethan penuh kemenangan.
”Ayo buka paha lebih lebar lagi” perintah Ethan. Vani langsung
menurutinya, membuka pahanya lebih lebar sehingga memeknya makin
terpampang. Ethan tanpa tedeng aling-aling langsung menusukkan
kontolnya kuat-kuat ke memek Vani. Dan...BLESHH...seluruh tongkol hitam
itu ditelan oleh memek montok Vani. Air peju Vani terciprat keluar
akibat tekanan tiba-tiba benda tumpul besar.<br />
<br />
”AUUGGHHHH............!!! ” pekik Vani yang kaget dan kesakitan.<br />
<br />
”Hehehe
gimana rasa kontol gue Van” kekeh Ethan yang sedang menikmati hangat
dan basahnya memek Vani. Vani masih shock dan agak tersengal-sengal
berusaha menyesuaikan diri dengan benda besar yang sekarang menyesaki
liang memeknya. ”Buseet..tebel banget nih kontol, memek gue penuh
banget, keganjel. Mo buka paha lebih lebar lagi udah ga bisa.. mhhmff”
erang Vani dalam hati. Karena Vani diam saja, hanya nafasnya saja yang
terdengar memburu.<br />
<br />
Ethan mulai menarik keluar kontolnya
sampai setengahnya, kemudian mendorongnya masuk lagi. Demikian terus
menerus dengan ritme yang tepat. ”Hehh..heh...mmm legit banget memek lo
Vannn..” desah Ethan keenakan ngentotin memek Vani yang peret tapi
basah itu. Hanya butuh tiga kocokan, Vani mulai didera rasa konak dan
kenikmatan yang luar biasa. Menjalari seluruh tangan, pundak, tokednya,
sampai selangkangan dan seluruh memeknya. Rasa gatal yang sangat
digemari oleh Vani seperti mengumpul dan menjadi berkali lipat gatalnya
di memeke Vani. Vani sudah tidak mendesah lagi, tapi melenguh dengan
hebat. Hilang sudah gengsi, tinggal rasa konak yang dahsyat.<br />
<br />
”UUHHHHH.....UHHH......OUUHHGG
GG... ENNAAKKNYAA...”.”OH GODD..memek GUE...memek GUE..”Vani
terbata-bata disela lenguhannya yang memenuhi mobil..”memek GUE..GATELLL
BANGETT....KENTTOOTTT GUE TTHANN...ARGGHH...”<br />
<br />
Lenguhan
Vani semakin keras dan omongan vulgar keluar semua dari bibir sexy-nya.
Kepalan tangan Vani menggegam keras, kepalanya menggeleng semakin
cepat, pinggulnya bergerak heboh berusaha menikmati seluruh kontol
Ethan. Ethan pun terbawa napsunya yang sudah diubun-ubun. Tangannya
meremas-remas toked Vani tanpa henti dengan kasarnya, dan Ethan sudah
tidak menciumi pundak & tengkuk Vani, melainkan menggigitnya
meninggalkan bekas-bekas merah. Pantatnya bergerak maju mundur dengan
ritme yang berantakan, cepat lalu perlahan, kemudian cepat lagi, membuat
kontol Ethan mengocok memek Vani seperti kesetanan.<br />
<br />
Bunyi
pejuh Vani yang semakin membanjir menambah nafsu mereka berdua semakin
menggila. SLEPP..SLEPP..SLEPP..PLAK..PLA K...suara kontol yang keluar
masuk memek dan benturan pantat Vani dengan pangkal kontol Ethan
terdengar di sela-sela lenguhan Vani & Ethan. Tak sampai 10 menit
Vani merasakan aliran darah seluruh tubuhnya mengalir ke memeknya. Rasa
gatal sepertinya meruncing dan semakin memuncak di tempat-tempat yang
dikocok oleh tongkol Ethan.<br />
<br />
”GUEE KELUAARRRR
THANNN......OUUUHHHHHHHHH....A HHHHHHH...” teriak Vani melampiaskan rasa
nikmat yang tiba-tiba meledak dari memeknya. Ethan merasakan semburan
hangat pada tongkolnya dari dalam memek Vani. Karena Ethan tetap
mengocokkan kontolnya, bahkan lebih cepat ketika Vani mencapai
klimaksnya, Vani bukan saja dilanda satu orgasme, melainkan beberapa
orgasme sekaligus bertubi-tubi.<br />
<br />
”OAHHH...OHHH....UUUHH..KOK..K
OK.. KLUAR TERUSSS NIIIHHH...” erang Vani dalam klimaksnya yang
berkali-kali sekaligus. Hal ini membuat Vani berada dalam kondisi extacy
dalam 30 detik lamanya. Badan Vani berkelonjotan, air pejunya muncrat
keluar dari dalam memeknya. ”Gilaa..enak bener than... gue sampe keluar
berkali-kali” ujar Vani agak bergetar karena Ethan masih dengan
nafsunya mompain memek Vani. ”Hehehe demen banget liat lo keluar kaya
gitu Van. Betul-betul nafsuin. Tapi ini baru setengah jalan. Gue bikin
lo lebih kelonjotan lagi. Gue kentot lo sampai peju lo keluar semua”
kata Ethan.<br />
<br />
Vani hanya bisa merutuk dalam hati, karena
memang dia merasa keenakan dientot Ethan dengan cara sekasar itu.
Kemudian Ethan membalik tubuh Vani agar terlentang dan bersandar di jok
belakang. Kedua kaki Vani diangkat dan mengangkang lebar sehingga
Ethan bisa dengan jelas melihat memek Vani yang chubby itu berleleran
dengan peju Vani. ”Than, udahan dulu ya. Gue lemes banget” Vani
terengah-engah minta time-out. Tapi bukan Ethan namanya kalo nurutin
kemauan si cewek. Bagi Ethan, si cewek harus digenjot terus sampai
betul-betul lemes, baru disitu si cewek dapat klimaksnya yang paling
hebat. Tidak pedulian rengekan Vani, Ethan langsung mengarahkan
kontolnya ke memek Vani yang menganga, dan langsung BLEESHH..!! Dengan
mudahnya memek Vani menelan kontol Ethan.<br />
<br />
”Hmmffpp..sshiitt..”
Vani cuma bisa mengumpat perlahan karena tiba-tiba saja (lagi) kontol
Ethan sudah amblas kedalam memeknya. Ethan langsung menggenjot Vani
dengan kecepatan tinggi. SLLEPP...SLEEPP... SLLEPPP...SLEPP.... kontol
Ethan keluar masuk memek Vani dengan cepat. Vani yang sudah lemes dan
kehabisa energy, tiba-tiba mulai merasakan sensasi horny lagi. ”Oh
shit..gue kok horny lagi. Lagi-lagi memek gue minta digaruk shhhh..”
mengumpat Vani dalam hati. Ethan yang kini berhadapan dengan Vani, bisa
melihat perubahan mimik muka Vani yang dari lemes dan ogah-ogahan,
menjadi mimik orang keenakan dan horny abis. ”Hehehe gue kata juga apa.
Elo memang harus dikentot terus, dasar memek lonte” ujar Ethan sambil
terus memompa memek Vani. Kedua tangan Ethan kini bertelekan di toked
Vani, dan meremasnya seperti meremas balon.<br />
<br />
”AAHH...AHH...AHH..EEMMPPHH...
.EKKHH....” erang Vani yang merem melek keenakan dientot. Kali ini
tidak sampai 5 menit, seluruh otot tubuh Vani sudah mengejang. Kedua
tangan Vani memeluk dan mencakar punggung Ethan kuat-kuat. Lenguhan yang
keluar dari mulut Vani semakin keras.<br />
<br />
”HOUUUHH....HOOOHH....UUUGGHHH
...ENNAAKKKKK..TERUSSS THANN.... GENJOTTT TERUSS.... GUE AMPIIRR
NEEHHH........”.”Woe, lonte, lo udah mo keluar lagi? Tunggu gue napa”
damprat Ethan tapi tetapi malah mempercepat genjotannya. Tanpa dapat
dihalangi lagi, memek Vani kembali berkedut-kedut keras dan
meremas-remas kontol Ethan yang berada didalamnya. Diiringi pekikan
keras, Vani mencapai klimaksnya yang kesekian.<br />
<br />
”AAGGGHHHHHHHHHHHHH........... .........GUE KLUUAARRR ........”.<br />
<br />
Vani
merasakan gelombang kenikmatan yang luar biasa itu lagi, dan seluruh
tulangnya serasa diloloskan. ”Hhhh.....enak bangetttttt. Lemes banget
gue” membatin si Vani. Melihat Vani yang sudah keluar lagi, kali si
Ethan agak kesal karena dia sebenernya juga sudah hampir keluar. Tapi
kalo si cewek sudah nggak binal lagi, si Ethan merasa kurang puas.
”Sialan, lo Van. Main keluar aja lo. Kalo gitu gue entot diluar aja lo.
Di sini sempit banget”.<br />
<br />
Maka Ethan langsung membuka
pintu mobil, keluar dan menarik Vani keluar. ”Eh..eh.. apa-apaan ni
Than. Gue mo dibawa kemana?” tanya Vani lemes. “Kaki gue lemes banget
Than, susah banget berdiri” tambah Vani. Ethan langsung bopong Vani
keluar dari mobil. Langsung dibawa kedepan mobil. Lantas badan Vani
ditenkurapkan di kap depan BMW-nya.<br />
<br />
Posisinya betul-betul
merangsang. Pinggang ke atas tengkuran di kap mobil, dengan kedua
tangan terpentang. Kedua kaki Vani yang lemes menjejak tanah, dibuka
lebar-lebar pahanya oleh Ethan. Vani jengah sekali karena kini dia
bugil di tempat terbuka. Siapa saja bisa melihat mereka. ”Than, balik
dalam lagi aja yuk” ujar Vani sambil berupaya berdiri. Tapi dengan
kuatnya tangan Ethan menahan punggung Vani agar tetap tengkurap di kap
mobil, sehinggu pantatnya tetap nungging. ”Kan gue udah bilang, gue
bakal kentotin lo sampai habis peju lo Van” ujar Ethan yang nafsunya
makin berkobar melihat posisi Vani.<br />
<br />
Hawa dingin malam
malah membuat Ethan merasa energinya kembali lagi. Kedua tangan Ethan
meremas bongkahan semok pantat Vani, dan membukanya sehingga memek Vani
yang masih berleleran peju ikut membuka. Ethan langsung melesakkan
kontolnya dalam-dalam ke memek Vani. ”AHHHH...” pekik Vani tertahan.<br />
<br />
Kali
ini Ethan betul-betul seperti kesetanan. Tidak ada gigi 1, atau 2,
bahkan 3. Langsung ke gigi 4 dan 5. Genjotan maju mundurnya
dilakukannya sangat cepat, dan ketika menusukkan tongkolnya dilakukan
dengan penuh tenaga. PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK..bunyi pantat Vani yang
beradu dengan badan Ethan semakin keras terdengar. ”GILAA...ENAKKK
BANGET NIH memekKK.....” Ethan mengerang keenakan.<br />
<br />
Tangannya
mencengkram pantat Vani kuat-kuat, dan kepala Ethan mendongak ke atas,
keenakan. Vani yang mula-mula kesakitan, mulai terangsang lagi. Entah
karena kocokan Ethan, atau karena sensasi ngentot di areal terbuka
seperti ini. Perasaan seperti dilihat orang, membuat memek Vani
berkedut-kedut dan gatel lagi. Maka lenguhannya pun kembali terdengar.<br />
<br />
”OUUHHH....HHHMMFFPPPPP....OHH H..UOOHH...ENAK..ENAK..ENAAKKK ....” Vani meceracau.<br />
<br />
Mendengar
lenguhan Vani, Ethan tambah nafsu lagi ”Ooo.. lo demen ya dikentot
kasar gini ya Van..Gue tambahin lagi kalo gitu” kata Ethan dengan nafas
memburu. Jari-jari Ethan tetap mencengkram bongkahan montok pantat
Vani, tapi bedanya kedua jari jempolnya dilesakkan kedalam lubang
pantatnya. Dan digerakkan berputar-putar didalamnya. Lubang pantat Vani
adalah juga merupakan titik sensitif bagi Vani, sehingga mendatangkan
sensasi baru lagi. Apalagi 2 jari jempol yang langsung
mengobok-oboknya. Vani makin blingsatan dan makin heboh lenguhannya.<br />
<br />
”GILAA LO THAN...UUHHHHHH.. UHH..UHH.. OUUUUUUHHHHHHH.....!<br />
<br />
Vani
sudah tidak bisa berkata-kata lagi, cuma lenguhan yang kluar dari
mulutnya. Ethan tidak sadar bahwa setelah hampir 10 menit mengocok Vani
dari belakang, Vani sudah dua kali keluar lagi. Vani yang sudah agak
lewat sensasi orgasmenya, mulai menyadari bahwa gerakan Ethan mulai
tidak beraturan dan tongkolnya jadi membesar. ”Oh shit, Ethan mo keluar.
Pasti dia pengen nyemprot dalam memek gue. Harus gue cegah” pikir Vani
panik. Tapi, pikiran tinggal pikiran. Badan Vani tidak mau diajak
kerja sama. Mulutnya meneriakkan ”THAAN, JANGAN NGECRET
DIDALLAMM....PLEASEE!!!". Tapi Ethan yang memang sudah berniat
menyemprotkan pejunya dalam memek Vani, malah semakin semakin semangat
menggenjot dalam-dalam memek Vani. Vani sendiri karena memeknya semakin
disesaki oleh kontol Ethan yang membesar karena hendak ngecret, jadi
terangsang lagi dan langsung hendak ngecret juga.<br />
<br />
Maka,
ketika Ethan mencapai klimaksnya, tangannya mencengkram pantat Vani
kuat-kuat, dan kontolnya ditekan dalam-dalam dalam memek Vani, Ethan
meraung keras. "HMMUUUUAHHHHH....AAHHHH” cairan peju hangat Ethan
menyemprot berkali-kali dalam liang memek Vani. Vani pun bereteriak
keras ” OUUUAAHHHH....GUE KELUARRRRR....” dan pejunya pun ikut muncrat
lagi.<br />
<br />
Kedua mahluk lain jenis itu berkelonjotan menikmati
setiap tetes peju yang mereka keluarkan. Cairan peju Ethan dan Vani
berleleran keluar dari sela-sela jepitan kontol & memek Vani. Banyak
sekali cairan yang keluar meleleh dari memek Vani turun ke pahanya.<br />
<br />
Ethan
puas sekali bisa menembakkan pejunya dalam memek cewek sesexy Vani.
Apalagi si Vani ikutan keluar juga. ”Komplet dah” pikir Ethan. Karena
lemas, Ethan ikut tengkurap, menindih tubuh Vani di atas kap mobil.
kontolnya yang mulai mengecil, masih dibiarkan di dalam memek Vani.
Sedang Vani sendiri, masih memejamkan mata menikmati setiap sensasi
extasy kenikmatan orgasme yang masih menjalarinya seluruh tubuhnya.
Belum pernah ia ngentot sampai keluar lebih dari 4 kali seperti ini.
Apalagi sebelumnya dia sempat menolak. Rasa tengsin dan malu mulai
menjalar lagi, setelah gelombang kenikmatan orgasmenya memudar.<br />
<br />
Ethan
yang masih menindihnya berkata ”Hehehe enak kan. Gue demen banget
ngentot sama lo Van. Betul-betul binal & liar. Memek lo ga ada
matinya, nyemprot peju mulu” kata Ethan seenaknya. Vani cuma bisa diam
dan ngedumel dalam hati. ”Udah, bangun lo. Anter gue pulang sekarang.
Berlebih banget nih gue bayarnya” ujar Vani ketus. ”Heheh ok..ok gue
udah dapet apa yang gue mau. Sekarang gue anter lo pulang” balas Ethan.<br />
<br />
Ethan
pun bangun dari punggung Vani dan beranjak ke pintu mobil dan mulai
memakai pakaian dan celananya. Tapi kemudian dia heran, kok si Vani
masih tengkurapan aja di kap mobil. ”Hei, katanya mo pulang. Kok masih
tengkurapan aja” tanya Ethan. Vani tidak menjawab, hanya terdenger
dengusan nafas saja. Ketika Ethan menghampiri, terlihatlah betapa
merahnya muka Vani, karena menahan malu. ”Than, bantuin gue bangun dong.
Kaki gue lemes banget. Selangkangan gue rasanya kaya masih ada yang
ngganjel” ujar Vani malu-malu. ”Hahaha...KO juga lo ya, cewe paling
bahenol di kampus” tawa Ethan membahana. Bertambahlah merahlah muka si
Vani. Ketika mau bopong Vani, tiba-tiba pikiran mesum Ethan keluar lagi.
Dikeluarkanlah HP-nya yang berkamera. Ethan ambil beberapa shot posisi
Vani yang mesum banget itu plus dua close up memek Vani yang
berleleran peju.<br />
<br />
Karena Vani memejamkan mata untuk
mengatur nafas, dia tidak sadar akan tindakan Ethan. Akhirnya Ethan
kasihan juga, tubuh Vani dibopong masuk kedalam mobil. Bahkan dibantuin
memakai pakaian dan roknya lagi. Tapi ketika Vani meminta panty-nya,
Ethan berkata ”Ini buat gue aja. Kenang-kenangan. Lo ga usah pake aja.
Memek lo butuh udara segar kelihatannya, habis tadi gue sumpalin pake
kontol gue terus”. ”Sial lo Than. Ya udah, ambil dah sana” ketus Vani.<br />
<br />
Vani
langsung tertidur di kursi mobil. Baru terbagun ketika mobil Ethan
sudah sampai di depan pagar kos-kosan Vani. ”Lo bisa jalan ga Van? Kalo
masih lemes, gue papah deh masuk ke kamar lo. Itung-itung ucapan
terima kasih sudah mau ngentot ama gue malam ini hehe” kata Ethan
nakal. Vani tidak bisa menolak tawaran itu, karena memang dia masih
merasa lemas dikedua kakinya. Maka Ethan pun memapah Vani berjalan
menuju kosnya.<br />
<br />
Kamar Vani ada di lantai 2. Kamar-kamar di
lantai 1 sudah pada tertutup semua. Tidak ada penghuninya yang
nongkrong di luar. Diam-diam Vani merasa lega. Apa kata orang kalo dia
pulang dipapah seperti ini. Kalo ga dibilang lagi mabok, bisa dibilang
yang enggak-enggak lainnya. Tapi sialnya, ketika dilantai 2 mereka
berpapasan dengan si Mirna yang baru dari kamar mandi. Mirna yang
selama ini jealous dengan kesexy-an Vani, perhatiin Vani dari ujung
rambut sampai ujung kaki.<br />
<br />
Tiba-tiba si Mirna ketawa sinis
”Napa lo Van”. ”Sedikit mabok Mir” jawab Vani sekenanya. ”Mabok apa
lo? Mabok peju kelihatannya” kata Mirna nyelekit sambil mandangi paha
Vani. Reflek Vani nengok kebawah, betapa kagetnya Vani, karena dia baru
sadar tadi belum bersihin leleran peju Ethan dan pejunya sendiri.
Lelehan peju mengalir dari dalam memek Vani, sampai lututnya. Cukup
banyak, sehingga kelihatan jelas.<br />
<br />
PIASS! Muka Vani
langsung memerah. Vani langsung berpaling, sedang Mirna terkekeh
senang.”Kalo elo kelihatannya malah kekurangan peju neh. Mana ada cowo
yang ikhlas kasi pejunya ke cewe kerempeng kayo elo?” tiba-tiba Ethan
nyeletuk pedes. Muka Mirna berubah dari merah, kuning sampai jadi
ungu.”Heh, gue juga punya cowok yang mau ngentot sama gue tanpa gue
minta” balas Mirna ketus.”Nah, berarti kan lo bedua sama, sama-sama
butuh kontol & pejunya. Napa saling hina. Urus aja urusan lo
masing-masing, dan kenikmatan lo masing-masing. Ga usah saling sindir”
tandas Ethan.<br />
<br />
Mirna langsung terdiam, dan ngloyor masuk
dalam kamarnya. Vani sedikit terkejut, ga nyangka kalo si bejat Ethan
bisa ngomong cerdas seperti itu. Betul-betul penyelamatnya. Setelah
ditidurkan di ranjangnya Ethan pamit ”Gue cao dulu ya Van. Thanks buat
malam ini. Betul-betul sex yang hebat. Baru kali ini gue ngrasain. Kalo
lo pengen, call gue aja ya. kontoll gue selalu siap melayani hehe”.
”Enak aja. Ini pertama dan terakhir Than. Kapok gue naik mobil lo” balas
Vani pedas.<br />
<br />
Ethan cuma tartawa saja, lalu berbalik
menutup pintu dan pergi. Sebenarnya Vani merasakan hal yang sama dengan
Ethan, betul-betul sex yang luar biasa malam ini. Vani ragu-ragu, bila
Ethan ngajak lagi, emang dia bakal langsung nolak. Kok ga yakin ya?
Sialan maki Vani pada diri sendiri. Sekarang gue butuh tidur. Dalam
sekejap Vani langsung terlelap, tanpa berganti pakaian.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a8.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/207034_202170203139218_202163969806508_596360_2105937_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-47386254804271553362012-01-17T01:04:00.001-08:002012-01-17T01:04:39.055-08:002 lawan 1Aku adalah gadis berusia 19 tahun. kawan-kawan mengatakan aku cantik,
tinggi 170, kulit putih dengan rambut lurus sebahu. Aku termasuk
populer diantara kawan-kawan, pokoknya ‘gaul abis’. Namun demikian aku
masih mampu menjaga kesucianku sampai.. Suatu saat aku dan enamorang
kawan Susi (19), Andra (20), Kelvin (22), Vito (22), Toni (23) dan Andri
(20). menghabiskan liburan dengan menginap di villa keluarga Andri di
Puncak.<br />
<br />
Susi walaupun tidak terlalu tinggi (160) memiliki
tubuh padat dengan kulit putih, sangat sexy apalagi dengan ukuran
payudara 36b-nya, Susi telah berpacaran cukup lama dengan Kelvin.
Diantara kami bertiga Andra yang paling cantik, tubuhnya sangat proporsi
tidak heran kalau sang pacar, Vito, sangat tergila-gila dengannya.
Sementara aku, Andri dan Toni masih ‘jomblo’. Andri yang berdarah India
sebenarnya suka sama aku, dia lumayan ganteng hanya saja bulu-bulu
dadanya yang lebat terkadang membuat aku ngeri, karenanya aku hanya
menganggap dia tidak lebih dari sekedar teman.<br />
<br />
Acara ke
Puncak kami mulai dengan ‘hang-out’ disalah satu kafe terkenal di kota
kami. Larut malam baru tiba di Puncak dan langsung menyerbu kamar tidur,
kami semua tidur dikamar lantai atas. Udara dingin membuatku terbangun
dan menyadari hanya Susi yang ada sementara Andra entah kemana. Rasa
haus membuatku beranjak menuju dapur untuk mengambil minum. Sewaktu
melewati kamar belakang dilantai bawah, telingaku menangkap suaraorang
yang sedang bercakap-cakap. Kuintip dari celah pintu yang tidak tertutup
rapat, ternyata Vito dan Andra. Niat menegur mereka aku urungkan,
karena kulihat mereka sedang berciuman, awalnya kecupan-kecupan lembut
yang kemudian berubah menjadi lumatan-lumatan. Keingintahuan akan
kelanjutan adegan itu menahan langkahku menuju dapur.<br />
<br />
Adegan
ciuman itu bertambah ‘panas’ mereka saling memagut dan
berguling-gulingan, lidah Vito menjalar bagai bagai ular ketelinga dan
leher sementara tangannya menyusup kedalam t-shirt meremas-remas
payudara yang menyebabkan Andra mendesah-desah, suaranya desahannya
terdengar sangat sensual. Disibakkannya t-shirt Andra dan lidahnya
menjalar dan meliuk-liuk di putingnya, menghisap dan meremas-remas
payudara Andra. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah,
mengelus-elus bagian sensitif yang tertutup g-string. Vito berusaha
membuka penutup terakhir itu, tapi sepertinya Andra keberatan.
Lamat-lamat kudengan pembicaraan mereka. “Jangan To” tolak Andra.
“Kenapa sayang” tanya Vito. “Aku belum pernah.. gituan” “Makanya dicoba
sayang” bujuk Vito. “Takut To” Andra beralasan. “Ngga apa-apa kok”
lanjut Vito membujuk “Tapi To” “Gini deh”, potong Vito, “Aku cium aja,
kalau kamu ngga suka kita berhenti” “Janji ya To” sahut Andra ingin
meyakinkan. “Janji” Vito meyakinkan Andra.<br />
<br />
Vito tidak
membuang-buang waktu, ia membuka t-shirt dan celana pendeknya dan
kembali menikmati bukit kenikmatan Andra yang indah itu, perlahan
mulutnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia
mengecup-ngecup gundukan diantara paha sekaligus menarik turung-string
Andra. Dengan hati-hati Vito membuka kedua paha Andra dan mulai mengecup
kewanitaannya disertai jilatan-jilatan. Tubuh Andra bergetar merasakan
lidah Vito. “Agghh.. To.. oohh.. enakk.. Too” Mendengar desahan Andra,
Vito semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan Andra
dan meremas-remas payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi
sepertinya telah menguasai Andra, tubuhnya menggelinjang keras disertai
desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tangannya mengusap-usap
dan menarik-narik rambut Vito, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan
yang ia rasakan.<br />
<br />
Andra semakin membuka lebar kedua
kakinya agar memudahkan mulut Vito melahap kewanitaannya. Kepalanya
mengeleng kekiri-kekanan, tangannya menggapai-gapai, semua yang diraih
dicengramnya kuat-kuat. Andra sudah tenggelam dan setiap detik belalu
semakin dalam ia menuju ke dasar lautan birahi. Vito tahu persis apa
yang harus dilakukan selanjutnya, ia membuka CDnya dan merangkak naik
keatas tubuh Andra. Mereka bergumul dalam ketelanjangan yang berbalut
birahi. Sesekali Vito di atas sesekali dibawah disertai gerakan erotis
pinggulnya, Andra tidak tinggal diam ia melakukan juga yang sama.
Kemaluanmereka saling beradu, menggesek, dan menekan-nekan. Melihat itu
semua membuat degup jantung berdetak kencang dan bagian-bagian sensitif
di tubuhku mengeras.. Aku mulai terjangkit virus birahi mereka.<br />
<br />
Vito
kemudian mengangkat tubuhnya yang ditopang satu tangan, sementara
tangan lain memegang kejantannya. Vito mengarahkan kejantanannya
keselah-selah paha Anggie. “Jangan To, katanya cuma cium aja” sergah
Andra. “Rileks An” bujuk Vito, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di
kewanitaan Andra. “Tapi.. To.. oohh.. aahh” protes Andra tenggelam dalam
desahannya sendiri. “Nikmatin aja An” “Ehh.. akkhh.. mpphh” Andra
semakin mendesah “Gitu An.. rileks.. nanti lebih enak lagi” “He eh To..
eesshh” “Enak An..?” “Ehh.. enaakk To” Aku benar-benar ternganga
dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku melihat milik pria yang
sebenarnya, apalagi adegan ‘live’ seperti itu.<br />
<br />
<br />
Tidak
ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan kenikmatan Andra yang
terdengar. “Aku masukin ya An” pertanyaan yang tidak membutuhkan
jawaban. Vito langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya
tenggelam dalam kewanitaan Andra. “Aakhh.. To.. eengghh” erang Andra
cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya. Vito
lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya
bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Andra.
“Teruss.. Too.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg” Andra
meracau. “Aku suka sekali payudara kamu An.. mmhh” “Aku juga suka kamu
isep To.. ahh” Andra menyorongkan dadanya membuat Vito bertambah mudah
melumatnya. Bukan hanya Andra yang terayun-ayun gelombang birahi, aku
yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai
meremas-remas payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku
terpejam-pejam merasakan nikmatnya.<br />
Vito tahu Andra sudah pada
situasi ‘point of no return’, ia merebahkan badannya menindih Andra dan
memeluknya seraya melumat mulut, leher dan telinga Andra dan.. kulihat
Vito menekan pinggulnya, dapat kubayangkan bagaimana kejantanannya
melesak masuk ke dalam rongga kenikmatan Andra. “Auuwww.. To.. sakiitt”
jerit Andra. “Stop.. stop To” “Rileks An.. supaya enak nanti” bujuk
Vito, sambil terus menekan lebih dalam lagi. “Sakit To.. pleasee..
jangan diterusin” Terlambat.. seluruh kejantanan Vito telah terbenam di
dalam rongga kenikmatan Andra. Beberapa saat Vito tidak bergerak, ia
mengecup-ngecup leher, pundak dan akhirnya payudara Andra kembali jadi
bulan-bulanan lidah dan mulutnya. Perlakuan Vito membuat birahi Andra
terusik kembali, ia mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan
semakin menjadi-jadi. Bagian belakang tubuh Vito yang mulai dari
punggung, pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan
tangan Andra.<br />
Vito memahami sekali keadaan Andra, pinggulnya
mulai digerakan memutar perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas
melahap gundukan daging Andra yang dihiasi puting kecil
kemerah-merahan. “Uhh.. ohh.. To” desah kenikmatan Andra, kakinya
dibuka lebih melebar lagi. Vito tidak menyia-nyiakan kesempatan ini
dipercepat ritme gerakan pinggulnya. “Agghh.. ohh.. terus Too” Andra
meracau merasakan kejantanan Vito yang berputar-putar di kewanitaannya,
kepalanya tengadah dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang.
Merasakan gerakannya mendapat respon Vito tidak ragu lagi untuk
menarik-memasukan batang kemaluannya. “Aaauugghh.. sshh.. Too.. ohh..
Too” Andra tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu
saya dari mulutnya.<br />
Pinggul Vito yang turun naik dan kaki Andra
yang terbuka lebar membuat darahku berdesir, menimbulkan denyut-denyut
di bagian sensitifku, kumasukan tangan kiri kebalik celana pendek dan
CD. Tubuhku bergetar begitu jari-jemariku meraba-raba kewanitaanku.
“Ssshh.. sshh” desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir
kemaluanku yang sudah basah, sesaat ‘life show’ Vito dan Andra
terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Andra.
“Adduuhh.. Too.. nikmat sekalii” Andra terbuai dalam birahinya yang
menggebu-gebu. “Nikmati An.. nikmati sepuas-puasnya” “Ssshh.. ahh..
ohh.. ennaak Too” “Punya kamu enaakk sekalii An.. uugghh” “Ohh.. Too..
aku sayang kamu.. sshh” desah Andra seraya memeluk, pujian Vito rupanya
membuat Andra lebih agresif, pantatnya bergoyang mengikuti irama
hentakan-hentakan turun-naik pantat Vito. “Enaak An.. terus goyang..
uhh.. eenngghh” merasakan goyangan Andra Vito semakin mempercepat
hujaman-hujaman kejantanannya. “Ahh.. aahh.. Too.. teruss.. sayaang”
pekik Andra. Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan
membanjir menyelimuti tubuh mereka. “Too.. tekan sayangg.. uuhh.. aku
mau ke.. kelu.. aarrghh” erang Andra. Vito menekan pantatnya dalam-dalam
dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka
memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya.. terkulai lemas.<br />
Dikamar
aku gelisah mengingat-ingat kejadian yang baru saja kulihat,
bayang-bayang Vito menyetubuhi Andra begitu menguasai pikiranku. Tak
kuasa aku menahan tanganku untuk kembali mengusap-usap seluruh bagian
sensitif di tubuhku namun keberadaan Susi sangat mengganggu, menjelang
ayam berkokok barulah mataku terpejam. Dalam mimpi adegan itu muncul
kembali hanya saja bukan Andra yang sedang disetubuhi Vito tetapi
diriku.<br />
Jam 10.00 pagi harinya kami jalan-jalan menghirup udara
puncak, sekalian membeli makanan dan cemilan sementara Susi dan Kelvin
menunggu villa. Belum lagi 15 menit meninggalkan villa perutku tiba-tiba
mulas, aku mencoba untuk bertahan, tidak berhasil, bergegas aku
kembali ke villa.<br />
Selesai dari kamar mandi aku mencari Susi dan
Kelvin, rupanya mereka sedang di ruang TV dalam keadaan.. bugil.
Lagi-lagi aku mendapat suguhan ‘live show’ yang spektakuler. Tubuh Susi
setengah melonjor di sofa dengan kaki menapak kelantai, Kelvin
berlutut dilantai dengan badan berada diantara kedua kaki Susi,
Mulutnya mengulum-ngulum kewanitaan Susi, tak lama kemudian Kelvin
meletakan kedua tungkai kaki Susi dibahunya dan kembali menyantap
’segitiga venus’ yang semakin terpampang dimukanya. Tak ayal lagi Susi
berkelojotan diperlakukan seperti itu.<br />
“Ssshh.. sshh.. aahh”
desis Susi. “Oohh.. Kel.. nikmat sekalii.. sayang” “Gigit.. Kel..
pleasee.. gigitt” “Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa” Melengkapi
kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Susi mencengkram
kepala Kelvin, tangan lainnya meremas-remas payudara 36b-nya sendiri
serta memilin putingnya.<br />
Beberapa saat kemudian mereka berganti
posisi, Susi yang berlutut di lantai, mulutnya mengulum kejantanan
Kelvin, kepalanya turun naik, tangannya mengocok-ngocok batang
kenikmatan itu, sekali-kali dijilatnya bagai menikmati es krim. Setiap
gerakan kepala Susi sepertinya memberikan sensasi yang luar biasa bagi
Kelvin. “Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg” desah Kelvin. “Ohh..
sayangg.. enakk sekalii” Suara desahan dan erangan membuat Susi tambah
bernafsu melumat kejantanan Kelvin. “Ohh.. Susii.. ngga tahann..
masukin sayangg” pinta Kelvin.<br />
Susi menyudahi lumatannya dan
beranjak keatas, berlutut disofa dengan pinggul Kelvin berada diantara
pahanya, tangannya menggapai batang kenikmatan Kelvin, diarahkan
kemulut kewanitaannya dan dibenamkan. “Aaagghh” keduanya melenguh
panjang merasakan kenikmatan gesekan pada bagian sensitif mereka
masing-masing. Dengan kedua tangan berpangku pada pahanya Susi mulai
menggerakan pinggulnya mundur maju, karuan saja Kelvin mengeliat-geliat
merasakan batangnya diurut-urut oleh kewanitaan Susi. Sebaliknya,
milik Kelvin yang menegang keras dirasakan oleh Susi mengoyak-ngoyak
dinding dan lorong kenikmatannya. Suara desahan, desisan dan lenguhan
saling bersaut manakala kedua insan itu sedang dirasuk kenikmatan
duniawi.<br />
Tontonan itu membuat aku tidak dapat menahan keinginanku
untuk meraba-raba2 sekujur tubuhku, rasa gatal begitu merasuk kedalam
kemaluanku. Kutinggalkan ‘live show’ bergegas menuju kamar,
kulampiaskan birahiku dengan mengesek-gesekan bantal di kewanitaanku.
Merasa tidak puas kusingkap rok miniku, kuselipkan tanganku kedalam
CD-ku membelai-belai bulu-bulu tipis di permukaan kewanitaanku dan..
akhirnya menyentuh klitorisku. “Aaahh.. sshh.. eehh” desahku merasakan
nikmatnya elusan-elusanku sendiri, jariku merayap tak terkendali ke
bibir kemaluanku, membuka belahannya dan bermain-main ditempat yang
mulai basah dengan cairan pelancar, manakala kenikmatan semakin
membalut diriku tiba-tiba pintu terbuka.. Susi! masih dengan pakaian
kusut menerobos masuk, untung aku masih memeluk bantal, sehingga
kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya. “Ehh Ver.. kok ada disini,
bukannya tadi ikut yang lain?” sapa Susi terkejut. “Iya Si.. balik
lagi.. perut mules” “Aku suruh Kelvin beli obat ya” “Ngga usah Si.. udah
baikan kok” “Yakin Ver?” “Iya ngga apa-apa kok” jawabku meyakinkan
Susi yang kemudian kembali ke ruang tengah setelah mengambil yang
dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku karena rasa kaget.<br />
Malam
harinya selesai makan kami semua berkumpul diruang tengah, Andri
langsung memutar VCD X-2. Adegan demi adegan di film mempengaruhi kami,
terutama kawan-kawan pria, mereka kelihatan gelisah. Film masih
setengah main Susi dan Kelvin menghilang, tak lama kemudian disusul
oleh Andra dan Vito. Tinggal aku, Toni dan Andri, kami duduk dilantai
bersandar pada sofa, aku di tengah. Melihat adegan film yang bertambah
panas membuat birahiku terusik. Rasa gatal menyeruak dikewanitaanku
mengelitik sekujur tubuh dan setiap detik berlalu semakin memuncak
saja, aku jadi salah tingkah. Toni yang pertama melihat kegelisahanku.
“Kenapa Ver, gelisah banget horny ya” tegurnya bercanda. “Ngga lagi,
ngaco kamu Ton” sanggahku. “Kalau horny bilang aja Ver.. hehehe.. kan
ada kita-kita” Andri menimpali. “Rese’ nih berdua, nonton aja tuh”
sanggahku lagi menahan malu.<br />
Toni tidak begitu saja menerima
sanggahanku, diantara kami ia paling tinggi jam terbangnya sudah tentu
ia tahu persis apa yang sedang aku rasakan. Toni tidak
menyia-nyiakannya, bahuku dipeluknya seperti biasa ia lakukan, seakan
tanpa tendensi apa-apa. “Santai Ver, kalau horny enjoy aja, gak usah
malu.. itu artinya kamu normal” bisik Toni sambil meremas pundakku.
Remasan dan terpaan nafas Toni saat berbisik menyebabkan semua
bulu-bulu di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok.
Toni menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya,
tak ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya. “Remas aja paha aku Ver
daripada rok” bisik Toni lagi. Kalau sedang bercanda jangankan paha,
pantatnya yang ‘geboy’ saja kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali
ini merasakan paha Toni dalam remasanku membuat darahku berdesir keras.
“Ngga usah malu Ver, santai aja” lanjutnya lagi. Entah karena
bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak jelas, yang pasti
tanganku tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan yang ‘wow’
kuremas pahanya. Merasa mendapat angin, Toni melepaskan rangkulannya
dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih dekat dengkul
lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuatku merinding.<br />
Entah
bagaimana mulainya tanpa kusadari tangan Toni sudah berada dipaha
dalamku, tangannya mengelus-elus dengan halus, ingin menepis, tapi,
rasa geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan
kenakalan tangan Toni yang semakin menjadi-jadi. “Ver gue suka deh liat
leher sama pundak kamu” bisik Toni seraya mengecup pundakku. Aku yang
sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan
kecupannya itu. “Jangan Ton” namun aku berusaha menolak. “Kenapa Ver,
cuma pundak aja kan” tanpa perduli penolakanku Toni tetap saja mengecup,
bahkan semakin naik keleher, disini aku tidak lagi berusaha ‘jaim’.
“Ton.. ahh” desahku tak tertahan lagi. “Enjoy aja Ver” bisik Toni lagi,
sambil mengecup dan menjilat daun telingaku. “Ohh Ton” aku sudah tidak
mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat ‘live show’
dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku. Aku hanya mampu tengadah
merasakan kenikmatan mulut Toni di leher dan telingaku. Andri yang
sedari tadi asik nonton melihatku seperti itu tidak tinggal diam, ia pun
mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak, leher dan telinga sebelah
kiriku jadi sasaran mulutnya.<br />
Melihat aku sudah pasrah mereka
semakin agresif. Tangan Toni semakin naik hingga akhirnya menyentuh
kewanitaanku yang masih terbalut CD. Elusan-elusan di kewanitaanku,
remasan Andri di payudaraku dan kehangatan mulut mereka dileherku
membuat magma birahiku menggelegak sejadi-jadinya. “Agghh.. Tonn..
Drii.. ohh.. sshh” desahanku bertambah keras. Andri menyingkap tang-top
dan braku bukit kenyal 34b-ku menyembul, langsung dilahapnya dengan
rakus. Toni juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD meraba-raba
kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak
terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras.<br />
“Emmhh..
aahh.. ohh.. aagghh” desahanku berganti menjadi erangan-erangan.
Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan
dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Andri
melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga
mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan
liarnya. Sementara Toni menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin
naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya
bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Andri pun sudah
melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan
bibir dan lidahnya.<br />
Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan
kesadaran, tubuhku bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah
kenikmatan hisapan-hisapan mereka. Bahkan aku mulai berani punggung
Andri kuremas-remas, kujambak rambutnya dan merengek-rengek meminta
mereka untuk tidak berhenti melakukannya. “Aaahh.. Tonn.. Drii..
teruss.. sshh.. enakk sekalii” “Nikmatin Ver.. nanti bakal lebih lagi”
bisik Andri seraya menjilat dalam-dalam telingaku. Mendengar kata
‘lebih lagi’ aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul
kuangkat-angkat, ingin Toni melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia
memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan
daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama
kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku
menegang, kupeluk Andri-yang sedang menikmati puting susu-dengan
kuatnya. “Aaagghh.. Tonn.. Drii.. akuu.. oohh” jeritku keras, dan
merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku
melemas.. lungai.<br />
Toni dan Andri menyudahi ‘hidangan’ pembukanya,
dibiarkan tubuhku beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata
kuingat-ingat apa yang baru saja kualami. Permainan Andri di payudara
dan Toni di kewanitaanku yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah
kualami sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar
birahi diseluruh tubuhku. Aku semakin tenggelam saja dalam
bayang-bayang yang menghanyutkan, dan tiba-tiba kurasakan hembusan
nafas ditelingaku dan rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh..
bibir dan lidah Andri mulai lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di
gelitiki ribuan semut, ternyata Andri sudah polos dan bulu-bulu lebat
di tangan dan dadanya menggelitiki tubuhku. Begitupun Toni sudah bugil,
ia membuka kedua pahaku lebar-lebar dengan kepala sudah berada
diantaranya.<br />
Mataku terpejam, aku sadar betul apa yang akan
terjadi, kali ini mereka akan menjadikan tubuhku sebagai ‘hidangan’
utama. Ada rasa kuatir dan takut tapi juga menantikan kelanjutannya
dengan berdebar. Begitu kurasakan mulut Toni yang berpengalaman mulai
beraksi.. hilang sudah rasa kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku
bangkit merasakan lidah Toni menjalar dibibir kemaluanku, ditambah lagi
Andri yang dengan lahapnya menghisap-hisap putingku membuat tubuhku
mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif
tubuhku.<br />
“Aaahh.. Tonn.. Drii.. nngghh.. aaghh” rintihku tak
tertahankan lagi. Toni kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa
sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain
dikemaluanku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang
kenikmatanku, bergerak-gerak liar diantara kemaluan dan anus, seluruh
tubuhku bagai tersengat aliran listrik aku hilang kendali. Aku
merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang
tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang hangat keras berada
dibibirku.. kejantanan Andri! Aku mengeleng-gelengkan kepala menolak
keinginannya, tapi Andri tidak menggubrisnya ia malah manahan kepalaku
dengan tangannya agar tidak bergerak.<br />
“Jilat.. Ver” perintahnya
tegas. Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan
sudah keras membatu itu, Andri mendesah-desah merasakan jilatanku.
“Aaahh.. Verr.. jilat terus.. nngghh” desah Andri. “Jilat kepalanya Ver”
aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak. Lama kelamaan aku
mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang
penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Andri mendesis
desis. “Ssshh.. nikmat sekali Verr.. isep sayangg.. isep” pintanya
diselah-selah desisannya.<br />
Aku tak tahu harus berbuat bagaimana,
kuikuti saja apa yg pernah kulihat di film, kepala kejantanannya
pertama-tama kumasukan kedalam mulut, Andri meringis. “Jangan pake gigi
Ver.. isep aja” protesnya, kucoba lagi, kali ini Andri mendesis nikmat.
“Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Ver” Melihat Andri saat itu
membuatku turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian
kejantanannya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku, belum lagi
kenakalan lidah Toni yang tiada henti-hentinya menggerayangi setiap
sudut kemaluanku. Aku semakin terombang-ambing dalam gelombang samudra
birahi yang melanda tubuhku, aku bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok
kejantanan Andri yang separuhnya berada dalam mulutku.<br />
Beberapa
saat kemudian Andri mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih
dalam batang kemaluannya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya
kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku
hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya,
gelengan kepalaku membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Andri
bertambah beringas mengeluar-masukan batangnya dan.. “Aaagghh..
nikmatt.. Verr.. aku.. kkeelluaarr” jerit Andri, air maninya
menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian
meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku.<br />
Aku
sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada
dimulutku. Toni tidak kuhiraukan aku langsung duduk bersandar menutup
dadaku dengan bantal sofa. “Gila Andri.. kira-kira dong” celetukku
sambil bersungut-sungut. “Sorry Ver.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak
banget” jawab Andri dengan tersenyum. “Udah Ver jangan marah, kamu
masih baru nanti lama lama juga bakal suka” sela Toni seraya
mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani dari mulutku. Toni
benar, aku sebenarnya tadi menikmati sekali, apalagi melihat mimik
Andri saat akan keluar hanya saja semburannya yang membuatku kaget. Toni
membujuk dan memelukku dengan lembut sehingga kekesalanku segera
surut. Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kelembutan
perlakuannya membuatku lupa dengan kejadian tadi. Kecupan dibibir
berubah menjadi lumatan-lumatan yang semakin memanas kami pun saling
memagut, lidah Toni menerobos mulutku meliuk-liuk bagai ular, aku
terpancing untuk membalasnya. Ohh.. sungguh luar biasa permainan
lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku
sulit menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur
keluar dari mulutku.<br />
<br />
<br />
Toni merebahkan tubuhku
kembali dilantai beralas karpet, kali ini dadaku dilahapnya puting yang
satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari
dada kiriku tangannya melesat turun ke kewanitaanku, dielus-elusnya
kelentit dan bibir kemaluanku. Tubuhku langsung mengeliat-geliat
merasakan kenakalan jari-jari Toni. “Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh”
desisku tak tertahan. “Teruss.. Tonn.. aakkhh” Aku menjadi lebih
menggila waktu Toni mulai memainkan lagi lidahnya di kemaluanku, seakan
kurang lengkap kenikmatan yang kurasakan, kedua tanganku meremas-remas
payudaraku sendiri. “Ssshh.. nikmat Tonn.. mmpphh” desahanku semakin
menjadi-jadi. Tak lama kemudian Toni merayap naik keatas tubuhku, aku
berdebar menanti apa yang akan terjadi. Toni membuka lebih lebar kedua
kakiku, dan kemudian kurasakan ujung kejantanannya menyentuh mulut
kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan cinta.<br />
“Aauugghh..
Tonn.. pelann” jeritku lirih, saat kepala kejantanannya melesak masuk
kedalam rongga kemaluanku. Toni menghentikan dorongannya, sesaat ia
mendiamkan kepala kemaluannya dalam kehangatan liang kewanitaanku.
Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai
memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh segera saja menjalar dari gesekan
itu keseluruh tubuhku. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur
ditubuhku membuat pinggulku mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan
Toni. “Ooohh.. Tonn.. sshh.. aahh.. enakk Tonn” desahku lirih. Aku
benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat
gesekan-gesekan di mulut kewanitaanku. Mataku terpejam-pejam kadang
kugigit bibir bawahku seraya mendesis. “Enak.. Ver” tanya Toni berbisik.
“He ehh Tonn.. oohh enakk.. Tonn.. sshh” “Nikmatin Ver.. nanti lebih
enak lagi” bisiknya lagi. “Ooohh.. Tonn.. ngghh”<br />
Toni terus
mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas ujung
kejantanannya-dengan ritme yang semakin cepat. Selagi aku terayun-ayun
dalam buaian birahi, tiba-tiba Toni menekan kejantanannya lebih dalam
membelah kewanitaanku. “Auuhh.. sakitt Tonn” jeritku saat kejantanannya
merobek selaput daraku, rasanya seperti tersayat silet, Toni
menghentikan tekanannya. “Pertama sedikit sakit Ver.. nanti juga hilang
kok sakitnya” bisik Toni seraya menjilat dan menghisap telingaku. Entah
bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang pasti aku mulai
merasakan nikmatnya milik Toni yang keras dan hangat didalam rongga
kemaluanku.<br />
Toni kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan
seluruh batang kemaluannya dan mengeluar-masukannya. Gesekan
kejantanannya dirongga kewanitaanku menimbulkan sensasi yang luar biasa!
Setiap tusukan dan tarikannya membuatku menggelepar-gelepar. “Ssshh..
ohh.. ahh.. enakk Tonn.. empphh” desahku tak tertahan. “Ohh.. Verr..
enak banget punya kamu.. oohh” puji Toni diantara lenguhannya. “Agghh..
terus Tonn.. teruss” aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya
hujaman-hujaman kejantanan Toni di kemaluanku. Peluh-peluh birahi mulai
menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai
pergumulan kami. Menit demi menit kejantanan Toni menebar kenikmatan
ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuhku tak
lagi mampu menahan letupannya. “Tonii.. oohh.. tekan Tonn.. agghh..
nikmat sekali Tonn” jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku.
Tubuhku mengejang, kupeluk Toni erat-erat, magma birahiku meledak,
mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung
kewanitaanku.<br />
Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung
lama. Beberapa menit kemudian Toni mulai lagi memacu gairahku, hisapan
dan remasan didadaku serta pinggulnya yang berputar kembali
membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat mengelepar-gelepar
terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku dibolak-balik bagai daging
panggang, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda. Entah berapa
kali kewanitaanku berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi Toni sepertinya
belum ingin berhenti menjarah tubuhku. Selagi posisiku di atas Toni,
Andri yang sedari tadi hanya menonton serta merta menghampiri kami,
dengan berlutut ia memelukku dari belakang. Leherku dipagutnya seraya
kedua tangannya memainkan buah dadaku. Apalagi ketika tangannya mulai
bermain-main diklitorisku membuatku menjadi tambah meradang.<br />
Kutengadahkan
kepalaku bersandar pada pundak Andri, mulutku yang tak henti-hentinya
mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumatnya. Pagutan Andri
kubalas, kami saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggulku
semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Aku begitu
menginginkan kejantanan Toni mengaduk-aduk seluruh isi rongga
kewanitaanku yang meminta lebih dan lebih lagi. “Aaargghh.. Verr.. enak
banget.. terus Ver.. goyang terus” erang Toni. Erangan Toni membuat
gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas buah dadaku sendiri yang
ditinggalkan tangan Andri.. Ohh aku sungguh menikmati semua ini.<br />
Andri
yang merasa kurang puas meminta merubah posisi. Toni duduk disofa
dengan kaki menjulur dilantai, Akupun merangkak kearah batang
kemaluannya. “Isep Ver” pinta Toni, segera kulumat kejantanannya dengan
rakus. “Ooohh.. enak Ver.. isep terus” Bersamaan dengan itu kurasakan
Andri menggesek-gesek bibir kemaluanku dengan kepala kejantanannya.
Tubuhku bergetar hebat, saat batang kemaluan Andri-yang satu setengah
kali lebih besar dari milik Toni-dengan perlahan menyeruak menembus
bibir kemaluanku dan terbenam didalamnya. Tusukan-tusukan kejantanan
Andri serasa membakar tubuh, birahiku kembali menggeliat keras. Aku
menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang kejantanan
didalam tubuhku. Batang kemaluan Toni kulumat dengan sangat bernafsu.
Kesadaranku hilang sudah naluriku yang menuntun melakukan semua itu.<br />
“Verr..
terus Verr.. gue ngga tahan lagi.. Aaarrgghh” erang Toni. Aku tahu
Toni akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku, aku lebih
siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat
sperma Toni. “Aaagghh.. nikmat banget Verr.. isep teruss.. telan Verr”
jerit Toni, lagi-lagi naluriku menuntun agar aku mengikuti permintaan
Toni, kuhisap kejantananya yang menyemburkan cairan hangat dan..
kutelan cairan itu. Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi sexual
karena melihat Toni yang mencapai klimaks, yang pasti aku sangat
menyukai cairan itu. Kulumat terus itu hingga tetes terakhir dan benda
keras itu mengecil.. lemas.<br />
Toni beranjak meninggalkan aku dan
Andri, sepeninggal Toni aku merasa ada yang kurang. Ahh.. ternyata
dikerjai dua pria jauh lebih mengasikkan buatku. Namun hujaman-hujaman
kemaluan Andri yang begitu bernafsu dalam posisi ‘doggy’ dapat
membuatku kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah dengan
elusan-elusan Ibu jarinya dianusku. Bukan hanya itu, setelah diludahi
Andri bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anusku. Sodokan-sodokan
dikewanitaanku dan Ibu jarinya dilubang anus membuatku mengerang-erang.
“Ssshh.. engghh.. yang keras Drii.. mmpphh” “Enak banget Drii.. aahh..
oohh” Mendengar eranganku Andri tambah bersemangat menggedor kedua
lubangku, Ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus anusku, membuatku
tambah lupa daratan.<br />
Sedang asiknya menikmati, Andri mencabut
kejantanan dan Ibu jarinya. “Andrii.. kenapa dicabutt” protesku.
“Masukin lagi Dri.. pleasee” pintaku menghiba. Sebagai jawaban aku
hanya merasakan ludah Andri berceceran di lubang anusku, tapi kali ini
lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat
Andi mulai menggosok kepala penisnya dilubang anus baru aku sadar apa
yang akan dilakukannya. “Andrii.. pleasee.. jangan disitu” aku menghiba
meminta Andri jangan melakukannya. Andri tidak menggubris, tetap saja
digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia melakukan hal itu.
Dibantu dengan sodokan jarinya dikemaluanku hilang sudah protesku.
Tiba-tiba kurasakan kepala kemaluannya sudah menembus anusku. Perlahan
namun pasti, sedikit demi sedikit batang kenikmatannya membelah anusku
dan tenggelam habis didalamnya.<br />
“Aduhh sakitt Drii.. akhh..!”
keluhku pasrah karena rasanya mustahil menghentikan Andri. “Rileks
Ver.. seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya” bujuknya seraya mencium
punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku. Separuh
tubuhku yang tengkurap disofa sedikit membantuku, dengan begitu
memudahkan aku untuk mencengram dan mengigit bantal sofa untuk
mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku
bahkan mulai menyukai batang keras Andri yang menyodok-nyodok anusku.
Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku.
“Aaahh.. aauuhh.. oohh Drii” erang-erangan birahiku mewarnai setiap
sodokan penis Andri yang besar itu. Andri dengan buasnya
menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Andri menghujamkan
kejantananya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.<br />
Toni yang sudah
pulih dari ‘istirahat’nya tidak ingin hanya menonton, ia kembali
bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan tensi
gairahku. Atas inisiatif Toni kami pindah kekamar tidur, jantungku
berdebar-debar menanti permainan mereka. Toni merebahkan diri terlentang
ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik
menindihinya. Sambil melumat mulutku-yang segera kubalas dengan
bernafsu-ia membuka lebar kedua pahaku dan langsung menancapkan
kemaluannya kedalam vaginaku. Andri yang berada dibelakang membuka
belahan pantatku dan meludahi lubang anusku. Menyadari apa yang akan
mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuhku.
Sensasi sexual yang luar bisa hebat kurasakan saat kejantanan mereka
yang keras mengaduk-aduk rongga kewanitaan dan anusku. Hentakan-hentakan
milik mereka dikedua lubangku memberi kenikmatan yang tak terperikan.<br />
Andri
yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil posisi
tiduran, tubuhku terlentang diatasnya, kejantanannya tetap berada
didalam anusku. Toni langsung membuka lebar-lebar kakiku dan
menghujamkan kejantanannya dikemaluanku yang terpampang menganga. Posisi
ini membuatku semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangku yang
digarap mereka tapi juga payudaraku. Andri dengan mudahnya memagut
leherku dan satu tangannya meremas buah dadaku, Toni melengkapinya
dengan menghisap puting buah dadaku satunya. Aku sudah tidak mampu lagi
menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur
tubuhku. Hantaman-hantaman Toni yang semakin buas dibarengi sodokan
Andri, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu
didalam kewanitaanku akan meledak, keliaranku menjadi-jadi.<br />
“Aaagghh..
ouuhh.. Tonn.. Drii.. tekaann” jerit dan erangku tak karuan. Dan tak
berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul Toni
kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku, seketika
semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka
menjadi satu. “Aduuhh.. Tonn.. Drii.. nikmat sekalii” “Aaarrghh.. Verr..
enakk bangeett” Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan
hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar
keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang
berbarengan dengan hentakan-hentakan dikewanitaanku dan akhirnya kami..
terkulai lemas.<br />
Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayuh
kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya tubuh kami tidak lagi mampu
mendayung. Kami terhempas kedalam mimpi dengan senyum kepuasan.
Dihari-hari berikutnya bukan hanya Andri dan Toni yang memberikan
kepuasan, tapi juga pria-pria lain yang aku sukai. Tapi aku tidak pernah
bisa meraih kenikmatan bila hanya dengan satu pria.. aku baru akan
mencapai kepuasan bila ‘dijarah’ oleh dua atau tiga pria sekaligus.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a3.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/207369_202170936472478_202163969806508_596366_4426344_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-5711799616194514092012-01-17T01:02:00.001-08:002012-01-17T01:02:37.247-08:00pertama dengan sepupukuPemilu 7 Juni 2004, yang baru saja lewat bagi sebagian orang
kesannya penuh nuansa politis. Tetapi bagi saya, kesan sangat jauh
berbeda, bahkan tidak akan pernah terbayangkan akan bermakna demikian
dalam bagi saya pribadi. Kesan yang penuh sensualitas dan
menggairahkan.<br />
Saat itu, 7 Juni, rumah saya sedang sepi. Maklum
pemilu, padahal biasanya ramai sekali. Satu rumah dihuni tujuh orang,
ayah, ibu, kakak laki-laki saya yang masih kuliah, saya sendiri SMA
kelas tiga, baru saja selesai Ebtanas dan lulus. Kemudian adik
perempuan saya kelas lima SD, lalu sepupu laki-laki saya kelas dua SMP
dan pembantu satu orang. Oh iya, panggil saja saya Nita, asli Tolaki.<br />
Jadi
pada saat pemilu rumah yang berada di kawasan Perumahan Pemda Kampung
Kemah Raya, Kendari jadi sepi sekali. Ayah ke Kolaka, mengurus pemilu
di sana, kebetulan juga beliau caleg untuk daerah tersebut. Kakak
saya jadi pengawas pemilu untuk UNFREL Kendari, ibu saya jadi panitia
pemilu lokal kawasan Kemah Raya. Pembantu dan adik, disuruh bantuin
ibu mengurus konsumsi. Praktis yang jaga rumah, saya dengan sepupu
saya yang bernama, Rangga. Saya belum ikut memilih, belum cukup umur,
baru 16 tahun lebih dua bulan. Saya dengan Rangga sangat akrab,
habisnya dia ikut dengan keluarga saya sejak masih kelas satu SD, dan
selalu menjadi teman main saya.<br />
Senin itu, 7 Juni 2004, badan
saya pegal sekali, selesai ngepel dan membersihkan rumah. Dan seperti
biasa saya kepingin dipijitin. Biasanya sih oleh ibu, dan Rangga juga,
habis dari kecil saya sudah biasa menyuruh dia. Karena agak pegal,
saya panggil saja Rangga untuk mijitin, Rangga nurut saja. Saya
langsung berbaring telungkup di karpet depan TV, dan Rangga mulai
memijit tubuhku. Asyik juga dipijit oleh Rangga, tangannya keras
sekali, punggungku jadi fresh lagi.<br />
“Duh, Rangga…, mijitnya yang
lurus dong, jangan miring kiri miring kanan..”, kataku. “Abis,
posisinya nggak bagus kak”, jawabnya. “Kamu dudukin aja paha Kak Nita,
seperti biasa…”. “Tapi…, kak..”. “Alah.., nggak usah tapi…, biasanya
kan juga begitu…, ayo..”, Saya tarik tangan Rangga memaksanya untuk
duduk di pahaku, seperti kalau dia memijit saya pada waktu-waktu
kemarin.<br />
Rangga akhirnya mau, duduk dan menjadikan kedua pahaku
dekat pantat sebagai bangkunya, dan mulai lagi ia memijit sekujur
punggungku. Tapi, pijitan agak lain, makin lama makin saya rasakan
tangannya agak gemetaran dan nafasnya agak ngos-ngosan.<br />
“Kamu
kenapa Rangga, capek atau sakit..?”, tanyaku. “Tidak, tidak apa-apa
kak”, jawabnya. Akan tetapi duduknya mulai tidak karuan, geser kiri
dan kanan, sementara pantatnya seperti tidak mau dirapatkan di pahaku,
agak terangkat.<br />
Akhirnya, saya menyuruhnya pindah, dan saya bangun, lalu duduk mendekati, biasa bermaksud menggoda.<br />
“Ayo..,
kamu kenapa, ini pantatmu, selalu diangkat.., tidak biasanya”, sambil
tanganku bermaksud mencubit pantatnya. “Tidak, tidak apa-apa kak..”,
jawabnya sambil menghindari cubitanku, malah tanganku tersenggol
celana<br />
bagian selangkangannya yang seperti agak tertarik kain
celananya dan agak menonjol, melihat itu timbul rasa isengku, karena
memang saya dan Rangga kalau main seperti anak-anak yang masih TK,
asal ngawur saja.<br />
<br />
“Loh.., itu apa di celanamu
Rangga, kok nonjol begitu..” Mendengar itu Rangga merah padam mukanya,
lalu ia berdiri ingin lari menghindar dari saya, tapi segera kutarik
tangannya untuk duduk, dan tanganku yang satu menggerayangi celananya
memegangi dan meraba benjolan tersebut.<br />
“Jangan kak Nita, Rangga
malu..”, katanya. Dasar saya yang nakal, saya pelototin matanya,
Rangga langsung diam, dan tanganku leluasa memegang barang tersebut.<br />
Penasaran,
saya buka resliting celananya dan menarik keluar barangnya yang
mengeras tersebut, dan astaga, ternyata penis Rangga sudah menegang.
Baru kali ini saya melihat penis milik orang yang bukan anak-anak dan
sudah disunat yang tegang dan keras serta panjang seperti itu.
Sementara Rangga diam saja, kepalanya hanya menunduk, mungkin malu
atau bagaimana saya tidak tahu.<br />
Saya acuh saja, perlahan-lahan,
kuelus-elus penis Rangga, semakin mengeras penisnya hingga urat-uratnya
seperti mau keluar. Kudengar Rangga mendesah tertahan. Lalu
kuurut-urut sambil kupijit kepala penisnya yang merah itu, Rangga
makin mendesah, “Ah.., ah..”<br />
Kugenggam erat penis Rangga dan
kukocok-kocok dengan perlahan, semakin lama semakin kencang. Badan
Rangga ikut menegang, sambil kepalanya terangkat ke atas menatap
langit, mulutnya terbuka, dia mulai agak mengerang, “Achh..”.<br />
Semakin
kencang penis Rangga kukocok, semakin menggeliat badan Rangga membuat
saya tersenyum geli melihatnya. Sampai erangan Rangga makin mengeras,
“Ach.., achh..”. Dan badannya makin menggeliat, hingga mungkin tidak
tahan…, ia lalu memelukku erat. Mulanya saya kaget akan reaksinya,
tapi saya biarkan saja, karena keasyikan mengocok penis Rangga.
Rupanya Rangga sudah semakin menggeliat, hingga tangannya entah sadar
atau tidak ikut menggeliat juga, meraba badanku dan payudaraku.<br />
“He
Rangga…, kenapa..” tegurku, sambil tetap mengocok penis Rangga,
“Achh…, achh..” Hanya itu yang Rangga bilang, sementara tangannya
meremas-remas payudaraku, dan remasannya yang kuat membuatku merasakan
sesuatu yang lain, hingga saya biarkan saja Rangga meremas payudaraku,
dan Rangga lalu menyingkap baju kaos yang kupakai, hingga kelihatan
BH-ku dan meremas payudaraku lagi hingga keluar dari BH-ku.<br />
“Acchh…,
accchh” erang Rangga, saya mulai merasakan kenikmatan tersendiri pada
saat payudaraku tidak terbungkus BH diremas oleh tangan Rangga dengan
kuat, sedangkan penisnya tetap saja kukocok-kocok. Dan entah naluri
apa yang ada pada Rangga, hingga dia nekat menyosor payudaraku dan
mengisap putingnya seperti anak bayi yang sedang menyusu.<br />
“Aduh…,
Rangga…, aduhh” Hanya itu yang mampu kuucapkan, payudaraku mulai
mengeras, keduanya diisap secara bergantian oleh Rangga.<br />
Saya
juga mulai menggeliat, kutarik kepala Rangga dari payudaraku, lalu
kudekatkan ke wajahku, kucium bibirnya dengan nafsu yang muncul secara
tiba-tiba, Rangga balas mencium, bibir kami berdua saling memagut,
lidah bertemu lidah saling mengadu dan menjilati satu sama lain.<br />
Tangan
Rangga menggerayangi badanku, melepaskan baju dan BH-ku, hingga aku
bugil sebatas dada. Kulepaskan juga baju yang dipakai Rangga, dan
kupelorotkan celananya, hingga Rangga bugil tanpa sehelai benangpun,
dan kembali kukocok penisnya, sedangkan Rangga kembali menyosor
payudaraku yang sudah keras membukit.<br />
Perlahan tangan Rangga
menelusuri rokku lalu menyelusup masuk ke dalam rokku, “Acchh…,
Accchh”, Saya dan Rangga terus mengerang dan menggelinjang. Tangan
Rangga menyelusup ke dalam CD-ku, lalu mengusap-ngusap vaginaku.
“Aduuuhh…, Rangga..” erangku, sementara jarinya mulai ia masukkan ke
dalam vaginaku yang mulai kurasakan basah, dan Rangga mempermainkan
jarinya di dalam vaginaku.<br />
“Accchh…, aduuuhh…, acccchh..”. Tak
tahan lagi, Rangga menarik lepas rok dan celana dalamku, hingga akhirnya
saya kini telanjang bulat. Kemudian Rangga mencium bibirku dan saya
tetap mengocok penisnya, sedangkan jarinya bermain dalam vaginaku.<br />
“Accchh..”
Hanya erangan tertahan karena tersumbat bibir Rangga yang keluar dari
mulutku. Kemudian Rangga berhenti menciumku, lalu ia mengambil posisi
menindih badanku, saya membiarkan saja apa yang akan Rangga lakukan,
karena kenikmatan itu sudah mulai terasa mengaliri pembuluh darahku.
Dan, tiba-tiba saya rasakan sakit yang teramat sangat di
selangkanganku.<br />
<br />
“aaccccchh, Rangga.., apa yang kau
lakukan..”, tanyaku. Tapi terlambat, rupanya Rangga sudah memasukkan
batang penisnya ke dalam vaginaku, dan seperti tidak mendengarkan
pertanyaanku, Rangga mulai mengoyang batang penisnya naik turun dalam
vaginaku yang semakin berlendir dan mulai terasa basah oleh aliran darah
perawanku yang mengalir membasahi vaginaku. “Accchh…, Rangga…, aduuhh
Rangga..”, erangku.<br />
Badanku semakin menggelinjang, kujepit
badan Rangga dengan kedua kakiku sementara tanganku memeluk erat dan
menggoreskan kukuku di punggung Rangga. Semakin kencang goyangan penis
Rangga dan semakin keras pula erangan kami berdua.<br />
“Accch…,
aduhh..” Hingga akhirnya kurasakan sesuatu yang sangat nikmat yang
terdorong dari dalam…, dan erangan panjang saya dan Rangga, “aahh”.
Bersamaan semprotan mani Rangga dalam vaginaku dan semburan maniku yang
menciptakan kenikmatan yang tak pernah kurasakan dan kubayangkan
sebelumnya.<br />
Rangga menarik keluar penisnya, lalu berbaring di
sampingku. Kami berdua saling bertatapan, seperti ada penyesalan
tentang apa yang telah terjadi, akan tetapi rupanya nafsu kami berdua
lebih kuat lagi. Kuraih kembali dan kudekatkan wajahku ke wajah Rangga,
kami lalu berciuman lagi dan saling melumat, kemudian kupegang erat
penis Rangga, sehingga kembali menegang dan kembali lagi kami melakukan
hubungan badan tersebut hingga beberapa kali.<br />
Hingga hari ini
saya dan Rangga, bila ada kesempatan masih mencuri waktu dan tempat
untuk melakukan hubungan badan, karena mengejar kenikmatan yang tiada
taranya, kadang di kamarku, di kamar Rangga, ataupun di dalam kamar
mandi.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a3.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/217123_202171803139058_202163969806508_596372_8317056_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-47846476860357201612012-01-17T01:00:00.001-08:002012-01-17T01:00:27.454-08:00mariaMaria. Itu namaku. Kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan
ketika aku berusia 11 tahun. Saat itu, aku benar-benar sendirian. Rasa
takut dan kesepian menyerang hati dan pikiranku. Yang paling
menyedihkan adalah, aku sama sekali tidak pernah dikenalkan ataupun
berjumpa dengan kerabat ayah maupun ibu. Aku tidak pernah bertanya.
Selama ini aku hanya mengenal ayah dan ibu saja. Dan itu sudah lebih
dari cukup bagiku. Kami bertiga sangat bahagia. Aku tidak ingat,
bagaimana aku bisa sampai di panti asuhan itu. Yayasan Bunda Erika, aku
membacanya di sebuah papan nama di depan pintu masuk bangunan itu. Di
sana, banyak anak-anak yang sebaya denganku. Kehadiran mereka membuatku
setidaknya “lupa” akan kemalangan yang baru saja menimpaku. Tidak
lamapun, aku merasa kalau aku telah menemukan rumah baru bagiku. Enam
bulan pun berlalu.<br />
Pada suatu hari yang cerah, mendadak kami
dibangunkan oleh Bunda Risa, salah satu pengurus di tempat kami. “Ayo
bangun, cepat mandi, pakai pakaian terbaik kalian, setelah itu kalian
harus berkumpul di aula. Kita akan kedatangan seseorang yang sangat
istimewa”, katanya sambil tersenyum hangat. Dan aku pun bertanya,
“Bunda, tamu istimewanya siapa sih? Artis ya?” “Mungkin ya..”, kata
Bunda Risa sambil tertawa kecil. “Karena dia adalah putra tunggal dari
pemilik yayasan ini..”<br />
Tak kusangka, pertemuanku dengan Erik
Torian bisa mengubah hidupku, seluruhnya. Saat dia melewati barisan
anak-anak yang lain, dia tiba-tiba berhenti tepat di depanku. Senyuman
misterius menghiasi wajahnya. Dengan posisi membungkuk, dia mengamati
wajahku dengan teliti. Temannya yang ikut bersamanya pun ikut
memperhatikan diriku.<br />
“Ada apa Torian? Apa kau kenal dengan anak
ini?”, tanyanya. “Tidak”, Erik masih memandangiku sambil memegang
mukaku, seolah-olah aku tidak bernyawa. “Sempurna” katanya dingin.
“Seperti boneka..” Aku yakin sekali dia bergumam ["..boneka yang aku
idam-idamkan"] Lalu dia melepaskan wajahku dan langsung meninggalkanku
begitu saja.<br />
Sehari setelah kunjungan itu, Erik bersama temannya
itu kembali mengunjungi yayasan, untuk mengadopsi diriku. “Halo..
Maria” Erik melemparkan senyum yang berbeda dari kemarin. “Mulai saat
ini, aku-lah yang akan merawat dan mengurus Maria. Kamu tidak harus
memanggil aku ‘ayah’ atau sebutan lainnya, panggil saja aku Erik.”
Sambil mengalihkan pandangannya ke temannya, dia melanjutkan,”Nah.., ini
adalah temanku, namanya Tomi.” Akupun menyunggingkan senyuman ke arah
Tomi yang membalasku dengan senyuman hangat.<br />
Aku sama sekali
tidak percaya bahwa ternyata Erik tinggal sendirian di rumah megah
seperti ini dan masih berusia 24 tahun saat itu. Diam-diam, aku kagum
dengan penampilan Erik dan Tomi yang sangat menarik. Berada di
tengah-tengah mereka saja sudah sangat membuatku special. Erik
sangatlah baik padaku. Dia selalu membelikan baju-baju indah dan boneka
porselain untuk dipajang dikamar tidurku. Dia sangat memanjakan aku.
Tapi, dia juga bersikap disiplin. Aku tidak diperbolehkan untuk keluar
rumah selain ke sekolah tanpa dirinya.<br />
Empat bulan berlalu, rasa
sayangku terhadap Erik mulai bertambah. Hari itu, aku mulai merasa
bosan di rumah dan Erik belum pulang dari kantor. Aku pun menunggunya
untuk pulang sambil bermain Play Station di kamarku. Tepat jam 10.30
malam, aku mendengar suara pintu di sebelah kamarku berbunyi. “Erik
sudah pulang!!”, pikirku senang.<br />
Aku pun berlari keluar kamar
untuk menyambutnya. Tapi, di depan kamar Erik aku berhenti. Pintunya
terbuka sedikit. Dan aku bisa tahu apa yang terjadi di dalam sana. Erik
bersama seorang wanita yang sangat cantik, berambut panjang, kulitnya
pun sempurna. Aku hanya bisa terdiam terpaku. Aku melihat Erik mulai
menciumi bibir wanita itu dengan penuh nafsu. Tangannya meraba-raba dan
meremas payudara wanita itu.<br />
“Ohh..Erik”<br />
Pelan-pelan,
tangan Erik menyingkap rok wanita itu dan menari-nari di sekitar
pinggul dan pahanya. Tak lama, Erik sudah habis melucuti pakaian wanita
itu. Erik merebahkan wanita itu ke tempat tidur dan menindihnya,
tangan Erik bermain-main dengan tubuh wanita itu, menciuminya dengan
membabi buta, menciumi leher, menciumi payudara wanita itu sambil
meremas-remasnya.<br />
“Ohh..Eriik..” Aku mendengar desahan wanita itu.<br />
Aku melihatnya. Aku tidak percaya bahwa aku menyaksikan itu semua. Tapi, aku tidak bergerak sedikit pun. Aku tidak bisa.<br />
Erik
pun membuka resleting celananya dan mengeluarkan ‘senjata’nya, kedua
kaki wanita itu dipegang dengan tangan Erik dan Erik segera menancapkan
‘senjata’nya ke liang wanita yang sudah basah itu dengan sangat kasar.
Wanita itu mengerang dengan keras. Tanpa sadar, pipiku sudah dibasahi
oleh air mata. Hatiku terasa sakit dan ngilu. Tapi, aku tetap tidak
bisa beranjak dari sana. Aku tetap melihat perbuatan Erik tanpa
berkedip sambil berlinang air mata.<br />
Erik masih melanjutkan
permainannya bersama wanita cantik itu, dia menggerakkan pinggulnya
maju dan mundur dengan sangat cepat. Teriakan kepuasan dari wanita itu
pun membahana di seluruh ruangan. Sepuluh menit setelah itu, Erik
terlihat kejang sesaat sambil mengerang tertahan. Erik pun menghela
napas dan beristirahat sejenak, masih dalam rangkulan wanita itu.
Permainan berakhir.<br />
Tapi aku masih mematung di depan kamarnya,
memperhatikan Erik dari sebelah pintu yang sedikit terbuka. Aku tidak
mau bergerak juga, seolah-olah aku sengaja ingin ditemukan oleh Erik.
Benar saja, aku melihat Erik berbenah memberesi bajunya dan bergerak
menuju pintu. Dia membuka pintu dan melihat diriku mematung sambil
menangis di sana. Dia memperhatikanku sejenak dan senyuman misterius
itu hadir lagi.<br />
Dia pun membungkukkan tubuhnya, “Hey, tukang
ngintip cilik. Aku nggak marah kok. Hanya saja, aku sudah mempersiapkan
hukuman yang tepat untukmu. Tapi, tidak saat ini. Ayo, aku temani kamu
sampai kamu tertidur. Kalau kamu capek, besok bolos saja.” Erik pun
menggendongku yang masih terisak kekamar tidurku. Dan semalaman dia
tidur sambil memelukku dengan hangat. “Aku..aku..sayang Erik” “Erik
adalah milikku..hanya milikku seorang” Pikiranku berputar-putar
memikirkan hal itu. Tak lama, aku pun tertidur lelap.<br />
Hari ini
adalah ulang tahunku yang ke-14. Aku senang sekali, karena Erik telah
mempersiapkan sebuah pesta ulang tahun untukku di sebuah hotel bintang
5. Ballroom hotel itu sangat indah, Erik mempersiapkannya secara
spesial. Aku pun mengenakan gaun berwarna putih yang baru dibelikan
Erik. Kata Erik, aku sangat cantik dengan baju itu, “Kamu cocok sekali
dengan warna putih, sangat matching dengan warna kulitmu.. Dan lagi,
sekarang.. kamu semakin cantik.”<br />
Teman-teman perempuanku juga
berdecak kagum melihat penampilanku saat itu. “Kamu cantik ya Maria?
Beruntung sekali kamu punya ayah angkat seperti Erik..” Kata Sara,
teman baikku sambil tertawa meledek. Sara melirik ke arah Erik yang
sedang duduk di meja pojok bersama Tomi. “Hey Maria, Erik itu ganteng
banget ya? Temennya juga..” ujar Sara sambil tertawa kecil. Aku pun
hanya bisa tertawa, aku pun menetujuinya. Akhir-akhir ini, kami memang
jadi sering membicarakan soal cowok. Mungkin karena puber. Tak lama,
Aryo temanku yang sepertinya suka denganku datang, sambil menyerahkan
hadiah, dia mencium kedua pipiku. Tanpa sadar pipiku bersemu merah.<br />
Setelah
pesta usai, Erik mengajakku istirahat di kamar hotel. Aku lumayan
capek, tapi aku senang. Dan setiba di kamar, aku memeluk Erik sambil
mengucapkan terima kasih. “Terima kasih Erik..aku sayang sekali sama
Erik..” Erik pun membalas pelukanku sejenak dan kemudian melepasnya, dan
dia memegang kedua lenganku sambil memandangku dengan serius. Aku pun
merasa heran dan sedikit takut. “..Erik? Kenapa? Marah yaa?
Aku..melakukan kesalahan apa?”<br />
Tanpa banyak bicara, Erik
menggeretku ke tempat tidur, mencopot dasinya dan menggunakannya untuk
mengikat kedua tanganku dengan kencang. Aku memekik dan mulai menangis.
“Eriik!! Sakit!! Kenapa??!!” Dia melihatku dengan pandangan marah.
Kemudian berteriak, “Kenapa??!! Kenapa katamu?! Kamu itu perempuan
apa??!! Masih kecil sudah kenal laki-laki!! Sudah kuputuskan! Kamu
harus di hukum atas perbuatanmu barusan dan perbuatanmu 2 tahun yang
lalu!!”<br />
Deg. Jantungku terasa berhenti mengingat kejadian itu.
“Erik marah..”, pikirku. Aku pun merasa ketakutan. Aku takut dibenci.
Aku tidak mau kehilangan lagi orang yang kusayangi. Tiba-tiba, Erik
menarik gaunku dengan sangat kasar sehingga menjadi robek. Aku
berteriak. “Ini akibatnya kalau jadi perempuan genit!!” Erik menariknya
lagi untuk kedua kalinya, pakaian dalamku semakin terlihat. Celana
dalamku juga akan dilepasnya. “Erriik!! Jangaan!!”, aku berteriak
ketakutan.<br />
Terlambat, aku sudah telanjang total. Hanya sisa-sisa
gaunku-lah yang masih menyembunyikan bagian-bagian tubuhku sedikit.
Erik melihatku dengan penuh nafsu. Nafasnya terdengar berat penuh
dengan kemarahan dan birahi. Dia pun menahan tanganku yang terikat dan
mendekatkan bibirnya ke bibirku. “Aku harus menjadi orang pertama
yang..” Erik tidak menyelesaikan kata-katanya dan mulai melumat bibirku
dengan sedikit kasar. “Hmmphh..” Untuk pertama kalinya aku merasakan
ada getaran yang aneh pada tubuhku. Sensasi yang tidak pernah kurasakan
sebelumnya. Erik terus berlanjut menciumku, aku bisa merasakan lidahnya
memijat lidahku. Aku pun mengikuti permainannya, sedikit takut,
sedikit ingin tahu. Erik mulai meremas-remas payudaraku yang belum
tumbuh seutuhnya. “Ahh..” Aku mulai menikmati getaran aneh pada diriku.
“Panas..badanku terasa panas..Erik..” pikirku dalam hati. Erik
melanjutkan ciumannya ke leher dan menggigitnya sedikit, remasan
tangannya di payudaraku makin kuat. “Ahh..!!” nafasku makin memburu.<br />
Tiba-tiba
Erik berhenti dan melihatku sambil tersenyum misterius. “Hmm..kamu
menyukainya bukan? Ya kan, setan cilik?” Mukaku bersemu merah, tapi
terlalu takut untuk berbicara, tubuhku bergetar hebat. Erik melepaskan
kemejanya dan celananya, masih memandangiku. Aku terlalu malu untuk
memandang wajahnya. “Aku rasa, kamu sudah siap untuk permainan
selanjutnya..” Erik tertawa kecil, sedikit kemarahan masih tersisa pada
dirinya. Erik kembali menciumiku, kali ini dia meremas payudaraku
sambil menghisapnya. “Hhh..!!” “Tidak apa-apa..kalau Erik..tidak
apa-apa.” pikirku.<br />
Aku memejamkan mataku erat-erat ketika Erik
mulai memasukkan ‘senjata’nya ke dalam diriku. “Emm..” aku tidak berani
bilang kalau aku merasa sakit. Erik mulai tidak sabar, dan dia
memasukkannya dengan kasar. “Aaahh..!!” Aku menjerit dan mulai menangis
lagi. ‘Senjata’nya sudah memasuki diriku seutuhnya dan sakit yang
kurasakan itu sedikit aneh, ada kenikmatan di dalamnya. Aku mulai
sedikit meronta sambil berteriak. Tapi Erik menahanku dengan kuat. Erik
menciumi diriku yang bergetar hebat dengan sedikit paksa. Bosan dengan
posisinya, Erik membalikkan posisi tubuhku menjadi telungkup.
“Erriik..!! tidaak!!” aku sangat malu melakukan posisi itu.<br />
Tetapi
Erik tidak peduli dan melanjutkan kembali permainannya. Setiap kali
tubuh Erik menghentak, aku menjerit sekeras-kerasnya. Erik melakukan
gerakan menghentak itu secara teratur, dan tiba-tiba aku merasakan
getaran yang sangat hebat dalam diriku, aku merasakan ‘liang’ku
menyempit karena otot-otot di tubuhku menjadi tegang. Aku pun berteriak
lebih keras dari sebelumnya.<br />
“Ohh..Maria.” Aku merasakan tangan
Erik meremas pinggulku dengan kuat. Tubuh Erik mengejang, dan cairan
deras pun mengalir dari ‘liang’ku. Aku mendesah panjang. Tubuhku masih
bergetar. Erik masih menindihku dan mulai menciumi punggungku. “Hhhmm..
pilihanku memang selalu tepat”, gumamnya. Aku memilih untuk diam. Erik
bergeser ke sampingku. Dia memandangiku yang masih berlinang air mata.
Tersenyum Erik mengecup kepalaku sambil mengelusnya. “Maria, kamu
adalah milikku seorang.. tidak ada satupun yang boleh menyentuhmu tanpa
seizin-ku.”<br />
Erik memeluk tubuhku yang kecil dengan erat. “Ya
Erik..aku adalah milikmu. Aku akan melakukan apa saja yang kau
perintahkan, asal kau tidak membenciku.” Aku masih terisak. “Anak
bodoh.. Aku tidak akan pernah membencimu Maria..” Pelukan Erik semakin
erat. Mukaku terasa panas. Dan aku segera membenamkan diriku ke dalam
pelukan Erik.<br />
“Terima kasih..Erik.”kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-4097579594173623932012-01-17T00:59:00.001-08:002012-01-17T00:59:32.717-08:00ongkos nilai Dengan langkah ragu-ragu aku mendekati ruang dosen di mana Pak Hr
berada.“Winda…”, sebuah suara memanggil.“Hei Ratna!”.“Ngapain kau
cari-cari dosen killer itu?”, Ratna itu bertanya heran.“Tau nih, aku mau
minta ujian susulan, sudah dua kali aku minta diundur terus, kenapa
ya?”.“Idih jahat banget!”.“Makanya, aku takut nanti di raport merah,
mata kuliah dia kan penting!, tauk nih, bentar ya aku masuk
dulu!”.“He-eh deh, sampai nanti!” Ratna berlalu.Dengan memberanikan diri
aku mengetuk pintu.“Masuk…!”, Sebuah suara yang amat ditakutinya
menyilakannya masuk.“Selamat siang pak!”.“Selamat siang, kamu siapa?”,
tanyanya tanpa meninggalkan pekerjaan yang sedang dikerjakannya.“Saya
Winda…!”.“Aku..? Oh, yang mau minta ujian lagi itu ya?”.“Iya benar
pak.”“Saya tidak ada waktu, nanti hari Mminggu saja kamu datang ke rumah
saya, ini kartu nama saya”, Katanya acuh tak acuh sambil menyerahkan
kartu namanya.“Ada lagi?” tanya dosen itu.“Tidak pak, selamat
siang!”“Selamat siang!”.Dengan lemas aku beranjak keluar dari ruangan
itu. Kesal sekali rasanya, sudah belajar sampai larut malam, sampai di
sini harus kembali lagi hari Minggu, huh! Mungkin hanya akulah yang hari
Minggu masih berjalan sambil membawa tas hendak kuliah. Hari ini aku
harus memenuhi ujian susulan di rumah Pak Hr, dosen berengsek itu.Rumah
Pak Hr terletak di sebuah perumahan elite, di atas sebuah bukit, agak
jauh dari rumah-rumah lainnya. Belum sempat memijit Bel pintu sudah
terbuka, Seraut wajah yang sudah mulai tua tetapi tetap segar
muncul.“Ehh…! Winda, ayo masuk!”, sapa orang itu yang tak lain adalah
pak Hr sendiri.“Permisi pak! Ibu mana?”, tanyaku berbasa-basi.“Ibu
sedang pergi dengan anak-anak ke rumah neneknya!”, sahut pak Hr
ramah.“Sebentar ya…”, katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan.Tumben
tidak sepeti biasanya ketika mengajar di kelas, dosen ini terkenal
paling killer.Rumah Pak Hr tertata rapi. Dinding ruang tamunya bercat
putih. Di sudut ruangan terdapat seperangkat lemari kaca temapat
tersimpan berbagai barang hiasan porselin. Di tengahnya ada hamparan
permadani berbulu, dan kursi sofa kelas satu.“Gimana sudah siap?”, tanya
pak Hr mengejutkan aku dari lamunannya.“Eh sudah pak!”“Sebenarnya…,
sebenarnya Winda tidak perlu mengikuti ulang susulan kalau…,
kalau…!”“Kalau apa pak?”, aku bertanya tak mengerti. Belum habis
bicaranya, Pak Hr sudah menuburuk tubuhku.“Pak…, apa-apaan ini?”,
tanyaku kaget sambil meronta mencoba melepaskan diri.“Jangan
berpura-pura Winda sayang, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan nilai
bukan, kau akan kululuskan asalkan mau melayani aku!”, sahut lelaki itu
sambil berusaha menciumi bibirku.Serentak Bulu kudukku berdiri. Geli,
jijik…, namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga
kembali menyerangku. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku
semaunya atas diriku. Harus kuakui memang, walaupun dia lebih pantas
jadi bapakku, namun sebenarnya lelaki tua ini sering membuatku
berdebar-debar juga kalau sedang mengajar. Tapi aku tetap berusaha
meronta-ronta, untuk menaikkan harga diriku di mata Pak Hr.“Lepaskan…,
Pak jangan hhmmpppff…!”, kata-kataku tidak terselesaikan karena terburu
bibirku tersumbat mulut pak Hr.Aku meronta dan berhasil melepaskan diri.
Aku bangkit dan berlari menghindar. Namun entah mengapa aku justru
berlari masuk ke sebuah kamar tidur. Kurapatkan tubuhku di sudut ruangan
sambil mengatur kembali nafasku yang terengah-engah, entah mengapa
birahiku sedemikian cepat naik. Seluruh wajahku terasa panas, kedua
kakikupun terasa gemetar.Pak Hr seperti diberi kesempatan emas. Ia
berjalan memasuki kamar dan mengunci pintunya. Lalu dengan perlahan ia
mendekatiku. Tubuhku bergetar hebat manakala lelaki tua itu mengulurkan
tangannya untuk merengkuh diriku. Dengan sekali tarik aku jatuh ke
pelukan Pak Hr, bibirku segera tersumbat bibir laki-laki tua itu. Terasa
lidahnya yang kasap bermain menyapu telak di dalam mulutku. Perasaanku
bercampur aduk jadi satu, benci, jijik bercampur dengan rasa ingin
dicumbui yang semakin kuat hingga akhirnya akupun merasa sudah kepalang
basah, hati kecilku juga menginginkannya. Terbayang olehku saat-saat aku
dicumbui seperti itu oleh Aldy, entah sedang di mana dia sekarang. aku
tidak menolak lagi. bahkan kini malah membalas dengan hangat.Merasa
mendapat angin kini tangan Pak Hr bahkan makin berani menelusup di balik
blouse yang aku pakai, tidak berhenti di situ, terus menelup ke balik
beha yang aku pakai.Jantungku berdegup kencang ketika tangan laki-laki
itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang ada di dadaku dengan
gemas. Terasa benar, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah
dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting
susuku. Gemas sekali nampaknya dia. Tangannya makin lama makin kasar
bergerak di dadaku ke kanan dan ke kiri.Setelah puas, dengan tidak
sabaran tangannya mulai melucuti pakaian yang aku pakai satu demi satu
hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya aku hanya memakai secarik
G-string saja. Bergegas pula Pak Hr melucuti kaos oblong dan sarungnya.
Di baliknya menyembul batang penis laki-laki itu yang telah menegang,
sebesar lengan Bayi.Tak terasa aku menjerit ngeri, aku belum pernah
melihat alat vital lelaki sebesar itu. Aku sedikit ngeri. Bisa jebol
milikku dimasuki benda itu. Namun aku tak dapat menyembunyikan
kekagumanku. Seolah ada pesona tersendiri hingga pandangan mataku terus
tertuju ke benda itu. Pak Hr berjalan mendekatiku, tangannya meraih
kunciran rambutku dan menariknya hingga ikatannya lepas dan rambutku
bebas tergerai sampai ke punggung.“Kau Cantik sekali Winda…”, gumam pak
Hr mengagumi kecantikanku.Aku hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar
pujian itu.Dengan lembut Pak Hr mendorong tubuhku sampai terduduk di
pinggir kasur. Lalu ia menarik G-string, kain terakhir yang menutupi
tubuhku dan dibuangnya ke lantai. Kini kami berdua telah telanjang
bulat. Tanpa melepaskan kedua belah kakiku, bahkan dengan gemas ia
mementangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar
memandang daerah di sekitar selangkanganku. Nafas laki-laki itu demikian
memburu.Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan
lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluanku yang tertutup
rambut lebat itu. Aku memejamkan mata, oohh, indahnya, aku sungguh
menikmatinya, sampai-sampai tubuhku dibuat menggelinjang-gelinjang
kegelian.“Pak…!”, rintihku memelas.“Pak…, aku tak tahan lagi…!”, aku
memelas sambil menggigit bibir. Sungguh aku tak tahan lagi mengalamai
siksaan birahi yang dilancarkan Pak Hr. Namun rupanya lelaki tua itu
tidak peduli, bahkan senang melihat aku dalam keadaan demikian. Ini
terlihat dari gerakan tangannya yang kini bahkan terjulur ke atas
meremas-remas payudaraku, tetapi tidak menyudahi perbuatannya. Padahal
aku sudah kewalahan dan telah sangat basah kuyup.“Paakk…, aakkhh…!”, aku
mengerang keras, kakinya menjepit kepala Pak Hr melampiaskan derita
birahiku, kujambak rambut Pak Hr keras-keras. Kini aku tak peduli lagi
bahwa lelaki itu adalah dosen yang aku hormati. Sungguh lihai laki-laki
ini membangkitkan gairahku. aku yakin dengan nafsunya yang sebesar itu
dia tentu sangat berpengalaman dalam hal ini, bahkan sangat mungkin
sudah puluhan atau ratusan mahasiswi yang sudah digaulinya. Tapi apa
peduliku?Tiba-tiba Pak Hr melepaskan diri, lalu ia berdiri di depanku
yang masih terduduk di tepi ranjang dengan bagian bawah perutnya persis
berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, namun tanpa
sempat melakukannya sendiri, tangannya telah meraih kepalaku untuk
dibawa mendekati kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu.Tanpa
melawan sama sekali aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum
sekalian alat vital Pak Hr ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu
melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit
batangnya saja ke dalam mulutku. Itupun sudah terasa penuh. Aku hampir
sesak nafas dibuatnya. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta
mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar
kepala itu bergetar hebat setiap kali lidahku menyapu kepalanya.Beberapa
saat kemudian Pak Hr melepaskan diri, ia membaringkan aku di tempat
tidur dan menyusul berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan
di pinggangnya. Lalu Ia berusaha memasuki tubuhku belakang. Ketika itu
pula kepala penis Pak Hr yang besar itu menggesek clitoris di liang
senggamaku hingga aku merintih kenikmatan. Ia terus berusaha menekankan
miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Pelahan-lahan
benda itu meluncur masuk ke dalam milikku.Dan ketika dengan kasar dia
tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku aku tak
kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur
sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa
detik.Pak Hr cukup mengerti keadaan diriku, ketika dia selesai masuk
seluruhnya dia memberi kesempatan padaku untuk menguasai diri beberapa
saat. Sebelum kemudian dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan
kemudian makin lama makin cepat.Aku sungguh tak kuasa untuk tidak
merintih setiap Pak Hr menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di
dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku lupa ingatan. Pak Hr
menyetubuhi aku dengan cara itu. Sementara bibirnya tak hentinya melumat
bibir, tengkuk dan leherku, tangannya selalu meremas-remas payudaraku.
Aku dapat merasakan puting susuku mulai mengeras, runcing dan kaku.Aku
bisa melihat bagaimana batang penis lelaki itu keluar masuk ke dalam
liang kemaluanku. Aku selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke
dalam. Milikku hampir tidak dapat menampung ukuran Pak Hr yang super
itu, dan ini makin membuat Pak Hr tergila-gila.Tidak sampai di situ,
beberapa menit kemudian Pak Hr membalik tubuhku hingga menungging di
hadapannya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Tangan lelaki itu kini
lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini
menggantung berat ke bawah. Sebagai seorang wanita aku memiliki daya
tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini aku kewalahan menghadapi
Pak Hr. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir
setengah jam ia bertahan. Aku yang kini duduk mengangkangi tubuhnya
hampir kehabisan nafas.Kupacu terus goyangan pinggulku, karena aku
merasa sebentar lagi aku akan memperolehnya. Terus…, terus…, aku tak
peduli lagi dengan gerakanku yang brutal ataupun suaraku yang
kadang-kadang memekik menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks
itu sampai, aku tak peduli lagi…, aku memekik keras sambil menjambak
rambutnya. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhku mengejang. Sungguh
hebat rasa yang kurasakan kali ini. Sungguh ironi memang, aku
mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan orang yang aku sukai.
Tapi masa bodohlah.Berkali-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku.
Pak Hr kemudian kembali mengambil inisiatif. kini gantian Pak Hr yang
menindihi tubuhku. Ia memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah
nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan
pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi
sekujur tubuhnya dan tubuhku. Sementara kami terus berpacu. Sungguh
hebat laki-laki ini. Walaupun sudah berumur tapi masih bertahan segitu
lama. Bahkan mengalahkan semua cowok-cowok yang pernah tidur denganku,
walaupun mereka rata-rata sebaya denganku.Namun beberapa saat kemudian,
Pak Hr mulai menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki tua
itu bergetar hebat di atas tubuhku. Penisnya menyemburkan cairan kental
yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya.Beberapa saat
kemudian, perlahan-lahan kami memisahkan diri. Kami terbaring kelelahan
di atas kasur itu. Nafasku yang tinggal satu-satu bercampur dengan bunyi
nafasnya yang berat. Kami masing-masing terdiam mengumpulkan tenaga
kami yang sudah tercerai berai.Aku sendiri terpejam sambil mencoba
merasakan kenikmatan yang baru saja aku alami di sekujur tubuhku ini.
Terasa benar ada cairan kental yang hangat perlahan-lahan meluncur masuk
ke dalam liang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal menggelitik.Bagian
bawah tubuhku itu terasa benar-benar banjir, basah kuyub. Aku
menggerakkan tanganku untuk menyeka bibir bawahku itu dan tanganku pun
langsung dipenuhi dengan cairan kental berwarna putih susu yang
berlepotan di sana.“Bukan main Winda, ternyata kau pun seperti kuda
liar!” kata Pak Hr penuh kepuasan. Aku yang berbaring menelungkup di
atas kasur hanya tersenyum lemah. aku sungguh sangat kelelahan,
kupejamkan mataku untuk sejenak beristirahat. Persetan dengan tubuhku
yang masih telanjang bulat.Pak Hr kemudian bangkit berdiri, ia menyulut
sebatang rokok. Lalu lelaki tua itu mulai mengenakan kembali pakaiannya.
Aku pun dengan malas bangkit dan mengumpulkan pakaiannya yang
berserakan di lantai.Sambil berpakaian ia bertanya, “Bagaimana dengan
ujian saya pak?”.“Minggu depan kamu dapat mengambil hasilnya”, sahut
laki-laki itu pendek.“Kenapa tidak besok pagi saja?”, protes aku tak
puas.“Aku masih ingin bertemu kamu, selama seminggu ini aku minta agar
kau tidak tidur dengan lelaki lain kecuali aku!”, jawab Pak Hr.Aku
sedikit terkejut dengan jawabannya itu. Tapi akupun segera dapat
menguasai keadaanku. Rupanya dia belum puas dengan pelayanan
habis-habisanku barusan.“Aku tidak bisa janji!”, sahutku seenaknya
sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar mencari kamar mandi. Pak Hr
hanya mampu terbengong mendengar jawabanku yang seenaknya itu.Aku
sedang berjalan santai meninggalkan rumah pak Hr, ini pertemuanku yang
ketiga dengan laki-laki itu demi menebus nilai ujianku yang selalu
jeblok jika ujian dengan dia. Mungkin malah sengaja dibuat jeblok biar
dia bisa main denganku. Dasar…, namun harus kuakui, dia laki-laki hebat,
daya tahannya sungguh luar biasa jika dibandingkan dengan usianya yang
hapir mencapai usia pensiun itu. Bahkan dari pagi hingga sore hari ini
dia masih sanggup menggarapku tiga kali, sekali di ruang tengah begitu
aku datang, dan dua kali di kamar tidur. Aku sempat terlelap sesudahnya
beberapa jam sebelum membersihkan diri dan pulang. Berutung kali ini,
aku bisa memaksanya menandatangani berkas ujian susulanku.“Masih ada
mata kuliah Pengantar Berorganisasi dan Kepemimpinan”, katanya sambil
membubuhkan nilai A di berkas ujianku.“Selama bapak masih bisa memberiku
nilai A”, kataku pendek.“Segeralah mendaftar, kuliah akan dimulai
minggu depan!”.“Terima kasih pak!” kataku sambil tak lupa memberikan
senyum semanis mungkin.“Winda!” teriakan seseorang mengejutkan
lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara tadi yang aku perkirakan
berasal dari dalam mobil yang berjalan perlahan menghampiriku. Seseorang
membuka pintu mobil itu, wajah yang sangat aku benci muncul dari balik
pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terakhir itu.“Masuklah
Winda…”.“Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan sendiri koq!”, Aku masih
mencoba menolak dengan halus.“Ayolah, masa kau tega menolak ajakanku,
padahal dengan pak Hr saja kau mau!”.Aku tertegun sesaat, Bagai disambar
petir di siang bolong.“Da…,Darimana kau tahu?”.“Nah, jadi benar kan…,
padahal aku tadi hanya menduga-duga!”“Sialan!”, Aku mengumpat di dalam
hati, harusnya tadi aku bersikap lebih tenang, aku memang selalu nervous
kalau ketemu cowok satu ini, rasanya ingin buru-buru pergi dari
hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu.Seperti
tipikal orang Indonesia bagian daerah paling timur, cowok ini hitam
tinggi besar dengan postur sedikit gemuk, janggut dan cambang yang tidak
pernah dirapikan dengan rambut keritingnya yang dipelihara panjang
ditambah dengan caranya memakai kemeja yang tidak pernah dikancingkan
dengan benar sehingga memamerkan dadanya yang penuh bulu. Dengan
asesoris kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi
berlian…, cukup menunjukkan bahwa dia ini orang yang memang punya duit.
Namun, aku menjadi muak dengan penampilan seperti itu.Dino memang salah
satu jawara di kampus, anak buahnya banyak dan dengan kekuatan uang
serta gaya jawara seperti itu membuat dia menjadi salah satu momok yang
paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan
mungkin bahkan tidak pernah lulus, namun tidak ada orang yang berani
mengusik keberadaannya di kamus, bahkan dari kalangan akademik
sekalipun.“Gimana? Masih tidak mau masuk?”, tanya dia setengah
mendesak.Aku tertegun sesaat, belum mau masuk. Aku memang sangat tidak
menyukai laki-laki ini, Tetapi kelihatannya aku tidak punya pilihan
lain, bisa-bisa semua orang tahu apa yang kuperbuat dengan pak Hr, dan
aku sungguh-sungguh ingin menjaga rahasia ini, terutama terhadap Erwin,
tunanganku. Namun saat ini aku benar benar terdesak dan ingin segera
membiarkan masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku
mengiyakan saja ajakannya.Dino tertawa penuh kemenangan, ia lalu
berbicara dengan orang yang berada di sebelahnya supaya berpindah ke jok
belakang. Aku membanting pantatku ke kursi mobil depan, dan pemuda itu
langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda. Kesenangan.“Ke mana kita?”,
tanyaku hambar.“Lho? Mestinya aku yang harus tanya, kau mau ke mana?”,
tanya Dino pura-pura heran.“Sudahlah Dino, tak usah berpura-pura lagi,
kau mau apa?”, Suaraku sudah sedemikian pasrahnya. Aku sudah tidak mau
berpikir panjang lagi untuk meminta dia menutup-nutupi perbuatanku.
Orang yang duduk di belakangku tertawa.“Rupanya dia cukup mengerti apa
kemauanmu Dino!”, Dia berkomentar.“Ah, diam kau Maki!” Rupanya orang itu
namanya Maki, orang dengan penampilan hampir mirip dengan Dino kecuali
rambutnya yang dipotong crew-cut.“Bagaimana kalau ke rumahku saja? Aku
sangat merindukanmu Winda!”, pancing Dino.“Sesukamulah…!”, Aku tahu
benar memang itu yang diinginkannya.Dino tertawa penuh kemenangan.Ia
melarikan mobilnya makin kencang ke arah sebuah kompleks perumahan. Lalu
mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan sebuah rumah yang
cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu
Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota Great Corolla namun keduanya
kelihatan diparkir sekenanya tak beraturan.Interior depan rumah itu
sederhana saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak perabotan pecah belah.
Tak lebih. Dindingnya polos. Demikian juga tempok ruang tengah. Terasa
betapa luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan
rak minuman beraneka ragam terdapat di sudut ruangan, menghadap ke taman
samping. Sebuah stereo set terpasang di ujung bar. Tampaknya baru saja
dimatikan dengan tergesa-gesa. Pitanya sebagian tergantung keluar.Dari
pintu samping kemudian muncul empat orang pemuda dan seorang gadis, yang
jelas-jelas masih menggunakan seragam SMU. Mereka semua mengeluarkan
suara setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang
sepertinya sesuku dengan Dino atau sebangsanya, sedangkan yang satu lagi
seperti bule dengan rambutnya yang gondrong. Sementara si gadis
berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam
lurus dan panjang tergerai sampai ke pinggang, ia memakai bandana lebar
di kepalanya dengan poni tebal menutupi dahinya. Wajahnya yang oval dan
bermata sipit menandakan bahwa ia keturunan Cina atau sebangsanya. Harus
kuakui dia memang cantik, seperti bintang film drama Mandarin. Berbeda
dengan penampilan ketiga laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan
merupakan gerombolan mereka, dilihat dari tampangnya yang masih lugu. Ia
masih mengenakan seragam sebuah sekolah Katolik yang langsung bisa aku
kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa bergaul dengan
orang-orang ini.Dino bertepuk tangan. Kemudian memperkenalkan diriku
dengan mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Dino, Tito
berbadan tambun dan yang bule namanya Marchell, sementara gadis SMU itu
bernama Shelly. Mereka semua yang laki-laki memandang diriku dengan mata
“lapar” membuat aku tanpa sadar menyilangkan tangan di depan dadaku,
seolah-olah mereka bisa melihat tubuhku di balik pakaian yang aku
kenakan ini.Tampak tak sabaran Dino menarik diriku ke loteng. Langsung
menuju sebuah kamar yang ada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu,
sebenarnya lebih tepat disebut ruang penyangga antara teras dengan
kamar-kamar yang lain Sebab di salah satu ujungnya merupakan pintu
tembusan ke ruang lain.Di sana ada sebuah kasur yang terhampar begitu
saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah acak-acakan. Di sudut
terdapat dua buah kursi sofa besar dan sebuah meja kaca yang mungil. Di
bawahnya berserakan majalah-majalah yang cover depannya saja bisa
membuat orang merinding. Bergambar perempuan-perempuan telanjang.Aku
sadar bahkan sangat sadar, apa yang dimaui Dino di kamar ini. Aku
beranjak ke jendela. Menutup gordynnya hingga ruangan itu kelihatan
sedikit gelap. Namun tak lama, karena kemudian Dino menyalakan lampu.
Aku berputar membelakangi Dino, dan mulai melucuti pakaian yang aku
kenakan. Dari blouse, kemudian rok bawahanku kubiarkan meluncur bebas ke
mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik menghadap
Dino.Betapa terkejutnya aku ketika aku berbalik, ternyata di hadapanku
kini tidak hanya ada Dino, namun Maki juga sedang berdiri di situ sambil
cengengesan. Dengan gerakan reflek, aku menyambar blouseku untuk
menutupi tubuhku yang setengah telanjang. Melihat keterkejutanku, kedua
laki-laki itu malah tertawa terbahak-bahak.“Ayolah Winda, Toh engkau
juga sudah sering memperlihatkan tubuh telanjangmu kepada beberapa
laki-laki lain?”.“Kurang ajar kau Dino!” Aku mengumpat sekenanya.Wajah
laki-laki itu berubah seketika, dari tertawa terbahak-bahak menjadi
serius, sangat serius. Dengan tatapan yang sangat tajam dia berujar,
“Apakah engkau punya pilihan lain? Ayolah, lakukan saja dan sesudah
selesai kita boleh melupakan kejadian ini.”Aku tertegun, melayani dua
orang sekaligus belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apalagi orang-orang
yang bertampang seram seperti ini. Tapi seperti yang dia bilang, aku
tak punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di kepalaku
hingga membuat aku pusing. Tubuhku tanpa sadar sampai gemetaran, terasa
sekali lututku lemas sepertinya aku sudah kehabisan tenaga karena
digilir mereka berdua, padahal mereka sama sekali belum
memulainya.Akhirnya, dengan sangat berat aku menggerakkan kedua tangan
ke arah punggungku di mana aku bisa meraih kaitan BH yang aku pakai.
Baju yang tadi aku pakai untuk menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya
terjatuh ke lantai. Dengan sekali sentakan halus BH-ku telah terlepas
dan meluncur bebas dan sebelum terjatuh ke lantai kulemparkan benda itu
ke arah Dino yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium
bagian dalam mangkuk bra-ku dengan penuh perasaan.“Harum!”, katanya.Lalu
ia seperti mencari-cari sesuatu dari benda itu, dan ketika ditemukannya
ia berhenti.“36B!”, katanya pendek.Rupanya ia pingin tahu berapa ukuran
dadaku ini.“BH-nya saja sudah sedemikian harum, apalagi isinya!”,
katanya seraya memberikan BH itu kepada Maki sehingga laki-laki itu juga
ikut-ikutan menciumi benda itu. Namun demikian mata mereka tak pernah
lepas menatap belahan payudaraku yang kini tidak tertutup apa-apa
lagi.Aku kini hanya berdiri menunggu, dan tanpa diminta Dino melangkah
mendekatiku. Ia meraih kepalaku. Tangannya meraih kunciran rambut dan
melepaskannya hingga rambutku kini tergerai bebas sampai ke
punggung.“Nah, dengan begini kau kelihatan lebih cantik!”Ia terus
berjalan memutari tubuhku dan memelukku dari belakang. Ia sibakkan
rambutku dan memindahkannya ke depan lewat pundak sebelah kiriku,
sehingga bagian punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghalang.
Lalu ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk belakangku. Lidahnya menjelajah
di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di
sana. Kedua belah tangannya yang kekar dan berbulu yang tadi memeluk
pinggangku kini mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah
payudaraku dengan gemas. Aku masih menanggapinya dengan dingin dengan
tidak bereaksi sama sekali selain memejamkan mataku.Dino rupanya tidak
begitu suka aku bersikap pasif, dengan kasar ia menarik wajahku hingga
bibirnya bisa melumat bibirku. Aku hanya berdiam diri saja tak
memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha
masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas
menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun
meronta-ronta.Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk menikmati
perasaan itu dengan utuh. Tak ada gunanya aku menolak, hal itu akan
membuatku lebih menderita lagi. Dengan kuluman lidah seperti itu,
ditingkahi dengan remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sambil
sekali-sekali ibu jari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku,
pertahananku akhirnya bobol juga. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan
sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Dino
mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan
menggerakkan tangan meremas kepala Dino yang berada di belakangku.
Sementara dengan ekor mataku aku melihat Maki beranjak berjalan menuju
sofa dan duduk di sana, sambil pandangan matanya tidak pernah lepas dari
kami berdua.Mungkin karena merasa sudah menguasai diriku, ciuman Dino
terus merambat turun ke leherku, menghisapnya hingga aku menggelinjang.
Lalu merosot lagi menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai
akhirnya hinggap di salah satu pucuk bukit di dadaku, Dengan satu
remasan yang gemas hingga membuat puting susuku melejit Dino untuk
mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak
memutari seluruh daerah puting susuku sebelum mulutnya mengenyot habis
puting susuku itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya
kempot.Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli
yang luar biasa bercampur sedikit nyeri di bagian itu. Aku
menggelinjang, melenguh apalagi ketika puting susuku digigit-gigit
perlahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu dipermainkan pula dengan
lidah Dino yang kasap. Dipilin-pilinnya kesana kemari. Dikecupinya, dan
disedotnya kuat-kuat sampai putingnya menempel pada telaknya. Aku
merintih. Tanganku refleks meremas dan menarik kepalanya sehingga
semakin membenam di kedua gunung kembarku yang putih dan padat. Aku
sungguh tak tahu mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa
aku justeru tenggelam dalam permaianan itu? Semula aku hanya merasa
terpaksa demi menutupi rahasia atas perbuatanku. Tapi kemudian nyatanya,
permainan yang Dino mainkan begitu dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar
aku mulai mengikuti permainan yang dipimpin dengan cemerlang oleh
Dino.“Winda…”, “Ya?”, “Kau suka aku perlakukan seperti ini?”. Aku hanya
mengangguk. Dan memejamkan matanya. membiarkan payudaraku terus
diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat,
merasakan nikmat yang luar biasa. Puting susu yang mungil itu hanya
sebentar saja sudah berubah membengkak, keras dan mencuat semakin
runcing.“Hsss…, ah!”, Aku mendesah saat merasakan jari-jari tangan
lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalamku dan merayap mencari
liang yang ada di selangkanganku. Dan ketika menemukannya Jari-jari
tangan itu mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap-usap dan
ketika sudah terasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk kemudian
menyentuh dinding-dinding dalam liang itu.Dalam posisi masih berdiri
berhadapan, sambil terus mencumbui payudaraku, Dino meneruskan aksinya
di dalam liang gelap yang sudah basah itu. Makin lama makin dalam. Aku
sendiri semakin menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di
dalam liang vaginaku itu bergerak-gerak dengan liar. Bahkan
kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginaku hingga menganga. Dan
yang membuat aku tambah gila, ia menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk
ke dalam liang vaginaku seolah-olah sedang menyetubuhiku. Aku tak kuasa
untuk menahan diri.“Nggghh…!”, mulutku mulai meracau. Aku sungguh
kewalahan dibuatnya hingga lututku terasa lemas hingga akhirnya akupun
tak kuasa menahan tubuhku hingga merosot bersimpuh di lantai. Aku
mencoba untuk mengatur nafasku yang terengah-engah. Aku sungguh tidak
memperhatikan lagi yang kutahu kini tiba-tiba saja Dino telah berdiri
telanjang bulat di hadapanku. Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan
penuh bulu itu dengan angkuhnya berdiri mengangkang persis di depanku
sehingga wajahku persis menghadap ke bagian selangkangannya. Disitu, aku
melihat batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar
panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di daerah
pangkalnya.Dengan sekali rengkuh, ia meraih kepalaku untuk ditarik
mendekati daerah di bawah perutnya itu. Aku tahu apa yang dimauinya,
bahkan sangat tahu ini adalah perbuatan yang sangat disukai para lelaki.
Di mana ketika aku melakukan oral seks terhadap kelaminnya.Maka, dengan
kepalang basah, kulakukan apa yang harus kulakukan. Benda itu telah
masuk ke dalam mulutku dan menjadi permainan lidahku yang berputar
mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu. Lalu
berhenti ketika menemukan lubang yang berada persis di ujungnya. Lalu
dengan segala kemampuanku aku mulai mengelomoh batang itu sambil
kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya bergetar hebat
menahan rasa yang tak tertahankan.Pada saat itu aku sempat melirik ke
arah sofa di mana Maki berada, dan ternyata laki-laki ini sudah mulai
terbawa nafsu menyaksikan perbuatan kami berdua. Buktinya, ia telah
mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya naik turun sambil
berkali-kali menelan ludah. Konsentrasiku buyar ketika Dino menarik
kepalaku hingga menjauh dari selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku
hingga telentang di atas kasur yang terhampar di situ. Lalu dengan cepat
ia melucuti celana dalamku dan dibuangnya jauh-jauh seakan-akan ia
takut aku akan memakainya kembali.Untuk beberapa detik mata Dino nanar
memandang bagian bawah tubuhku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi. Si
Makipun sampai berdiri mendekat ke arah kami berdua seakan ia tidak puas
memandang kami dari kejauhan.Namun beberapa detik kemudian, Dino mulai
merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya
dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi
memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir
vaginaku yang sudah sangat basah. Ada rasa geli menyerang di situ hingga
aku menggelinjang dan memejamkan mata.Sedetik kemudian, aku merasakan
ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku
menahan nafas ketika terasa ada benda asing mulai menyeruak di situ.
Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat
pertama kali ada kejantanan laki-laki menyeruak masuk ke dalam liang
vaginaku.Dengan perlahan namun pasti, kejantanan Dino meluncur masuk
semakin dalam. Dan ketika sudah masuk setengahnya ia bahkan memasukkan
sisanya dengan satu sentakan kasar hingga aku benar-benar berteriak
karena terasa nyeri. Dan setelah itu, tanpa memberiku kesempatan untuk
membiasakan diri dulu, Dino sudah bergoyang mencari kepuasannya
sendiri.Dino menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar
menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku memekik keras setiap kali
kejantanan Dino menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur
nikmat yang tak terkira. Ada sensasi aneh yang baru pertama kali
kurasakan di mana di sela-sela rasa ngilu itu aku juga merasakan rasa
nikmat yang tak terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi
hingga aku sampai menangis menggebu-gebu, sakit keluhku setiap kali
Dino menghunjam, tapi aku semakin mempererat pelukanku, Pedih, tapi aku
juga tak bersedia Dino menyudahi perlakuannya terhadap diriku.Aku
semakin merintih. Air mataku meleleh keluar. kami terus bergulat dalam
posisi demikian. Sampai tiba-tiba ada rasa nikmat yang luar biasa di
sekujur tubuhku. Aku telah orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang
yang aku benci. Tubuhku mengejang selama beberapa puluh detik. Sebelum
melemas. Namun Dino rupanya belum selesai. Ia kini membalikkan tubuhku
hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan kedua lututku. Ia
ingin meneruskannya dengan doggy style. Aku hanya pasrah saja.Kini ia
menyetubuhiku dari belakang. Tangannya kini dengan leluasa
berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku
yang menggelantung berat ke bawah. Kini Dino bahkan lebih memperhebat
serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat
dan semakin kasar.Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah duduk
mengangkang di depanku. Laki-laki ini juga telah telanjang bulat. Ia
menyodorkan batang penisnya ke dalam mulutku, tangannya meraih kepalaku
dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke
dalam mulutku.Kini aku melayani dua orang sekaligus. Dino yang sedang
menyetubuhiku dari belakang. Dan Maki yang sedang memaksaku melakukan
oral seks terhadap dirinya. Dino kadang-kadang malah menyorongkan
kepalanya ke depan untuk menikmati payudaraku. Aku mengerang pelan
setiap kali ia menghisap puting susuku. Dengan dua orang yang
mengeroyokku aku sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa.
Malahan aku merasa sangat terangsang dengan posisi seperti ini.Mereka
menyetubuhiku dari dua arah, yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh
mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang
aku hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku mengalah
dan hanya diam saja. Dino yang mengatur segala gerakan.Perlahan-lahan
kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar di sekujur tubuhku. Perasaan
tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan diriku melambung
di luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku
mengejang, deras dan tanpa henti. Aku mengalami orgasme yang datang
dengan beruntun seperti tak berkesudahan.Tidak lama kemudian Dino
mengalami orgasme. Batang penisnya menyemprotkan air mani dengan deras
ke dalam liang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan hebat,
seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku. Aku bisa merasakan air mani
yang disemprotkannya banyak sekali, hingga sebagian meluap keluar
meleleh di salah satu pahaku. Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki
mengambil alih perlakuan Dino. Masih dalam posisi doggy style. Batang
kejantanannya dengan mulus meluncur masuk dalam sekali sampai menyentuh
bibir rahimku. Ia bisa mudah melakukannya karena memang liang vaginaku
sudah sangat licin dilumasi cairan yang keluar dari dalamnya dan sudah
bercampur dengan air mani Dino yang sangat banyak. Permainan
dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Dino dengan
nafas yang tersengal-sengal telah duduk telentang di atas sofa yang tadi
diduduki Maki untuk mengumpulkan tenaga. Aku mengeluh pendek setiap
kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki terus memacu gerakkannya.
Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat aku merintih dan
mengaduh tak berkesudahan.Pada saat itu masuk Bram dan Tito bersamaan ke
dalam ruangan. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melucuti pakaiannya
hingga telanjang bulat. Lalu mereka duduk di lantai dan menonton adegan
mesum yang sedang terjadi antara aku dan Maki. Bram nampak kelihatan
tidak sabaran Tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Maki terus memacu
menggebu-gebu. Laki-laki itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku
yang menggelantung berat ke bawah.Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan
kembali telentang di atas kasur dan pada saat itu Bram dengan tangkas
menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah
sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti tubuhku. Keadaanku sudah
sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah
peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga
cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku
kini hanya telentang pasrah ditindihi tubuh gemuk Tito yang
bergoyang-goyang di atasnya.Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua
belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan miliknya ke
dalam milikku. Sementara Bram tak pernah memberiku kesempatan yang cukup
untuk bernafas. Ia terus saja menjejal-jejalkan miliknya ke dalam
mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengotrol diriku lagi. Guncangan
demi guncangan yang diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram
makin terangsang. Bukan lagi kuluman dan jilatan yang harusnya aku
lakukan dengan lidah dan mulutku.Dan ketika Tito melenguh panjang, ia
mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudaraku kuat-kuat
hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Lalu beberapa saat kemudian ia
dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diriku. Dan
pada saat hampir bersamaan Bram juga mengerang keras. Batang
kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan
menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Aku meronta, ingin
mengeluarkan banda itu dari dalam mulutku, namun tangan Bram yang kokoh
tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang
tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itu akhirnya
tertelan olehku. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi
daerah sekitar bibirku sampai meleleh ke leher. Aku tak bisa berbuat
apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua yang ada supaya tidak
terlalu terasa di dalam mulutku. Aku memejamkan mata erat-erat, tubuhku
mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada
sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis
merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme
panjang untuk ke sekian kalinya.Dengan ekor mataku aku kembali melihat
seseorang masuk ke ruangan yang ternyata si bule dan orang itu juga
mulai membuka celananya. Aku menggigit bibir, dan mulai menangis
terisak-isak. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika Marchell mulai
menindihi tubuhku. Pasrah.Tidak lama kemudian setelah orang terakhir
melaksanakan hasratnya pada diriku mereka keluar. aku merasa seluruh
tubuhku luluh lantak. Setelah berhasil mengumpulkan cukup tenaga
kembali, dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari tempat tidur,
mengenakan pakaianku seadanya dan pergi mencari kamar mandi.Aku
berpapasan dengan Dino yang muncul dari dalam sebuah ruangan yang
pintunya terbuka. Lelaki itu sedang sibuk mengancingkan retsluiting
celananya. Masih sempat terlihat dari luar di dalam kamar itu, di atas
tempat tidur tubuh Shelly yang telanjang sedang ditindihi oleh tubuh
Maki yang bergerak-gerak cepat. Memacu naik turun. Gadis itu
menggelinjang-gelinjang setiap kali Maki bergerak naik turun. Rupanya
anak itu bernasib sama seperti diriku.“Di mana aku bisa menemukan kamar
mandi?” tanyaku pada Dino.Tanpa menjawab, ia hanya menunjukkan tangannya
ke sebuah pintu. Tanpa basa-basi lagi aku segera beranjak menuju pintu
itu.Di sana aku mandi berendam air panas sambil mengangis. Aku tidak
tahu saya sudah terjerumus ke dalam apa kini. Yang membuat aku benci
kepada diriku sendiri, walaupun aku merasa sedih, kesal, marah bercampur
menjadi satu, namun demikian setiap kali teringat kejadian barusan,
langsung saja selangkanganku basah lagi.Aku berendam di sana sangat
lama, mungkin lebih dari satu jam lamanya. Setelah terasa kepenatan
tubuhku agak berkurang aku menyudahi mandiku. Dengan berjalan
tertatih-tatih aku melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mencari
pintu keluar. Sudah hampir jam sebelas malam ketika aku keluar dari
rumah itu.Sampai di dalam rumah, Aku langsung ngeloyor masuk ke kamar.
Aku tak peduli dengan kakakku yang terheran-heran melihat tingkah lakuku
yang tidak biasa, aku tak menyapanya karena memang sudah tidak ada
keinginan untuk berbicara lagi malam ini. Aku tumpahkan segala perasaan
campur aduk itu, kekesalan, dan sakit hati dengan menangis.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a3.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/205439_202396166449955_202163969806508_597885_3615016_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-87346702082510171862012-01-17T00:57:00.001-08:002012-01-17T00:57:55.764-08:00pacar kakakini terjadi saat aku coba bersihkan kamarnya kakakku aku nemu sebuah
video bokep. Saat kuliat video bokep tersebut ternyata permainan sex nya
sangat seru dan film dewasanya sangat menggairahkan. Tadinya aku
bermaksud mengembalikan vCD tersebut ke tempatnya, tapi aah.. mumpung
sendirian aku memutuskan untuk menonton film tersebut. Jujur aja aku
baru sekali ini nonton blue film. Begitu aku nyalain di layar TV
terpampang sepasang bule yang sedang saling mencumbu. Pertama mereka
saling berciuman, kemudian satu persatu pakaian yang melekat mereka
lepas. Si cowok mulai menciumi leher ceweknya, kemudian turun ke
payudara. Si cewek tampak menggeliat menahan nafsu yang membara. Sesaat
kemudian si cowok mejilati vaginanya terutama di bagian klitorisnya. Si
cewek merintih-rintih keenakan. Selanjutnya gantian si cewek yang
mengulum penis si cowok yang sudah ereksi. Setelah beberapa saat
sepertinya mereka tak tahan lagi, lalu si cowok memasukkan penisnya ke
vagina cewek bule tadi dan langsung disodok-sodokin dengan gencar.
Sejurus kemudian mereka berdua orgasme. Si cowok langsung mencabut
rudalnya dari vagina kemudian mengocoknya di depan wajah ceweknya sampai
keluar spermanya yang banyak banget, si cewek tampak menyambutnya
dengan penuh gairah. Aku sendiri selama menonton tanpa sadar bajuku
sudah nggak karuan. Kaos aku angkat sampai diatas tetek, kemudian braku
yang kebetulan pengaitnya di depan aku lepas. Kuelus-elus sendiri
tetekku sambil sesekali kuremas, uhh.. enak banget. Apalagi kalo kena
putingnya woww!!Celana pendekku aku pelorotin sampe dengkul, lalu
tanganku masuk ke balik celana dalam dan langsung menggosok-gosok
klitorisku. Sensasinya luar biasa!!Makin lama aku semakin gencar
melakukan masturbasi, rintihanku semakin keras. Tanganku semakin cepat
menggosok klitoris sementara yang satunya sibuk emremas-remas toketku
sendiri. Dan,“Oohh.. oohh..”Aku mencapai orgasme yang luar biasa. Aku
tergeletak lemas di karpet. Tiba-tiba, bel pintu berbunyi. Tentu saja
aku gelagapan benerin pakaianku yang terbuka disana-sini. Abis itu aku
matiin vCD player tanpa ngeluarin discnya.“Gawat!” pikirku.“Siapa ya?
Jangan-jangan pa-ma! Ngapain mereka balik lagi?”.Buru-buru aku buka
pintu, ternyata di depan pintu berdiri seorang cowok keren. Rupanya Mas
Andi pacar Mbak Sari dari Bandung.“Halo Ulfa sayang, Mbak Sarinya
ada?”“Wah baru tadi pagi ke Jakarta. Emang nggak telpon Mas Andi
dulu?”“Waduh nggak tuh. Gimana nih mo ngasi surprise malah kaget
sendiri.”“Telpon aja HP-nya Mas, kali aja mau balik” usulku
sekenanya.Padahal aku berharap sebaliknya, soalnya terus terang aku
diem-diem aku juga naksir Mas Andi. Mas Andi menyetujui usulku. Ternyata
Mbak Sari cuman ngomong supaya nginep dulu, besok baru balik ke
Bandung, sekalian ketemu disana. Hura! Hatiku bersorak, berarti ada
kesempatan nih. Aku mempersilakan Mas Andi mandi. Setelah mandi kami
makan malam bareng. Aku perhatiin tampang dan bodi Mas Andi yang keren,
kubayangkan Mas Andi sedang telanjang sambil memperlihatkan “tongkat
kastinya”. Nggak sulit untuk ngebayangin karena aku kan pernah ngintip
Mas Andi ama Mbak Sari lagi ml. Rasanya aku pengen banget ngerasain
penis masuk ke vaginaku, abis keliatannya enak banget tuh.“Ada apa Ulfa,
Kok ngelamun, mikirin pacar ya?” tanyanya tiba-tiba.“Ah, enggak Mas,
Ulfa bobo dulu ya ngantuk nih!” ujarku salting.“Mas Andi nonton TV aja
nggak papa kan?”“Nggak papa kok, kalo ngantuk tidur aja duluan!”Aku
beranjak masuk kamar. Setelah menutup kintu kamar aku bercermin. Bajuku
juga kulepas semua. Wajahku cantik manis, kulitku sawo matang tapi
bersih dan mulus. Tinggi 165 cm. Badanku sintal dan kencang karena aku
rajin senam dan berenang, apalagi ditunjang toketku yang 36B membuatku
tampak sexy. Jembutku tumbuh lebat menghiasi vaginaku yang indah. Aku
tersenyum sendiri kemudian memakai kaos yang longgar dan tipis sehingga
meninjolkan kedua puting susuku, bahkan jembutku tampak menerawang. Aku
merebahkan diriku di atas kasur dan mencoba memejamkan mata, tapi entah
kenapa aku susah sekali tidur. Sampai kemudian aku mendengar suara
rintihan dari ruang tengah. Aneh! Suara siapa malam-malam begini?
Astaga! Aku baru inget, itu pasti suara dari vCD porno yang lupa aku
keluarin tadi, apa Mas Andi menyetelnya? Penasaran, akupun bangkit
kemudian perlahan-lahan keluar.Sesampainya di ruang tengah, deg!! Aku
melihat pemandangan yang mendebarkan, Mas Andi di depan TV sedang
menonton bokep sambil ngeluarin penisnya dan mengelusnya sendiri. Wah..
batangnya tampak kekar banget. Aku berpura-pura batuk kemudian dengan
tampang seolah-olah mengantuk aku mendekati Mas Andi. Mas Andi tampak
kaget mendengar batukku lalu cepat-cepat memasukkan penisnya ke dalam
kolornya lagi, tapi kolornya nggak bisa menyembunyikan tonjolan
tongkatnya itu.“Eh, Ulfa anu, eh belum tidur ya?”Mas Andi tampak
salting, kemudian dia hendak mematikan vCD player.”Iya nih Mas, gerah eh
nggak usah dimatiin, nonton berdua aja yuk!” ujarku sambil menggeliat
sehingga menonjolkan pepaya bangkokku.“Oh iya deh.”Kamipun lalu duduk di
karpet sambil menonton. Aku mengambil posisi bersila sehingga bawukku
mengintip keluar dengan indahnya. “Mas, gimana sih rasanya bersetubuh?”
tanyaku tiba-tiba.“Eh kok tau-tau nanya gitu sih?”Mas Andi agak kaget
mendengar pertanyaanku, soalnya saat itu matanya asyik mencuri pandang
ke arah selakanganku. Aku semakin memanaskan aksiku, sengaja kakiku
kubuka lebih lebar sehingga vaginaku semakin terlihat jelas.“Alaa nggak
usah gitu! Aku kan pernah ngintip Mas sama Mbak Sari lagi gituan.. nggak
papa kok, rahasia terjaga!”“Oya? He he he yaa.. enak sih.”Mas Andi
tersipu mendengar ledekanku.Akupun melanjutkan, “Mas, vaginaku sama
punya Mbak Sari lebih indah mana?” tanyaku sambil mengangkat kaosku dan
mengangkangkan kakiku lebar-lebar so bawukkupun terpampang jelas.“Ehh
glek bagusan punyamu.”“Terus kalo toketnya montokan mana?” kali ini aku
mencopot kaosku sehingga payudara dan tubuhku yang montok itu telanjang
tanpa sehelai benang yang menutupi.“Aaanu.. lebih montok dan kencengan
tetekmu!”Mas Andi tampak melotot menyaksikan bodiku yang sexy. Hal itu
malah membuat aku semakin terangsang. “Sekarang giliran aku liat punya
Mas Andi!”Karena sudah sangat bernafsu aku menerkam Mas Andi. Kucopoti
seluruh pakaiannya sehingga dia bugil. Aku terpesona melihat tubuh bugil
Mas Andi dari dekat. Badannya agak langsing tapi sexy. penisnya sudah
mengacung tegar membuat jantungku berdebar cepat. Entah kenapa, kalo
dulu ngebayangin bentuk burung cowok aja rasanya jijik tapi ternyata
sekarang malah membuat darahku berdesir.“Wah gede banget! Aku isep ya
Mas!”Tanpa menunggu persetujuannya aku langsung mengocok, menjilat dan
mengulum batang kemaluannya yang gede dan panjang itu seperti yang aku
tonton di BF.“Slurp Slurp Slurpmmh! Slurp Slurp Slurp mmh.”Ternyata
nikmat sekali mengisap penis. Aku jepit penisnya dengan kedua susuku
kemudian aku gosok-gosokin, hmm nikmat banget! Mas Andi akhirnya tak
kuat menahan nafsu. Didorongnya tubuh sintalku hingga terlentang lalu
diterkamnya aku dengan ciuman-ciuman ganasnya. Tangannya tidak tinggal
diam ikut bekerja meremas-remas kelapa gadingku. “Ahh mmh.. yesh uuh..
enak mas”Aku benar-benar merasakan sensasi luar biasa. Sesaat kemudian
mulutnya menjilati kedua putingku sambil sesekali diisap dengan
kuat.“Auwh geli nikmat aah ouw!”Aku menggelinjang kegelian tapi tanganku
justru menekan-nekan kepalanya agar lebih kuat lagi mengisap pentilku.
Sejurus kemudian lidahnya turun ke vaginaku. Tangannya menyibakkan
jembutku yang rimbun itu lalu membuka vaginaku lebar-lebar sehingga
klitorisku menonjol keluar kemudian dijilatinya dengan rakus sambil
sesekali menggigit kecil atau dihisap dengan kuat.“Yesh.. uuhh.. enak
mas.. terus!” jeritku.“Slurp Slurp, vaginamu gurih banget Ulfa mmh”.Mas
Andi terus menjilati vaginaku sampai akhirnya aku nggak tahan
lagi.“Mas.. ayo.. masukin penismu.. aku nggak tahan..” Mas Andi lalu
mengambil posisi 1/2 duduk, diacungkannya penisnya dengan gagah ke arah
lubang vaginaku. Aku mengangkangkan kakiku lebar-lebar siap menerima
serangan rudalnya. Pelan-pelan dimasukkannya batang rudal itu ke dalam
vaginaku.“Aauw sakit Mas pelan-pelan akh..”Walaupun sudah basah, tapi
vaginaku masih sangat sempit karena aku masih perawan.“Au.. sakit”Mas
Andi tampak merem menahan nikmat, tentu saja dibandingkan Mbak Sari
tempikku jauh lebih menggigit. Lalu dengan satu sentakan kuat sang rudal
berhasil menancapkan diri di lubang kenikmatanku sampai menyentuh
dasarnya.“Au.. sakit..”Aku melonjakkan pantatku karena kesakitan.
Kurasakan darah hangat mengalir di pahaku, persetan! Sudah kepalang
tanggung, aku ingin ngerasain nikmatnya bercinta. Sesaat kemudian Mas
Andi memompa pantatnya maju mundur.“Jrebb! Jrebb! Jrubb! Crubb!”“Aakh!
Aakh! Auw!”Aku menjerit-jerit kesakitan, tapi lama-lama rasa perih itu
berubah menjadi nikmat yang luar biasa. vaginaku serasa dibongkar oleh
tongkat kasti yang kekar itu.“Ooh.. lebih keras, lebih cepat”Jerit
kesakitanku berubah menjadi jerit kenikmatan. Keringat kami bercucuran
menambah semangat gelora birahi kami. Tapi Mas Andi malah mencabut
penisnya dan tersenyum padaku. Aku jadi nggak sabar lalu bangkit dan
mendorongnya hingga telentang. Kakiku kukangkangkan tepat di atas
penisnya, dengan birahi yang memuncak kutancapkan batang bazooka itu ke
dalam bawukku,“Jrebb.. Ooh..” aku menjerit keenakan, lalu dengan
semangat 45 aku menaik turunkan pantatku sambil sesekali aku goyangkan
pinggulku.“Ouwh.. enak banget tempikmu nggigit banget sayang.. penisku
serasa diperas”“Uggh.. yes.. uuh.. auwww.. penismu juga hebaat, bawukku
serasa dibor”Aku menghujamkan pantatku berkali-kali dengan irama sangat
cepat. Aku merasa semakin melayang. Bagaikan kesetanan aku
menjerit-jerit seperti kesurupan. Akhirnya setelah setengah jam kami
bergumul, aku merasa seluruh sel tubuhku berkumpul menjadi satu dan
dan“Aah mau orgasme Mas..”Aku memeluk erat-erat tubuh atletisnya sampai
Mas Andi merasa sesak karena desakan susuku yang montok itu.“Kamu sudah
sayang? OK sekarang giliran aku!” Aku mencabut vaginaku lalu Mas Andi
duduk di sofa sambil mememerkan ‘tiang listriknya’. Aku bersimpuh
dihadapannya dengan lututku sebagai tumpuan. Kuraih penis besar itu,
kukocok dengan lembut. Kujilati dengan sangat telaten. Makin lama makin
cepat sambil sesekali aku isap dengan kuat.“Crupp.. slurp.. mmh..”“Oh
yes.. kocok yang kuat sayang!”Mas Andi mengerang-erang keenakan,
tangannya meremas-remas rambutku dan kedua bola basket yang menggantung
di dadaku. Aku semakin bernafsu mengulum. Menjilati dan mengocok
penisnya.“Crupp crupp slurp!”“Ooh yes.. terus sayang yes.. aku hampir
keluar sayang!”Aku semakin bersemangat ngerjain penis big size itu.
Makin lama makin cepat cepat Cepat, lalu lalu“Croot.. croot..”Penisnya
menyemburkan sperma banyak sekali sehingga membasahi rambut wajah, tetek
dan hampir seluruh tubuhku. Aku usap dan aku jilati semua maninya
sampai licin tak tersisa, lalu aku isap penisnya dengan kuat supaya sisa
maninya dapat kurasakan dan kutelan.Akhirnya kami berdua tergeletak
lemas diatas karpet dengan tubuh bugil bersimbah keringat. Malam itu
kami mengulanginya hingga 4 kali dan kemudian tidur berpelukan dengan
tubuh telanjang. Sungguh pengalaman yang sangat mengesankan.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/216161_202396476449924_202163969806508_597886_6079992_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-77886926706055297242012-01-17T00:56:00.001-08:002012-01-17T00:56:18.101-08:00main dokter-dokteran Sebelum aku menceritakan cerita dewasa pengalaman sex pertama ini,
perkenalkan dulu pembaca namaku Rini, usia sekarang 23 tahun, aku
bekerja sebagai salah satu karyawati di BUMN besar di Jakarta. Kata
temen-temen aku memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu,
kulitku kuning langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan
seksi. Apalagi waktu masih gadis SMP aku terpilih sebagai mayoret drum
band sekolah karena kecantikanku.Aku ingin menceritakan pengalaman seks
pertamaku justru dari teman baik ayahku sendiri, pengalaman sex yang
tak kuduga ini terjadi ketika aku masih gadis SMP, baru saja akan masuk
kelas 2 SMP di Yogya, pengalaman sex gadis smp bersama pria dewasa
teman ayahnya sendiri. Teman ayah itu bernama, Om Bayu dan aku sendiri
memanggilnya Om. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Bayu,
ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Bayu wajahnya
sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena
memang usianya berbeda agak jauh, usia Om Bayu ketika itu sekitar 28
tahun. Selain tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang tinggi tegap, dengan
dada yang bidang.Kejadian ini bermula ketika liburan semester, waktu itu
kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan
saudara. Karena kami dan Om Bayu cukup dekat, maka aku minta kepada
orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Bayu yang tidak jauh dari
rumahku selama 5 hari itu. Om Bayu sudah menikah, tetapi belum punya
anak. Istrinya adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om
Bayu tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil.
Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria,
setelah istri Om Bayu pergi ke kantor. Om Bayu sendiri karena katanya
tidak ada order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu
telepon kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk
melewatkan waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti
halma, atau monopoli, karena memang Om Bayu orangnya sangat pintar
bergaul dengan siapa saja. Ketika suatu hari, setelah makan siang,
tiba-tiba Om Bayu berkata kepadaku, “Rin.. kita main dokter- dokteran
yuk.., sekalian Rini, Om periksa beneran, mumpung gratis”.Memang kata
ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di
tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.“Ayoo..”,
sambutku dengan polos tampa curiga.Kemudian Om Bayu mengajakku ke
kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil
stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.“Nah Rin,
kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.Mula-mula aku agak
ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya
aku menurutinya.“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai
hendak berbaring.Namun Om Bayu bilang, “Lho.. BH-nya sekalian dibuka
dong.., biar Om gampang meriksanya”.Aku yang waktu itu masih polos,
dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku
yang masih mengkal.“Wah.., kamu memang benar-benar cantik Rin..”, kata
Om Bayu.Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku, dan aku
hanya tertunduk malu.Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya
memakai rok mini saja, Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula di
tempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu
menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Bayu mencopot
stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh
lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.“Waah.. kulit kamu halus
ya, Rin.. Kamu pasti rajin merawatnya”, katanya. Aku diam saja, aku
hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Bayu.Kemudian usapan itu
bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Bayu merayap mengusap
perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan
Om Bayu benar-benar terasa lembut, dan lama- kelamaan terus terang aku
mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai- sampai bulu
tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om Bayu menaikkan usapannya ke
pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya,
lalu mengusap buah dadaku. Ih.., baru kali ini aku merasakan yang
seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu.
Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan usapannya. Dan aku
kira.. yah, hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Tom Bayu
bergerak ke arah kakiku.“Nah.., sekarang Om periksa bagian bawah yah..”,
katanya. Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku
agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku
masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Bayu menarik dan
meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati.“Ih.., Om
kok celana dalam Rini dibuka..?”, kataku dengan gugup.“Lho.., khan mau
diperiksa.., pokoknya Rini tenang aja..”, katanya dengan suara lembut
sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Bayu penuh dengan
maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat
apa-apa.Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Bayu, dia duduk
bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang
masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis.
Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di
atas pahanya. Lalu Om Bayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut
sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba- raba
pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hii.., aku jadi merinding
rasanya.“Ooomm..”, suaraku lirih.“Tenang sayang.., pokoknya nanti kamu
merasa nikmat..”, katanya sambil tersenyum.Om Bayu lalu mengelus- elus
selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya.Kemudian,
dengan jari telunjuknya yang besar, Om Bayu menggesekkannya ke bibir
vaginaku dari bawah ke atas.“aahh.., Ooomm..”, jeritku lirih.“Ssstt..,
hmm.., nikmat.., kan..?”, katanya.Mana mampu aku menjawab, malahan Om
Bayu mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu
saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang- gelinjang,
menggeliat- geliat ke sana-ke mari.“Ssstthh.., aahh.., Ooomm.., aahh..”,
eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku
bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya sudah basah sekali karena
aku memang benar-benar sangat terangsang sekali.Setelah Om Bayu merasa
puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya
itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku, aku yang belum
berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak
sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya
sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati
bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan
basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku
sambil memainkan lidahnya, Hii.., rasanya jadi makin geli.., apalagi
ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa,
secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Bayu
saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat
kegelian.Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya.
Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah
pasrah. Dan eh.., gila.., tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om
Bayu tengkurap di antara kedua kakiku yang otomatis terkangkang,
kepalanya berada tepat di atas kemaluanku dan Om Bayu dengan cepat
menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku dipegangnya dan
diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti
menjepit kepala Om Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak,
akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa
sungkan- sungkan lagi Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku. “aa..,
Ooomm..!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Bayu terasa lembut, namun
jilatannua itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh
tubuhku, namun Om Bayu yang telah berpengalaman itu, justru menjilati
habis- habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku,
dan menari-nari di dalam vaginaku. Lidah Om Bayu mengait-ngait ke
sana-ke mari menjilat- jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku
makin menjadi-jadi, badanku menggeliat- geliat dan terhentak- hentak,
sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku.
Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya
dengan ganas. Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.“aahh..,
Ooomm.., jaangan.., jaanggann.., teerruskaan.., ituu.., aa.., aaku..,
nndaak.., maauu.., geellii.., stoopp.., tahaann.., aahh!”.Aku
menggelinjang- gelinjang seperti kesurupan, menggeliat ke sana-ke mari
antara mau dan tidak biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli,
bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh
badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku di antara pipinya,
sehingga walaupun aku menggeliat ke sana-ke mari, namun Om Bayu tetap
mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan- jilatan Om Bayu benar- benar
membuatku bagaikan orang lupa daratan, vaginaku sudah benar-benar banjir
dibuatnya, hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin liar, ia bukan cuma
menjilat- jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan
lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan. Sedotan Om Bayu di
vaginaku sangat kuat, membuatku jadi samakin kelonjotan. Kemudian Om
Bayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir
vaginaku, lalu di sorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa
maksud Om Bayu, rupanya Om Bayu mengincar clitorisku. Dia menjulurkan
lidahnya, lalu dijilatnya clitorisku.“aahh..”, tentu saja aku menjerit
keras sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian
yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku
sampai menggangkat pantatku. Om Bayu malah menekan pahaku ke bawah,
sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku
sambil dihisap- hisapnya.“aa.., Ooomm.., aauuhh.., aahh!”, jeritku
semakin menggila. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat,
yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak
kuat menahannya, namun Om Bayu yang sepertinya sudah tahu, malahan
menyedot clitorisku dengan kuatnya.“Ooomm.., aa!”, tubuhku terasa
tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit
dengan kuat pipi Om Bayu dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu
tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak
sekali, dan tampaknya Om Bayu tidak menyia-nyiakannya disedotnya
vaginaku, dihisapnya seluruh cairan vaginaku. Tulang- tulangku terasa
luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.Om
Bayu kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru
pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga,
sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om
Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut
kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga
sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat
badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika
tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut
melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD- nya, mecuat ke
depan. Kedua tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara
perlahan- lahan, sambil matanya terus menatapku.Pada waktu badannya
membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum
melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Bayu berdiri tegak, darahku
mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena
terkejut melihat benda yang berada di antara kedua paha atas Om Bayu.
Benda tersebut bulat panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang
membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut
berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 20 cm
dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang
menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan
warna merah kehitam- hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya
berlubang di mana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang
disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri,
sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan
kemaluannya itu.Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu hanya
tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang kemaluannya,
sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang
kelihatan makin mengkilap saja. Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke
arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om
Bayu menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan
pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku
dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak
bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya
bisa mengikuti apa yan sedang dilakukan oleh Om Bayu. Kemudian dia
mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka
lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya
tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang itu. Tangan
kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang
kemaluannya. Kemudian Om Bayu menempatkan kepala kemaluannya pada bibir
kemaluanku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala
kemaluannya yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir
kemaluanku, sambil ditekannya perlahan- lahan. Suatu perasaan aneh mulai
menjalar ke kesuluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku
terasa mulai mengembung, aku agak menggeliat-geliat kegelian atas
perbuatan Om Bayu itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu
makin terangsang. Dengan mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup
bibirku.“Gimana Rin.., nikmat khan..?”, bisik Om Bayu mesra di
telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu-
satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak
berdaya diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah kusangka,
karena sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah.Selanjutnya tangan Om
Bayu yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang
penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku, hal ini makin
membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang besar menyentuh
bibir kemaluanku, aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan
Om Bayu, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku.
Kemaluan Om Bayu yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin
direnggangkan oleh Om Bayu sambil salah satu dari pahaku diangkat
sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa
berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang
kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada aku mencoba mendorong badan
Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om Bayu bilang
tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan
kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku. Tapi selang tak lama
kemudian perlahan- lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam lubang
vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan lubang
vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala
penis Om Bayu ini masuk ke dalam lubang vaginaku, gerakan ini membuatku
terkejut karena tidak menyangka Om Bayu akan memasukan penisnya ke
dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan olehnya. Sodokkan penis Om
Bayu ini membuat kemaluanku terasa mengembang dan sedikit sakit, seluruh
kepala penis Om Bayu sudah berada di dalam lubang kemaluanku dan
selanjutnya Om Bayu mulai menggerakkan kepala penisnya masuk dan keluar
dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi, perasaan nikmat mulai
menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat
kemaluanku serasa penuh dan besar, tampa sadar dari mulutku keluar
suara, “Ssshh.., sshh.., aahh. oohh.., Ooomm.., Ooomm.., eennaak..,
eennaak! Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba
Om Bayu mendorong penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya
menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun
menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om
Bayu yang terasa membelah kemaluanku.“aadduuhh.., saakkiitt.., Ooomm..,
sttoopp.., sttoopp.., jaangaan.., diterusin”, aku meratap dan kedua
tanganku mencoba mendorong badan Om Bayu, tapi sia- sia saja. Om Bayu
mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk
menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku
sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat
dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari
tekanan penis Om Bayu ke dalam liang vaginaku, tapi karena tangan Om
Bayu menahan pundakku, maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis
Om Bayu lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku
dan Om Bayu membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali
untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.“Om..,
kenapa dimasukkan semua, kan.., janjinya hanya digosok-gosok saja?”,
kataku dengan memelas, tapi Om Bayu tidak bilang apa-apa hanya senyum-
senyum saja.Aku merasakan kemaluan Om Bayu itu, terasa besar dan
mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku.
Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Bayu tersebut. Waktu
saya mulai tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan pinggulnya maju
mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak
dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara,
“Ssshh.., sshh.., oohh.., oohh”, dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda
keseluruhan tubuhku, bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku, sesaat
kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah
tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku, seluruh tubuhku
diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan
puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku
terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam
sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat, tubuhku
bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku
mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari
vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa
detik terasa tubuhku melayang- layang dan tak lama kemudian terasa
terhempas lemas tak bedaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan
kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di
lantai.Melihat keadaanku Om Bayu makin terangsang, sehingga dengan
ganasnya dia mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga
seluruh batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa
menggeliat lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa
clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar
dan berurat itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan.
Hampir sejam lamanya Om Bayu mempermainkanku sesuka hatinya, dan saat
itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme dan setiap itu terjadi,
selama 1 menit aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap
kuat penis Om Bayu, sampai akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik
dengan sedikit tertahan, “Ooohh.., Riinn.., Riinn.., aakkuu.., maau..,
keluar!, Ooohh.., aahh.., hhmm.., oouuhh!”. Tiba-tiba Om Bayu bangkit
dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian, “Ccret..,
crett.., crett”, spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas perutku.
Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang penisnya
seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa.“aahh..”, Om Bayu
mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega. Dibersihkannya sperma
yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur
napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan
tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian
disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.“Terima kasih,
sayang..”, bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat
lemas terlelap di pelukan Om Bayu. Setelah kejadian itu, pada mulanya
aku benar-benar merasa gamang, perasaan- perasan aneh berkecamuk dalam
diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu
telah berupaya menenangkanku dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah
beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi, memang
kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah
aku mampir ke rumah Om Bayu, tentu saja aku malu mengatakannya, aku
hanya pura-pura ngobrol ke sana-ke mari, sampai akhirnya Om Bayu
menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku
menjawabnya dengan mengangguk malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku,
ketika pertamakalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks.kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-82454747711730277452012-01-17T00:46:00.001-08:002012-01-17T00:46:51.874-08:00saudara tirikisah yang akan kuceritakan kali ini seputar pengalaman yang aku
alami bersama dengan saudara tiriku. Sebelum aku ber cerita dan cerita
ini dimulai perkenalkan terlebih dahulu namaku Ben. Ceritaku ini
dimulai, waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama
ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena karena tidak tahan
hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah
tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis, yang satu
sekolahnya sama denganku, namanya Lusi dan yang satunya lagi sudah
kuliah, namanya Riri. Si Lusi cocok sekali kalau dijadikan bintang
iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Riri paling cocok untuk iklan
BH sama suplemen payudara.<br />
Sejak pertama aku tinggal, aku selalu
berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu
buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di
rumah selain aku dengan Lusi, ini juga aku sedang kecapaian karena baru
pulang sekolah. “Lus! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di
kamar,” teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan komputerku dan karena
aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno
kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa
buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran. “Ben, kemaren kamu udah
nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja.
Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via
internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan
jauh dengan komputerku.<br />
“Lus..! nich bukunya, kemarenan aku udah
nyatet,” kataku. Lusi tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan
film BF yang sedang di komputerku. “Lus.. kamu bengong aja!” kataku
pura-pura tidak tahu. “Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin
bonyok loh!” kata Lusi. “Eeh… kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu
suka juga kan,” balas aku. “Mending kita nonton sama-sama, tenang aja
aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang. “Bener nich,
kamu kagak bilang?” katanya ragu. “Suwer dech!” kataku sambil
mengambilkan dia kursi.<br />
Lusi mulai serius menonton tiap adegan,
sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya. “Lus, sebelum ini
kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku. “Pernah, noh aku punya
VCD-nya,” jawabnya. Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga.
“Kalau ML?” tanyaku lagi. “Belom,” katanya, “Tapi… kalo sendiri sich
sering.” Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang
cuma ML sama dia. Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas, tidak
peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.<br />
Melihat dadanya
yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan
batang kemaluanku pun makin tambah tegang. “Lus, kamu terangsang yach,
ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing. “Iya nic Ben, bentar
yach aku ke kamar mandi dulu,” katanya. “Eh… ngapain ke kamar mandi, nih
liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku. “Kasihanilah si Beni kecil,”
kataku. “Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil
meninggalkan kamarku. “Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut
dech,” kataku memancing.<br />
Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan
terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah
dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah
yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum
masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian
langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah,
bahkan menikmati setiap permainan lidahku. “Kau akan aku berikan
pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan
menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan
juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya,
kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah
kusentuh.<br />
Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana
dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua
sama-sama bugil, “Terserah kaulah,” kataku, “Yang penting kau akan
kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan
perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Ben, kamu tiduran dech,
kita pake ’69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia
mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku
diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan
aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung
memainkan klitorisnya.<br />
Tak lama setelah kumasukkan lidahku,
kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan
dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama
kemudian ia melepaskan emutannya. “Jangan hentikan Ben… Ach… percepat
Ben, aku mau keluar nich! ach… ach… aachh… Ben… aku ke.. luar,” katanya
berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dan
kemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.<br />
“Lus, sekali lagi
yah, aku belum keluar nich,” pintaku. “Bentar dulu yach, aku lagi capek
nich,” jelasnya. Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai
mendekati vaginanya. “Lus, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil
memasukkan penisku perlahan-lahan. Kelihatannya Lusi sedang tidak
sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Lusi
masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya.
Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan
akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.<br />
“Jangan
Ben… entar aku hamil!” katanya tanpa berontak. “Kamu udah mens belom?”
tanyaku. “Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya. Sambil aku
masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya, “Kalau gitu
kamu kagak bakal hamil.” “Ach… ach… ahhh…! sakit Ben, a.. ach… ahhh,
pelan-pelan, aaa… aaach… aachhh…!” katanya berteriak nikmat. “Tenang
aja cuma sebentar kok, Lus mending doggy style dech!” kataku tanpa
melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya. Ia menuruti kata-kataku,
lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun
mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan
keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.<br />
“Ach… a… aaa
ach…” teriaknya. “Sakit lagi Ben… a.. aa… ach…” “Tahan aja, cuma
sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah
dadanya. “Ben,. ach pengen… ach.. a… keluar lagi Ben…” katanya. “Tunggu
sebentar yach, aku juga pengen nich,” balasku. “Cepetan Ben, enggak
tahan nich,” katanya semakin menegang. “A… ach… aaachhh…! yach kan
keluar.” “Aku juga Say…” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya
setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.<br />
Kucabut
penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi
tenyata tidak. “Lus kamu enggak perawan yach,” tanyaku. “Iya Ben, dulu
waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,”
jelasnya. “Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita
aja.””Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau
lagi.” “Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.<br />
Setelah
saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan
Lusi, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Lusi
yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain
di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke
kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau
tidak ada orang di rumah.<br />
Kali ini kelihatannya Lusi lagi ingin,
sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan
kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah
dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku
menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja,
katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.<br />
Ternyata
sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik
menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil
menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan.
Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan,
tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian
terbangun.<br />
“Lusi! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata
Lusi yang menindihiku dengan keadaan telanjang. “kamu mulai nakal Ben,
dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau,
sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,”
katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku
dan CD-ku telah dibukanya. “Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau
bangunin aku kek,” kataku. “kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun,
tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku. “Aku
emut yach.” Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap
dan kelaparan. “Lus jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!”
“Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi. “Mending seperti biasa,
kita pake posisi ’69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar
tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.<br />
<br />
<br />
Aku
mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku
memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya
dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.<br />
“Aach…
achhh…” desahnya ketika kutemukan klitorisnya. “Ben! kamu pinter
banget nemuin itilku, a.. achhh.. ahh..” “kamu juga makin pinter ngulum
‘Beni’ kecil,” kataku lagi. “Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak
yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah. “Cukup sekali aja
nembaknya, taaapi… sa.. ma.. ss.. sa… ma… maaa ac… ach…” katanya sambil
menikmati jilatanku. “Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a…
aaahh…” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari
vaginanya.<br />
“Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil
merubah posisi. “Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya
lagi. “Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil
mengarahkan penisku ke vaginanya. “Siap-siap yach!” “Ayo dech,”
katanya. “Ach… a… ahhh…” desahnya ketika kumasukkan penisku.
“Pelan-pelan dong!” “Inikan udah pelan Lus,” kataku sambil mulai
bergoyang. “Lus, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku. “Bentar lagi
Ben,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan
kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.<br />
“Sambil
bercumbu dong Ben!” Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan
aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir. “Lus
kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,”
katanya sambil mendesah. “Ben pacar aku itu enggak tau loh soal
benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.” “Ach yang bener?”
tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan. “Ach.. be.. ner.. kok Ben, a..
aaa… ach.. achhh,” katanya terputus-putus. “Tahan aja, atau kamu mau
udahan?” kataku menggoda. “Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin
terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh… aaa… ahhh… aku
percepat yach Ben,” katanya.<br />
Kemudian mempercepat gerakan
pinggulnya. “Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku
bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di
ujung. “Achh… ach… bentar lagi nih.” “Tahan Ben!” katanya sambil
mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil
tanganya mamainkan klitorisnya. “Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku
dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya. Sambil penisku terus
dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan… “Achh… a… achh…
achhh… ahhh…” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya. “Aku
juga Ben…” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya. “Ach… ah…
aaa.. ach…” desahnya.<br />
“Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku
jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian
tertidur, di sampingku. Tepat jam lima pagi aku bangun dan
membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan
diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak
seperti biasanya Lusi tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat,
sedangkan di rumah cuma ada Mbak Riri, dan anehnya siang-siang begini
Mbak Riri di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang
menunggu sesuatu.<br />
“Siang Ben! baru pulang? Lusi mana?” tanyanya.
“Lusi lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri
kapan pulang? katanya dari Solo yach?” “Aku pulang tadi malem jam
tigaan,” katanya. “Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada
apa?” Wah gawat sepertinya Mbak Riri dengar desahannya Lusi tadi malam.
“Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar. “Ben!”
panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton
sendirian,” katanya dari kamarnya. “Bentar!” kataku sambil berjalan
menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya.
“Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi. “Mbak lagi nungguin seseorang
yach?” tanyaku. “Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat
filmnya udah mulai.”<br />
“Loh inikan…?” kataku melihat film BF yang
diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia
mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku. “Mbak tau kok yang
semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih
pengalaman dech dari Lusi.” Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu
pergi datang yang lain. “Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak
sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya
menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan
memencet-mencet payudaranya yang super besar. “Kamu pinter dech, tapi
sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan
ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya. “Mbak mau
ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka
baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka
bajunya.<br />
Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku
sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat. “Tubuh Mbak bagus
banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki,
benar-benar tidak ada cacat, putih mulus dan sekal. Ia langsung
mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke
vaginanya sambil berdiri. “Aku udah enggak tahan Ben,” katanya.
Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan
tangan kiriku. “Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.” “Ach… kamu nakal
Ben! pantes si Lusi mau,” katanya mesra.<br />
“Ben…! Mbak…! lagi
dimana kalian?” terdengar suara Lusi memanggil dari luar. “Hari ini
guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?”
tanyanya sekali lagi. “Masuk aja Lus, kita lagi pesta nich,” kata Mbak
Riri. “Mbak! Entar kalau Lusi tau gimana?” tanyaku. “Ben jangan panggil
Mbak, panggil aja Riri,” katanya dan ketika itu aku melihat Lusi di
pintu kamar sedang membuka baju. “Rir, aku ikut yach!” pinta Lusi sambil
memainkan vaginanya. “Ben kamu kuat nggak?” tanya Riri. “Tenang aja aku
kuat kok, lagian kasian tuch Lusi udah terangsang,” kataku. “Lus cepet
sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku.<br />
Tanpa menolak Lusi langsung
datang mengemut penisku. “Mending kita tiduran, biar aku dapet
vaginamu,” kataku pada Riri. “Ayo dech!” katanya kemudian mengambil
posisi. Riri meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya
menghadap vagina Lusi yang sedang mengemut penisku. “Lus, aku maenin
vaginamu,” katanya. Tanpa menunggu jawaban dari Lusi ia langsung bermain
di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Riri
menegangkan pahanya, dan… “Ach… a… aaach… aku keluar…” katanya sambil
menyemprotkan cairan di vaginanya.<br />
“Sekarang ganti Lusi yach,”
kataku. Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan
masuk perlahan-lahan. “Ach… aach…” desah Lusi. “Kamu curang, Lusi kamu
masukin, kok aku tidak?” katanya. “Abis kamu keluar duluan, tapi tenang
aja, nanti abis Lusi keluar kamu aku masukin, yang penting kamu
merangsang dirimu sendiri,” kataku. “Yang cepet dong goyangnya!” keluh
Lusi. Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga. “Kak, ach…
entar lagi gant… a… ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach… aaa… a…
ach….!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.<br />
“Ayo
Ben tunggu apa lagi!” kata Riri sambil mengangkang mampersilakan
penisku untuk mencoblosnya. “Aku udah terangsang lagi.” Tanpa menunggu
lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya. “Gimana enak penisku
ini?” tanyaku. “Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.
“Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku. “Sama, aku juga enggak lama
lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya. “Di luar
apa di dalem?” tanyaku lagi. “Ach… a… aach… di.. dalem… aja…” katanya
tidak jelas karena sambil mendesah. “Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja…
aah… ach… bentar lagi…” “Aku… keluar… ach… achhh… ahhh…” desahku sambil
menembakkan spermaku. “Ach… aach… aku… ach.. juga…” katanya sambil
menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.<br />
Akhirnya
kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.
“Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.” “Aku juga ach,” kataku. “Ben,
Lus, lain kali lagi yach,” pinta Riri. “Itu bisa diatur, asal lagi
kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Lusi. “Kapan aja kalian mau aku
siap,” kataku. “Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi
yuk!” kata Riri mulai memegang penisku.<br />
Akhirnya kami main lagi
sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa
mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan
lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti
ini, kadang tengah malam hanya dengan Riri atau hanya Lusi. Oh bapak
tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap
menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a4.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/206771_202614089761496_202163969806508_599050_6151905_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-55810177703028181402012-01-17T00:45:00.001-08:002012-01-17T00:45:42.207-08:00selingkuhKetika ini aku sedang belajar tentang bagaimana untuk ber chatting
di internet, temanku mengajari aku untuk masuk ke web cerita dewasah,
lalu masuk ke forum chattingnya. Ketika aku sudah masuk ke forum, ada
yang mengirimi aku private message, ternyata seorang cowok yang berusia
30 tahun, berkeluarga, juga belum mempunyai anak, namanya, namanya
Stefan, berasal dari Jakarta, bekerja di sebuah perusahaan asing yang
sedang mengerjakan sebuah proyek maintenance jalan KA
(jakarta-surabaya), tetapi perusahaan itu mempunyai kantor cabang di
cirebon dan semarang, hingga Stefan sering melakukan tugas meninjau
kantor cabangnya, termasuk di semarang. Setelah kami berkenalan lewat
chatting, lalu dia juga kadang kadang menelepon (dari jakarta)…mungkin
pakai telepon kantor, tetapi kami belum pernah bertemu muka, sampai
akhirnya Stefan menelepon aku, dan mengatakan bahwa dia sedang berada di
semarang untuk urusan kerja dan menawari aku untuk berkenalan dan
bertemu muka.<br />
Pertama kali aku ditawari begitu, aku agak bingung,
karena hal seperti ini adalah sangat baru bagiku, sudah mengenal
seseorang, tapi belum pernah bertemu, dan sekarang akan bertemu orang
tsb. Tapi akhirnya aku menyetujui dan akhirnya kita membuat janji untuk
bertemu pada hari sabtu pagi (karena kantor Stefan libur, hingga
Stefan mempunyai waktu untuk bertemu). Kita menetapkan tempat bertemunya
di lobby hotel graha santika (tempat Stefan menginap) jam 9 pagi. Pada
hari dan jam yang sudah kita tentukan, aku datang kesana sendirian,
karena suamiku masih bekerja di perusahaannya (perusahaan tempat suamiku
bekerja tidak libur pada hari sabtu), tetapi sampai disana aku tidak
menjumpai Stefan, akhirnya aku bertanya ke bagian reception, dan
menanyakan apakah ada tamu bernama Stefan dari jakarta, setelah di
check, ternyata ada, dan aku diberi tahu no kamarnya. Akhirnya aku
telepon ke kamarnya, dan Stefan mengangkat telepon, aku menanyakan
apakah dia lupa dengan janji bertemunya, Stefan menjawab bahwa dia tidak
lupa, tetapi karena semalam dia harus bekerja menemani tamu sampai
larut malam, akhirnya dia terlambat bangun, bahkan sekarang belum mandi.<br />
Aku
dapat memakluminya, tetapi aku bingung apakah aku harus menunggu di
lobby sampai dia selesai mandi, dsb, atau harus bagaimana, akhirnya
Stefan menawarkan bila aku tidak keberatan, aku dapat naik ke kamarnya
dan menunggu di ruang tamu di kamarnya (ternyata kamarnya mempunyai
ruang tamu sendiri, semacam suite room atau apa aku tidak menanyakan),
aku agak bingung juga, tapi akhirnya aku menyetujui untuk naik ke
kamarnya. Sesampai didepan kamarnya, aku pencet bel, lalu tidak lama
kemudian Stefan membuka pintu. Ternyata Stefan mempunyai wajah yang
ganteng sekali, dan tubuhnya juga sangat macho, setelah kita berbasa
basi diruang tamu kamarnya, Stefan bilang permisi untuk mandi sebentar
dan mempersilahkan aku untuk main komputernya (dia membawa komputer
kecil…notebook..?), dia bahkan membantu aku untuk meng connect kan ke
internet, lalu Stefan meninggalkanku untuk mandi. Setelah aku
sendirian, aku mencoba untuk masuk ke web untuk chatting, tetapi entah
kenapa kok tidak bisa masuk web tsb, setengah teriak aku menanyakan ke
Stefan, dan Stefan menjawab mungkin web tsb lagi down, dan Stefan
menyarankan untuk mencoba saja web yang lain, caranya lihat di
historynya (aku tidak mengerti artinya..), tetapi karena aku tidak
punya kerjaan, aku mencoba bagaimana caranya untuk membuka historynya
(itupun dengan cara saling teriak dengan Stefan), sampai akhirnya aku
dengan tidak sengaja membuka web, ini yang pertama aku membuka cerita
seru, ternyata isinya adalah cerita cerita sex dengan bahasa indonesia.<br />
Lalu
aku mencatat alamat webnya, dengan pertimbangan mungkin aku akan buka
lagi di rumah. Lalu aku mulai membaca cerita cerita yang ditampilkan,
terus terang aku mulai terangsang karena membaca cerita sex tsb, aku
merasa celana dalamku mulai lembab karena vaginaku mulai basah. Sampai
akhirnya Stefan selesai mandi, dan keluar menemuiku. Pertama dia kaget
melihat aku sedang membaca web cerita seru, akupun sangat malu melihat
dia memergoki aku sedang membaca cerita seru, dan segera aku men
disconnect komputernya ke internet dan menutup layar web cerita seru
tsb, tetapi karena Stefan sudah terlanjur melihat aku membaca cerita
seru, setelah beberapa waktu dia diam, akhirnya dia tertawa dan
menanyakanku apakah aku pernah masuk ke web tsb, aku dengan malu malu
menjawab belum. Stefan bertanya lagi, bagaimana ceritanya..?, aku
bingung menjawabnya..sampai Stefan tertawa lagi..kali ini sampai
terpingkal pingkal…akhirnya aku juga ikut tertawa.<br />
Setelah
suasananya agak mencair, kami mulai ngobrol lagi, tentu dengan topik
internet, ternyata Stefan sangat menguasai internet, hingga aku
dijelaskan banyak mengenai dunia internet, baru aku tahu bahwa internet
tidak hanya digunakan untuk chatting dan kirim e mail saja, ternyata
sangat banyak manfaatnya. Bahkan Stefan menjelaskan bahwa di internet
kita dapat membuka web…dewasa, misalnya cerita seru, dan web yang
menampilkan gambar gambar….sex, aku agak penasaran dengan penjelasannya
yang terakhir, dan rupanya Stefan mengetahui keingin tahuan ku, lalu
dia menawarkan untuk mencoba penjelasannya dengan membuka web web
dewasa tsb, rupanya komputer Stefan mempunyai satu
bagian..(favourite..?), yang isinya adalah alamat web web dewasa,
hingga kita tidak perlu tiap kali menuliskan melalui keyboard, setelah
Stefan membuka web porno tsb, aku sangat kaget, karena isinya adalah
gambar sepasang cowok-cewek sedang berhubungan sex, terus terang aku
baru pertama kali melihat gambar gambar semacam itu, hingga aku sangat
malu dan tidak tahu harus bagaimana…, tapi sejujurnya aku mulai
terangsang dengan melihat gambar tsb, tetapi kemudian Stefan mengganti
web tsb dengan web lain yang isinya juga tentang orang berhubungan sex,
tetapi yang ditampilkan adalah film (movie), ini juga pertama kali aku
melihat film orang bermain sex, ternyata film film semacam itu juga
sama dengan blue film (kata Stefan)..sejujurnya aku belum pernah
melihat blue film, melihat cewek mencium bahkan mengulum penis sampai
mengeluarkan sperma.., dan cowok menciumi vagina cewek….<br />
Aku
mulai merasa panas dingin melihat nya, mungkin aku mulai terangsang
berat, dan entah bagaimana dan kapan mulainya ternyata Stefan sudah
memelukku dan mulai meraba payudaraku, pertama aku ingin berontak,
karena aku merasa ini tidak boleh, tetapi entah bagaimana aku tidak
bisa melakukan apa apa, aku diam saja bahkan menikmati perlakuannya,
sampai tangan Stefan mulai menjelajah turun ke vagina ku, aku merasa
celana dalamku sangat basah, Stefan lalu mulai membuka pakaianku, entah
bagaimana aku diam saja, hingga aku sekarang hanya memakai celana
dalam dan BH, lalu aku ditarik masuk ke kamarnya dan aku ditidurkan di
tempat tidurnya yang besar, disini Stefan mulai menciumi bibirku,
terasa sangat hangat, tangan Stefan tidak berhenti memainkan payudara
dan vaginaku, hingga aku merasa sangat terangsang sekali, lalu Stefan
mulai membuka BH dan celana dalamku, dan mulai menciumi puting
payudaraku, aku sudah pasrah dengan perlakuannya, dan sudah setengah
sadar dengan apa yang dia lakukan, karena aku sudah sangat terangsang
sekali, sampai ketika dia mulai menciumi vaginaku, aku merasakan hal
yang sangat enak sekali (suamiku belum pernah menciumi vaginaku), aku
merasa ada sesuatu yang akan meledak dari dalam vaginaku, sampai ketika
aku membuka mata, ternyata Stefan sedang membuka pakaian nya sampai
dia telanjang bulat, ternyata Stefan mempunyai penis yang besar sekali,
mungkin sekitar 18 – 20 cm, dengan bulu yang lebat, lalu Stefan
mendekatkan penis di mulutku, sambil dia melanjutkan menciumi vaginaku.
Aku mengerti dengan keinginannya, karena aku baru melihat di web porno
tadi.<br />
Ada yang saling menciumi penis dan vagina dengan posisi
cewek diatas mengulum penis, dan cowok dibawah menciumi vagina.
Walaupun aku belum pernah melakukan hal tsb, tetapi karena aku sangat
terangsang dan juga setengah sadar, aku masuk kan penis Stefan kedalam
mulutku, terasa sangat susah karena penis Stefan besar sekali, tetapi
aku berusaha meniru cara mengulum penis (seperti di web), dan ternyata
Stefan mulai terangsang dengan kulumanku, aku merasakan penisnya mulai
mengeras. Sampai suatu saat Stefan melepaskan penisnya dan membalikkan
posisinya hingga penisnya tepat berada didepan vaginaku dan Stefan
mulai menekan penisnya kedalam vaginaku, aku merasakan hal yang sangat
enak sekali, yang belum pernah aku rasakan dengan suamiku, ketika
Stefan mulai mengocok penisnya (mungkin karena penisnya sangat besar),
setelah beberapa waktu Stefan mengajak untuk berganti posisi (aku belum
pernah berhubungan sex dengan berganti posisi, biasanya dengan suamiku
aku hanya berhubungan secara biasa saja), Stefan menyuruh aku
tengkurap setengah merangkak, dan dia lalu memasukkan penisnya dari
belakang, ternyata posisi ini sangat merangsang aku, hingga dari
vaginaku terasa ada yang meledak..(inikah orgasme..?), setelah sekian
waktu Stefan belum juga mengeluarkan sperma, Stefan lalu mencabut
penisnya lagi dan menyuruhku untuk duduk dan dia memasukkan penisnya
dari bawah, posisi ini kurang enak buat aku, karena terasa sakit
diperut, ada yang terasa menyodok perutku, untung posisi ini tidak
berlangsung lama, karena Stefan akan mengeluarkan sperma.<br />
Stefan
lalu mencabut penisnya dan mengocok penisnya sendiri didepan mukaku,
sampai ketika dia memuncratkan spermanya, aku tidak sempat mengelak,
hingga spermanya muncrat mengenai mukaku, bahkan ada yang masuk ke
mulutku, terasa asin, aku bingung sekali ketika Stefan memintaku untuk
menyedot penisnya, aku agak jijik, tetapi aku pikir sudah kepalang
basah, dan aku ingin merasakan bagaimana rasanya menyedot penis yang
sedang mengeluarkan sperma, lalu aku akhirnya menyedot penisnya, terasa
ada sesuatu yang kental masuk kedalam mulutku, rasanya asin, dan
ternyata aku menyedotnya terlalu keras, hingga Stefan mendesis
desis…entah keenakan atau kesakitan.., sampai akhirnya penisnya
mengecil…<br />
Setelah aku membuang spermanya dari mulutku ke tissue,
aku terlentang sambil beristirahat, ternyata Stefan langsung mulai
menciumi vaginaku lagi, sampai aku merasa orgasme lagi…ternyata rasanya
enak sekali bila vagina diciumi, setelah selesai kami berdua masuk
kamar mandi untuk membersihkan sperma dimukaku dan mencuci vaginaku,
Stefan juga mencuci penisnya. Ini adalah pertama kali aku berselingkuh
dalam perkawinanku, aku merasa berdosa terhadap suamiku, tetapi
bagaimanapun telah terjadi, dan aku tidak ingin suamiku mengetahui
rahasiaku<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a2.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/208022_202615326428039_202163969806508_599053_1453374_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-55370492542342703472012-01-17T00:44:00.001-08:002012-01-17T00:44:20.691-08:00dari jalan-jalandimulai dari Suasana meredam kepedihan saatnya di lakukan’dengan
pergi wisata kulinar “asyik juga. sekian lama tidak berkunjung ke salah
satu sohipku yang sudah lengket banget boleh dibilang duluk kayak
prangko,nempel mulu.hem…! gimana ya keadaannya sekarang apakah sama
seperti tahun sebelumnya atau dia sudah mengalami perubahan yang
signifikan,Ah tak tahu rasa penasaranku semakin menguat,ingin
cepat-cepat bertemu dia pokoknya ,langsung kemas2 ke esokan paginya aku
langusng berangkat dengan Namaku Doni, aku tinggal di kota K. Tanggal
22 Mei 1999 yang lalu aku pergi ke Surabaya untuk liburan, sambil
refreshinglah. Setelah berputar-putar sebentar, sorenya aku menuju
rumah temanku yang sudah sangat akrab di kawasan DK. Keluarganya sudah
sangat akrab dengan keluargaku, sudah seperti satu keluarga sejak aku
lahir. Di rumah ini ada Mas Zani yang umurnya 22 tahun, adiknya (cewek,
masih SMU), sepupunya (cewek sudah sekitar 23 tahun), dan tentu saja
kedua orang tua mereka. Hari itu biasa saja, tidak ada something
spesial yang terjadi.<br />
Keesokan harinya, Mas Zani mengajakku pergi
makan dan jalan-jalan di mall. Eh.., ternyata dia mengajak ceweknya.
Ternyata ceweknya ini kost cuma sekitar 300 meter dari rumah Mas Zani.
Namanya Yeni tapi panggilannya Yeyen. Anaknya cakep juga, masih kuliah,
umurnya 21 tahun. Kulitnya putih kekuningan meskipun keturunan Jawa
tulen, tingginya sekitar 164 cm, beratnya 46 kg, tapi pinggulnya cukup
besar, bodinya asyik juga, dan payudaranya lebih besar dari rata-rata
cewek Indonesia. So, dengan mobil Panther itu Mas Zani dan Yeyen duduk
berdua di depan sedangkan aku yang duduk di bagian tengah dicuekin oleh
mereka. Kami berputar-putar di Tunjungan Plaza, makan di sebuah
restoran sea food sampai kenyang lalu kembali lagi ke tempat kos Yeyen.<br />
Lalu
setelah mobil diparkir, kami bertiga masuk ke tempat kosnya dan
langsung masuk kamarnya. Hmm.., sempat terpikir olehku, sebenarnya itu
tempat kos cewek atau cowok, soalnya ada beberapa ciban (banci) yang
nongkrong di situ. Di dalam kamar Yeyen, aku disetelin sebuah VCD
porno, sambil diberi coklat Silver Queen, sementara Mas Zani dan Yeyen
bermesraan berdua, berciuman dan bercumbu. Ah.., aku juga sempat
berkenalan dengan adik Yeyen yang bernama Lenny, yang mondar-mandir
keluar masuk kamar.<br />
Lenny bertubuh lebih pendek dari Yeyen, lebih
coklat kulitnya, dan bodinya lebih langsing, cuma sayangnya payudara
dan pantatnya juga lebih “tidak menantang” dibandingkan Yeyen. Cuma
yang lebih disayangkan lagi Lenny seorang perokok berat dan hari itu
dia sedang sakit tenggorokan. Setelah selesai menyetel VCD-nya sampai
45 menit non-stop, Aku matikan TV dan playernya. Eh, tiba-tiba Mas Zani
nyeletuk, “Don.., kasih waktu 5 menit, dong..?”<br />
Aku sudah mulai
merasakan gelagat kurang baik dari pasangan itu. Tapi ya terpaksa, aku
melenggang keluar kamar, tapi baru sampai di pintu, aku lihat di ruang
tamu banyak ciban yang lagi ngobrol dengan Lenny sambil merokok.
kemudian akupun kembali ke kamar Yeyen. Lalu aku berkata, “Ah tidak
usah dech, aku di sini saja, lagi tidak mood ngobrol sama orang-orang
itu. Lakuin saja deh, aku tidak ngeliat”. Terus terang saja Mas Zani
kaget, “Heh! Kon ‘jik cilik ngono kok..” (kamu itu masih kecil gitu
kok). Kesel juga aku dibilang masih kecil. Lalu aku berusaha meyakinkan
mereka, “Jangan kuatir lah.., aku sudah biasa kok ngeliatin ginian..”<br />
Akhirnya
setelah beberapa perdebatan ringan dan berkat kelihaianku berdiplomasi
mereka mengijinkan juga aku untuk di dalam kamar saja, tapi dengan
syarat aku tidak boleh macam-macam apalagi melaporkan ke orang tuanya.
Setelah pintu kukunci, aku cuma bersandar saja di pintu dengan perasaan
gembira.<br />
Mas Zani lalu tidur telentang di ranjang, lalu Yeyen
mulai jongkok di atasnya dan menciumi wajah Mas Zani, sedangkan Mas
Zani cuma diam saja, matanya merem, tangannya mengusap-usap punggung
Yeyen. Sesekali Yeyen melihat ke arahku, mungkin memeriksa apakah aku
mulai terangsang, dan memang benar aku terangsang. Dan juga melihat
gerakan Yeyen yang kelihatannya sudah “professional” dan
ciuman-ciumannya yang ganas seperti di film BF, sepertinya Yeyen ini
bukan pertama kalinya making love. Yeyen mulai menciumi Mas Zani
langsung ke mulutnya, dan beberapa kali mereka bersilat lidah dan
terlihat jelas karena jarakku dan jarak mereka berdua cuma sekitar 3
meter.<br />
“Hmmhh.., hmmhh..”, mereka berciuman sambil
mendesah-desah, membuatku yang sejak tadi sudah tegang memikirkan hal
yang tidak-tidak jadi semakin tegang saja. Setelah puas melumat bibir
dan lidah Mas Zani, Yeyen mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya,
lalu lehernya. Mas Zani ketika itu mengenakan T-Shirt yang di bagian
kerahnya cuma ada dua kancing, so karena Mas Zani terlalu besar
badannya (gemuk) maka Yeyen cuma menyingkapkannya dari bawah lalu
menciumi dadanya yang montok dan putih. Mas Zani ini memang WNI
Keturunan Cina. “Hmmhh.., aduh Yen nikmat Yen..”, begitu rintihan Mas
Zani. Yeyen menciuminya kadang cepat, lalu lambat, cepat lagi, memang
sepertinya begitu style anak yang satu ini. Sedangkan aku semakin tidak
tahan saja, kepingin juga dadaku diciumin oleh cewek, uhh.., tapi aku
masih menahan diri dan terus menempel pada pintu.<br />
“Ihh.., hmmh..,
hh.., ihh..”, Mas Zani terus mendesah sementara Yeyen mulai menciumi
perutnya, lalu pusarnya, sesekali Mas Zani berteriak kecil kegelian.
Karena aku sangat terangsang, aku mulai meraba-raba diriku sendiri.
“Sialan!” pikirku, “Ngapain juga gitu ahh..<br />
Akhirnya Yeyen mulai
membuka risleting Mas Zani, pertamanya pelan sekali, namun tiba-tiba
“wrett” ditarik dengan cepat sekali sehingga Mas Zani kaget, matanya
terbuka sebentar, lalu tersenyum dan merem kembali, sedangkan kedua
tangannya mengelus-elus rambut Yeyen. Yeyen langsung memegang-megang
kemaluan Mas Zani dan digosok-gosok dengan tangannya dari luar, “Ahh..,
hh.., Hmmhmh.., Ohh Yenn..”, Mas Zani cuma bisa mendesah. Lalu setelah
puas menggosoknya dari luar, dia mulai menyingkap celana dalam Mas
Zani dan tersembullah kemaluan Mas Zani yang sudah tegang keluar dari
sarangnya.<br />
“Nylupp!”, Kemaluan Mas Zani langsung dikulum oleh
Yeyen. Stylenya masih seperti tadi, kadang pelan, lalu cepat, kadang
pelan, lalu cepat, bikin kaget saja ini anak main seksnya. Sementara
Mas Zani sibuk meremas-remas rambut Yeyen saking enaknya, aku yang
tidak kuasa menahan nafsu sibuk meremas-remas kemaluanku sendiri sambil
tetap bersadar di pintu. Ahh.., aku benar-benar merasa serba salah
waktu itu, dan mereka tidak mengacuhkanku sama sekali. Dasar.., Yang
membuataku nyaris tertawa karena kemaluan Mas Zani yang sepertinya
keseretan gara-gara Yeyen tidak melepaskan celana dalam Mas Zani terlalu
ke bawah, jadi seperti tercekik dech.<br />
“Ehmm.., Ehmm..” Mungkin
sekitar 5 menit Yeyen mengulum kemaluan Mas Zani, ternyata selama itu
juga dia belum keluar sama sekali, Yeyen bilang, “Zan.., sekarang
giliran kamu yach?” Mas Zani cuma tersenyum, lalu dia bangkit sambil
melepaskan celana panjang dan celana dalamnya, sedangkan Yeyen sekarang
yang ganti tiduran, lalu memejamkan mata. Sedangkan aku benar-benar
kebingungan dan tidak tahu mau berbuat apa, aku benar-benar pingin buka
baju dan join dengan mereka tapi ahh.., kacau sekali pikiranku ketika
itu.<br />
Mas Zani mulai melakukan persis apa yang dia lakukan ke
Yeyen sebelumnya. Nyaris persis sama, aku sampai heran apa memang sudah
janjian ya mereka. Mas Zani mulai mencium bibir Yeyen, cuma Mas Zani
menciumnya dengan stabil, pelan terus, berbeda dengan Yeyen yang style
seksnya aku akui lumayan unik. “Hmmh.., mymmynm..”, Sayang Mas Zani
sepertinya tidak profesional, cara menciumnya walau pelan, terlalu
tergesa menuju ke bawah. Yeyen mencoba melepaskan t-shirt Mas Zani,
lalu Mas Zani langsung melepasnya dan meletakkan di sebelahnya. Mas
Zanipun mulai menciumi leher Yeyen. Sementara tangannya meraba-raba
payudara Yeyen yang aduhai, “Hmhmhhm.., Hmhmhmh..” Mereka berdua terus
mendesah keenakan. Aduh, pemandangan yang cukup menggelikan sekaligus
menggairahkan itu benar-benar membuatku kewalahan pada diriku sendiri,
diam-diam aku mulai melepaskan t-shirt yang kupakai dan menggerayangi
tubuhku sendiri.<br />
Mas Zani mulai tidak sabar dan langsung
mencopoti kancing demi kancing yang ada di kemeja yang dikenakan Yeyen.
Tersembullah payudara Yeyen yang begitu aduhai, putih mulus sekali
seperti payudara Chinese, Yeyen segera mengangkat punggungnya, lalu Mas
Zani mencopot kancing BH-nya yang berwarna krem. Wah.., payudara Yeyen
benar-benar besar dan menggairahkan dengan puting susunya yang tebal
dan berwarna coklat tua. “Ahh.., Hmm.., Hmm..”, Mereka berdua saling
melenguh setiap kali Mas Zani memainkan lidahnya di atas payudara dan
puting susu Yeyen.<br />
“Hmmh.., Hmhh..”, Setelah puas melumat puting
susu Yeyen bergantian, Mas Zani akhirnya menjilati perut Yeyen dan
ingin melepaskan roknya. Yeyen mengangkat pantatnya, lalu Mas Zani
membuka risleting roknya dan pelan-pelan melepaskan rok yang dipakai
Yeyen. Setelah sampai di lutut, Mas Zani berhenti dan langsung menciumi
kemaluan Yeyen yang masih tertutup celana dalam itu dengan cepat dan
ganas. “Ahh.., Ahh..”, Yeyen mengerang dan mendesah keras keenakan. Aku
yang sejak tadi terangsang menjadi semakin terangsang mendengar desahan
Yeyen yang sangat menggairahkan, membuatku tidak tahan dan mulai
memegangi kemaluanku sendiri, menggesek-gesekkannya dengan tanganku.<br />
Akhirnya
Mas Zani melepaskan celana dalam Yeyen dan langsung menciumi
kemaluannya dengan ganas sekali. Rambut di kemaluan Yeyen cukup tipis,
sehingga memudahkan Mas Zani menjilatinya sepuasnya. Sesekali kudengar
“Slurrp.., slurrp..”, sepertinya Mas Zani suka sekali menyedot kemaluan
Yeyen. “Ahh.., Zan.., Ahh.., Zan.., Enak Zan..”, desahan Yeyen semakin
keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar
orang di luar.<br />
Tidak berapa lama kemudian, Mas Zani berhenti lalu
bertanya, “Yen, boleh sekarang?” Sambil tetap merem, Yeyen cuma
tersenyum dan mengangguk. “Pelan-pelan yach..”, bisik Yeyen mesra.
Kemudian Mas Zani memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Yeyen, “Uh..,
uhh.., Ahh..”, Sedikit kesulitan yang mereka hadapi, sekarang Mas Zani
sudah mulai asyik menggesek-gesekkan penisnya dalam vagina Yeyen.
“Ahh.., ahh.., aduh.., ahh..”, Mereka berdua saling mendesah sambil
terus melanjutkan permainannya. Yeyen masih tetap dengan stylenya,
kadang menarikan pinggulnya pelan-pelan, lalu cepat, pelan lagi. “Ahh..,
Ahh.., Ahh..”, Mas Zani memaju-mundurkan badannya pelan-pelan
sedangkan Yeyen asyik menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan tempo yang
tidak beraturan. Aku jadi semakin tidak tahan melihat apa yang mereka
lakukan, aku segera berjalan menuju kamar mandi, langsung kulepas celana
panjang dan celana dalamku dan kugesek-gesek kemaluanku sendiri
cepat-cepat.<br />
“Ahh.., Hmmh.., Ahh..”, Aku mendesah-desah kecil
dengan apa yang kulakukan terhadap diriku sendiri. Lalu.., “aahh..”,
Aku orgasme, spermaku semuanya terjatuh di lantai kamar mandi. Tubuhku
rasanya nikmat sekali beberapa saat, lalu terasa lemas dan sepertinya
aku merasa bersalah telah melakukannya. Aku segera menyiram ceceran
sperma di lantai kamar mandi, melepas seluruh bajuku dan mandi.<br />
Setelah
segar, aku hampir tidak percaya waktu keluar ternyata mereka masih
saja bermesraan bersetubuh. Aku langsung berjalan keluar kamar,
sedangkan mereka tidak menghiraukanku sama sekali, benar-benar gila..!<br />
Di
luar, aku duduk-duduk saja di ruang tamu sambil ngobrol dengan Lenny
dan teman-temannya yang kebetulan ciban semua. Mereka menawariku rokok
tapi aku tolak. Setelah beberapa menit melakukan percakapan yang
membosankan dan bikin mual, aku cuek saja dan asyik melihat TV, sambil
menunggu Mas Zani dan Yeyen selesai melakukan aktivitasnya. Menit demi
menit berlalu, gila.., lama sekali.<br />
Sekitar satu jam kemudian,
muncullah mereka berdua dari pintu kamar Yeyen. “Gilaa..”, pikirku,
lama sekali mereka begituan. Mas Zani dan Yeyen tersenyum geli pertama
kali melihatku, mungkin mereka menganggap tingkahku di dalam kamar tadi
lucu, lalu Mas Zani bertanya. “Don, kamu mau ikut renang?”. “Mau
sich.., tapi aku tidak bawa celana renang tuch..”, jawabku agak kecewa.
“Tidak pa-pa kok, ntar kita bisa pinjam celana renang di sana..”. Ya
sudah, akhirnya jadi dech.., Setelah berpamitan, Mas Zani dan aku
pulang. Di rumah kami langsung mempersiapkan segala kebutuhan renangnya.<br />
Jam
menunjukkan sekitar pukul 16.30, kami bersiap pergi. Tepat waktu Mas
Zani hendak menyalakan mobil, ada suara teriakan. Ternyata sepupu Mas
Zani, “Mobilnya mau dibawa papanya lho..”, katanya. “Sial!” gerutu Mas
Zani. Terus akhirnya Mas Zani telepon taksi, beberapa menit kemudian
datang, lalu kami ke tempat kos Yeyen dulu untuk menjemput Yeyen. Eh,
ternyata tidak hanya Yeyen yang ikut, tapi adiknya, Lenny, diajak
serta. Aku tanya pada Lenny, “Lho, kok kamu ikut, katanya sakit
tenggorokan. Nanti ikut renang?”. “Iya dong.., tidak Papa, nemenin
Yeyen nich..” jawabnya enteng. Wah, nekat juga ini anak, pikirku.<br />
Taksi
kami langsung meluncur ke Graha Residen, di sana ada kolam renangnya
yang cukup besar dan ramai, termasuk para turis. Yeyen, Lenny, dan aku
yang belum bisa berenang cuma berputar-putar saja di pinggiran,
sedangkan Mas Zani berkelana ke sana ke mari dengan bebasnya.<br />
Waktu
ada kesempatan, aku tanya pada Mas Zani soal Yeyen. Ternyata dia baru
kenal Yeyen dua minggu, dan pertemuan pertamanya di kolam renang.
Seminggu kemudian mereka langsung pacaran, lalu besoknya mereka
melakukan hubungan badan. Mas Zani baru pertama kali itu bersenggama,
sedangkan Yeyen sepertinya sudah berkali-kali, soalnya kata Mas Zani,
Yeyen sudah tidak perawan lagi. Mas Zani juga bilang, “Kata Yeyen tuh si
Lenny masih perawan, dianya agak menyesal juga pacaran sama Yeyen,
bukan sama Lenny yang masih perawan”.<br />
Aku sempat ngobrol juga
sama Lenny, yang sepertinya cuma bersandar saja di pinggiran. Sekitar
jam 19.00 kami selesai renang dalam keadaan menggigil kedinginan, lalu
setelah itu memanggil taksi Zebra, karena entah kenapa, Graha Residen
hanya menyediakan taksi Zebra. Tidak kuduga, ternyata taksinya lama
sekali datangnya, kami ngobrol-ngobrol lama juga. Mas Zani asyik
ngobrol dengan Yeyen, sedangkan Lenny yang kelihatannya dicuekin mulai
kuajak ngobrol.<br />
Ternyata Lenny ini masih SMU kelas 2. Selain suka
rokok, katanya dia juga suka minuman keras. Hmm, aku jadi mikir apakah
dia juga suka obat-obatan dan.., free seks. Tapi aku tidak berani
menanyakannya, terlalu dini ah. cuma yang aku perhatikan, Lenny agak
tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, dan dia tidak berani menatapku
secara langsung, malah sepertinya menunduk terus. Good sign, pikirku.<br />
Mungkin
sekitar setengah jam kemudian baru taksinya datang. Lama banget sich..
Akhirnya sampai juga, setelah mengantarkan Yeyen dan Lenny, saya dan
Mas Zani pulang. Aku asyik memikirkan pengalamanku barusan,
memperhatikan orang melakukan hubungan seks.<br />
Sekitar jam 20.30,
Mas Zani mengajakku pergi, mau mengembalikan VCD. Ya sudah, aku ikut
saja, siapa tahu diajak makan juga, berhubung perutku mulai lapar nich.
Walau naik sepeda motor, kami tidak pakai helm, katanya tempat
persewaan VCD-nya dekat. Eh, ternyata memang dekat sekali dan tidak
melewati jalan raya. Setelah itu Mas Zani bertanya, “Don, aku mau
mampir ke tempat Yeyen nich.. Kamu ikut tidak?”. Walau perutku agak
keroncongan, berhubung aku “kangen” juga sama Lenny, pingin ngerjain
gitu, akhirnya aku setuju.<br />
Sesampainya di sana, ternyata banyak
orang nongkrong di ruang tamu rumah kos itu. Uniknya, yang cewek cuma
dua, Yeyen dan Lenny, lainnya ciban semua, ada 4 orang. Aneh sekali,
pikirku. Begitu sampai, Mas Zani langsung berciuman dengan Yeyen lalu
mereka langsung masuk kamar dan.., klik, Aduh.., mau ngapain lagi
mereka, gila bener..<br />
Terpaksa, karena aku sudah telanjur di sana,
aku ngobrol dengan orang-orang di situ. Aku sebetulnya lebih suka
mengobrol dengan Lenny, tapi sayang teman-temannya selalu menggangguku.
“Ih kamu ganteng dech, kita main seks yuk..”. Agak senang juga aku
dipuji tapi main seks dengan mereka, mimpi saja tidak. Lalu akhirnya
aku punya ide, aku tanya Lenny, “Kamu satu kamar sama Yeyen, yach?”
“Tidak tuch, aku sewa kamar sendiri”, jawabnya. Kebetulan, pikirku,
“Hmm.., di mana tuch, aku lihat dong..”<br />
Sesuai perkiraanku,
akhirnya dia mau menunjukkan kamarnya. Kamarnya persis di depan kamar
Yeyen, dan lebih tidak rapi dibanding kamar Yeyen. Sambil pura-pura
mengamati kamarnya, aku lalu menutup pintu agar dia tidak curiga, aku
langsung bertanya padanya, “Kamu suka tinggal di sini?”. Lalu akhirnya
kami ngobrol dan bercanda di atas ranjangnya, bersandar di tembok.
Seperti yang kuduga, dia masih terus menunduk tersipu-sipu menjawab
pertanyaanku, tidak seperti waktu dia ngobrol dengan teman-temannya,
menguatkan istingku kalau sebetulnya dia suka padaku.<br />
Di
tengah-tengah obrolan, aku tanya, “Lenny, kamu kan suka ngerokok, apa
tidak dimarahi cowokmu tuh?”. Dia tertawa kecil, lalu menjawab,
“Suka-suka aku dong, Don, aku belum punya cowo tuch..”. Ahh..,
kebetulan sekali, pikirku, lalu aku menggodanya, “Ah masa..? Aku tidak
percaya ah.., Kamu kan cantik.., pasti banyak cowok yang ngelirik
kamu..” Rupanya dia agak GR juga dengan pujianku, lalu sambil ketawa
lirih dia cuma bilang, “Ah kamu..”. “Iya bener lhoh..” Dia diam
sebentar, lalu dia menoleh ke arahku, dan mulai memandangku. Aku
menatapnya, lalu aku tersenyum. Kami berpandangan beberapa saat. Hmm,
betapa cantiknya dia, pikirku.<br />
Merasa ada kesempatan, segera
kuarahkan tangan kananku pelan-pelan ke tangan kirinya, lalu kugenggam
dan kuremas pelan-pelan. Dia agak kaget dan menghela napas panjang,
seolah tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Pelan-pelan pula, badanku
kuhadapkan ke arahnya dan kutaruh tangan kiriku di pinggangnya, lalu
wajahku mulai mendekati wajahnya. Aku mulai bisa merasakan nafasnya
yang semakin cepat dan tidak beraturan. Akhirnya dia memejamkan mata,
lalu kucium lembut keningnya, lalu pipi kanannya, lalu pipi kirinya.
Aku terdiam sebentar. Matanya masih tetap terpejam. lalu perlahan-lahan
kucium bibirnya yang lembut itu. Dia membalas dengan
menggerak-gerakkan mulutnya. Aku memeluknya, lalu kami saling mengulum
bibir, lalu memainkan lidah.., Hmm nikmat sekali.<br />
Beberapa saat
kemudian, aku hentikan permainan bibir itu lalu aku terdiam. Matanya
terbuka, tatap matanya serasa seperti bertanya-tanya. Lalu aku menciumi
bibirnya lagi sambil pelan-pelan merebahkannya di atas ranjang. Dia
menurut saja, membuatku semakin bernafsu. Lalu aku cium dia pelan-pelan
sedangkan tanganku meraba-raba dan meremas-remas payudaranya yang
cukup besar, “Emhh.., Emh..” dia cuma melenguh saja membuat gairahku
menjadi semakin naik saja.<br />
Segera kusingkapkan T-Shirt yang
dipakainya ke atas, lalu kuciumi dan kujilati dadanya yang aduhai itu,
“Ahh.., Emhh..”, badannya bergoyang-goyang kecil, membuat nafsuku
semakin naik. Waktu mau kubuka kancing BH-nya, dia mengangkat badannya
sehingga memudahkanku, lalu kujilati putingnya dan kuhisap-hisap selama
beberapa menit, “Emhh.., Ahh.., Ahh..”<br />
Aku sudah tidak tahan
lagi, langsung kubuka celana panjangnya lalu kupelorotkan, kujilati
kemaluannya dari luar sebentar, lalu segera kupelorotkan juga. Hmm..,
ternyata rambut kemaluannya masih lebat, jauh lebih lebat daripada
kakaknya, sedangkan lubang kemaluannya masih sangat rapat. Ahh.., baru
percaya aku kalau dia masih perawan. Kujilati clitoris vaginanya yang
sangat menggairahkan itu, dia terengah-engah, “Ahh.., Ahh..”, dan
sesekali tubuhnya menggelinjang. Kuhisap-hisap dan kujilati bagian
dalam lubangnya. Hmm.., nikmat sekali, cairan yang keluar langsung saja
kutelan.<br />
Aku sudah tidak sabar lagi, tidak sampai 5 menit aku
menjilati vaginanya, segera kupelorotkan celana panjang dan celana
dalamku lalu pelan-pelan kumasukkan penisku ke dalam lubang senggama
Lenny. Uhh.., agak sulit juga tapi berhubung cairannya sudah cukup
banyak, akhirnya masuk juga, kurasakan ada sesuatu yang menghalangi
laju penisku, sepertinya selaput daranya namun kuteruskan saja
pelan-pelan.<br />
“Aduh!”, pekiknya. “Lenny, sakit ya? Tahan ya..”, Aku
terdiam sebentar, menunggu agar sakitnya hilang, lalu mulai kumasukkan
lebih dalam lagi pelan-pelan. “Lenny, masih sakit..?”. “Iya.., tapi
sudah agak.., ahh..”, Pelan-pelan sekali kumaju-mundurkan penisku di
dalam vaginanya. Hmm, benar-benar nikmat.., benar-benar rapat sekali
vaginanya, menjepit penisku yang merasa keenakan. “Ahh.., ahh..,
hmmhh..” akhirnya dia mulai merasa nikmat, aku jadi berani mempercepat
gerakanku. “Ahh.., Ahh.., Ahh..” Mungkin cuma sekitar 3 menit, dia sudah
mulai terangsang sekali.”Ah.., Don.., Ah Don.., Aku sepertinya mau..,
ahh..”, Sepertinya dia mau orgasme, akhirnya kupercepat gerakanku dan,
“Ahh.., Ahh nikmat Don.., aduh nikmat sekali Don..”. Aku belum orgasme,
lalu kutarik penisku dan kugesek-gesek sendiri dengan cepat dengan
tanganku. “Ahh..”, akhirnya aku orgasme juga, spermaku bertebaran di
perutnya.<br />
Setelah kami membersihkan spermaku, kami mandi
bersama-sama, setelah itu kami ngobrol-ngobrol juga di atas ranjang,
sambil bermesraan layaknya orang pacaran. Tapi sungguHPun begitu, aku
tidak mencintai dia sama sekali dan tidak menganggapnya sebagai pacar,
walaupun sebetulnya aku sendiri juga belum punya pacar, jahat juga yah
aku. Beberapa puluh menit kemudian pintu diketuk oleh Mas Zani dan
akhirnya kamipun pulang, sampai di rumah sudah sekitar jam 11 malam.
Begitu melelahkan.., namun begitu nikmat. Aku baru bisa tidur sekitar
jam 2 pagi, entahlah, membayangkan macam-macam.<br />
Semenjak itu aku
sudah tidak pernah lagi bertemu dengannya, pernah aku mencoba
meneleponnya tapi karena ada gangguan Telkom (suara tidak jelas,
crosstalk) maka terpaksa tidak dilanjutkan, dan aku tidak pernah
meneleponnya lagi. Tanggal 26 Mei kemarin aku pulang ke kota K. Mungkin
nanti awal Juni aku mau ke Surabaya lagi, bertemu dengan dia. “Ahh..”,
akan kunantikan saat itu.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a5.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/215064_202615856427986_202163969806508_599055_5909968_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-62755131084100939022012-01-17T00:43:00.001-08:002012-01-17T00:43:13.938-08:00bogorCerita Dewasa dan Cerita Bebas kali ini merupakan pengalaman saya
pada saat libur akhir pekan, saat hari mulai sore aku pulang kantor,
saat itu aku sedah menyelesaikan pekerjaan kantorku yang banyak. Dengan
kecapeanku, dalam pikiran pengenya hanya liburan saja. Aku bergegas
pulang kantor dengan menaikki mobilku terus beranjak pulang sampai
dirumah hanya pengen mandi dan istirahan sebenter. Karena hari pekan aku
mau bermai saja ke mall sambil jalan-jalan lihat gadis dan cewek yang
memiliki tubuh seksi dan payudara montok he…tu pikiranku. Tiba2 saja
telepon genggamku berbunyi….ah….rupanya bosku.<br />
Terus aku
angkat…..oh….rupanya suruh ke bogor ada tugas…..ziiittt…gak bisa
liburan. Langsung saja aku bergegas ke bogor untuk menyeleseaikan
tugasku. Aku naik mobilku langsung saja ke bogor. Dalam perjalanku
sangat lelah kupikir untuk cari kopi dulu kuparkir mobilku operasional
didepan warung kopi yg baru saja dibuka oleh pemiliknya sebut saja
namanya cici seorang janda muda yg baru 2 tahun ditinggal kabur suaminya
usianya kutaksir sekitar 30tahunan,tanpa sepengetahuannya kuperhatikan
dia dari dalam mobilku yg berkaca riben 80%,wajahnya yg manis
ditunjang tubuhnya yg proporsional ditambah ukuran toketnya kira-kira
36b dan pinggulnya yg sedang membuat mata ini yg tadinya ngantuk jadi
segar kembali,lalu kuberanikan diri untuk turun dari mobil dan
berkenalan dengannya sebagai alasan aku membeli kopi mix.<br />
“teh,,kopinya
hiji..??”pesanku “kopi susu apa kopi hideung a..??”sambung cici “kopi
susu tapi susunya dipisah ya teh..??”candaku “dipisah,,,??maksudnya
gimana a..saya tidak mengerti..?? “ya dipisah kopinya digelas,tapi
susunya yg digantung..hehehe…” “iihh..aa jadi malu saya lagian aa
ngeliat aja klo saya lagi ga pake bh..”sambil tersenyum kecil..”tadi
saya abis netekin anak saya mau mandi tapi buka warung dulu pikir
saya..”jawabnya lugas “..Ooohh..anaknya laki apa cewe,umur berapa
teh…???”tanyaku penasaran “cewe umur 2 tahun..”jawabnya kemudian anaknya
menyusul kewarung digendong oleh seorang lelaki muda yg ternyata
adiknya cici,ditaruhnya anak itu dipangkuan ibunya kemudian lelaki itu
pergi. “siapa itu teh…??”tanyaku sambil menunjuk kearah lelaki tadi
“..Oooh..itu adik saya..” “..ehm,,saya kira suami teteh…ngomong-ngomong
suami kemana teh,,kerja..???” “..jangan diomongin lagi ahh..saya benci
banget ama lelaki itu,banci,mau enaknya aj ga mau tanggung jawab dia
kabur sama perempuan lain waktu saya lagi ngelahirin si kecil..”agk
sedikit emosi kelihatannya cici brcerita “kurang ajar betul lelaki itu
ya teh..mau enak ga mau anak..”ikut-ikutan emosi saya “udah berap lama
ditinggal teh ama suaminya..??”tanyaku “ya..dari anak ini lahir ampe
sekarang udah 2 tahunan lah ditinggal..”jawabnya “waduh..itu klo ibarat
sawah alang-alangnya udah tinggi-tinggi secara ga pernah
dicangkul..hehehe..”candaku mencairkan suasana “..hahaha..aa bisa aj
dh,,diminum kopinya entar dingin ga enak saya mau netekin dulu
ya..”sambil menarik kaosnya dan mulai netekin anaknya yg terlihat haus.
kulirik kearah toketnya sambil sesekali kuajak ngobrol yg sedikit
mengarah porno diapun menanggapinya dengan santai tanpa mempedulikan aku
yg dari tadi tak berkedip melihat toketnya yg sedang dikenyot oleh
anaknya,tak lama kemudian hpku berbunyi yg ternyata panggilan dari
kantor menginstruksikan bahwasanya aku tidak boleh lama-lama istirahat
karena mobil kami dilengkapi gps jadi para karyawan selalu dipantau
didalam operasionalnya dari kantor pusat,sebelum pergi kubayar kopiku
dan kuminta no hp nya cici “boleh khan klo saya telpon kamu ntar
malam..”sambil mnaruh hpku kekantong safariku “boleh aja tapi tunggu
sikecil tidur dulu ya..”sambil tersenyum genit Teman-temanku yg sedari
tadi memantau kegiatanku hanya bisa tertaw sambil mengejekku dengan
sebutan*PPm=pria pencari memek*akupun hanya senyum-senyum aja tak
menanggapi ejekan mereka kuhanya sedang mencari cara gimana supaya bisa
ngentot ama cici,terbayang toketnya yg besar saat netekin anaknya
tadi. “wew..bengong aja lo udh nyampe klien nih masuk sana..”hardiknya
“ngagetin aja lo..gue lg mikirin nih caranya bisa ngentot ama
cici..”jawabku “hahaha..klo lo emang playboy sejati lo kasih fotonya
kegue lo lg ngentot ama dia gue kasih lo 300rb,ga mungkin dia mau
ngentot ama lo,lo aja baru banget kenal ama dia..”terus menyurutkan
semangatku “..ok…lo liat minggu depan gue kasih liat potonya ke
lo..”akupun menerima tantangannya Singkat cerita akupun sudah tiba
dirumah pukul 19.30wib lalu mandi dan berpakaian setelah itu kuambil
hpku lalu kutlpon cici “lagi pa teh..??”sapaku “..ehh..lg netekin
sikecil nih..” “..yahh..ganggu dong..??” “..ngga..biasa aj..memangnya
kenapa..??” “..boleh dong ikut netek yg sebelah..” “kesini aj klo emang
mau..hihihi..” “..ntar aj deh klo libur bener ya boleh netek..” “..boleh
knp ngga…” “…sabtu besok gmn bisa ga kluar klo g bs jg ga
papa..??”pancingku kutahu klo perempuan itu memang sangat haus seks
terlihat pada waktu bicara tempo hari diwarungnya omongannya selalu
mengarah porno “..boleh tp siangan ya trus saya ajak anak soalnya ga ada
yg jagain…adik saya sekolah..!!” “ok..gapapa sampai ketemu hari sabtu
ya teh…”ucapk sambil menutup telepon Sabtu pagi setelah mandi dan
sarapan aku berangkat kebogor,kupacu suzuki swiftku dijalan tol
jagorawi yg masih agak sepi,30 mnt kutelah memasuki gerbang tol bogor
kemudian berbelok kesalah satu mall yg ada disisi jalan
pajajaran,kuparkirkan mobilku kemudian masuk kedalam mall menuju salah
satu restoran fast food y terkenal itu,kupesan makanan lalu duduk
dibangku yg dekat kaca agar dapat melihat situasi diluar kuambil hp dari
tas kecilku kemudian kuhubungi cici “hallo aku sudah di bogor kamu
datang aj kesini di restoran *c*..” “ya udah tungguin sebentar saya lagi
pake baju dulu..” “pake bh ama cd warna hitam ya biar seksi..”
“iihh..kamu koq tahu sih klo itu warna pakaian dalam kesukaan saya..”
“hahaha..ya udah buruan udah kangen nih..” ‘ok..” 15 menit kemudian cici
datang sambil menggendong anaknya,kusuruh pesan makanan dan duduk
didepanku terlihat wajahnya yg semakin cantik karena sapuan make up yg
tidak terlalu tebal namun terlihat anggun. “..ci..kamu terlihat anggun
hari ini aku sampai tidak ngenalin kamu tadi..”godaku
“..alahh..laki-laki ntar juga paling ngajakin begituan pake acara
ngerayu pula,,ayo ngaku iya khan..saya kasih tau ya saya bukan cewe
gampangan yg bisa diajakin ngewe sama setiap laki-laki,saya masih punya
harga diri dan saya trauma sama laki-laki yg cuma mau ngewe tp klo
kejadian ga mau bertanggung jawab..”jawabnya ketus “maaf..ci aku ga
bermaksud membuat kamu jadi begini aku hanya ingin melihat kamu senang
bisa jalan ama aku sama anak kamu itu aja koq dan satu hal kamu memang
ga butuh itu..”jawabku menenangkan hatinya “..perempuan mana sih yg ga
butuh itu,semua pasti butuh cuma aku takut kejadian itu terulang lagi
aku hamil dan kamu pergi ninggalin aku jujur aku mulai suka sama kamu
terlebih perhatian kamu ke aku dan anakku begitu dalam..”seraya
merapatkan tubuh anaknya kepelukannya “..aku juga merasakan hal itu
ci..” sejam sudah kami ngobrol didalam restoran itu kutatap matanya cici
dan kulihat pancaran kasih sayang begitu dalam seolah-olah
menelanjangi aku dalam sebuah kemunafikan yg baru saja kuucapkan
setelah makan siang kulanjutkan dengan mengajak cici dan anaknya jalan2
berputar-putar kota bogor menggunakan mobilku,memang kota bogor nyaman
sekali bila kendaraan angkot tidak membuat macet,cape juga kupikir bila
harus macet2an dijalan,kuingin beristirahat sejenak sambil menikmati
cuaca kota bogor yg saat itu sedang gerimis kecil,kuutarakan maksudku
kepada cici yg langsung mengiyakan maksudku ditambah anaknya yg tertidur
karena kekenyangan “teh..kita istirahat dulu yuk dimotel itu lagian
kasian dede tidur ga nyaman gitu..?”kataku “..terserah kamu,,iya jg sih
dede ga nyaman banget tidurnya..”jawabnya Kemudian mobil kubelokkan
kesalah satu motel yg terletak didaerah tajur,bogor,kuparkirkan agak
tersembunyi karena memang motel masih agak sepi,kemudian kugendong
anaknya cici lalu kami berjalan menuju front office “..mas ada
kamar..??”kusapa ffront office “..ada pak..yg type apa..??”jawab petugas
motel “..yg 2 tempat tidur..? “..ini pak kuncinya sekalian pinjam
ktpnya bapak..oh..iya anaknya dibawa aja dulu ke dalam kasian nyenyak
sekali tidurnya..” “..trima kasih mas..”sambil kuserahkan dede kecici yg
langsaung berjalan mengikuti petugas motel menuju kamarnya Sesampai
didalam kamar kurebahkan tubuhku yg lelah keatas ranjang kulihat cici
sedang mendampingi anaknya yg tertidur sambil sesekali memberikan asi
kepada anaknya,akupun memejamkan mata sebentar mengistirahatkan
persendian ditubuhku,namun baru saja akan terlelap kulihat dicermin yg
mengarah kekamar mandi cici sedang membuka bajunya,kemudian jeansnya
tinggal bra dan cd hitam yg dikenakan ssuai permintaan aku tadi
pagi,setelah itu ia mengambil handuk kemudian dililtkan ditubuhnya lalu
ia keluar dari kamar mandi dan menghampiriku yg masih tiduran diatas
ranjang lalu aku pura2 memejamkan mataku dia mendekatiku kemudian
mencium bibirku,mungkin dia pikir aku akan terbangun mendapat ciuman
dibibir padahal kontolku sudah tegak waktu kulihat dia sedang membuka
baju tadi,kurasakan dia menjauh dari wajahku kubuka mataku akupun
tersentak ketika dia sedang mencoba membuka ikat pinggangku lalu
kubangun dari ranjangku yg membuat cici pun tersentak “apa yg kamu
lakukan teh..??”tanyaku “..aku ga bisa menahan libidoku waktu kamu tidur
tadi,,aku ingin ngewe samaa kamu..”jawabnya “..teh..memang kamu sudah
kepengen banget ngewe,jujur tadi aku jg sempet ngintip kamu lagi ganti
baju cuma koq pintunya ga ditutup aku pikir kamu mau mandi makanya aku
diam aj..” “..sengaja memang aku ga tutup pintu kamar mandi supaya kamu
ngeliat dan menyusulku kekamar mandi tapi lama kutunggu kamu malah
tidur ya sudah aku cium bibir kamu tidak ada reaksi kemudian
kuberanikan diri untuk membuka ikat pinggang kamu eehh..kamu malah
terbangun..!!” “..ya sdh klo emang teteh mau ngewe sama aku sebentar aku
mau mandi dulu klo teteh mau mandi bareng2 aja ga papa koq..”
“..duluan nanti aku nyusul aku liat anak aku dulu..” Lalu aku beranjak
dari ranjangku kemudian berjalan kearah kamar mandi,lumayan agak besar
kamar mandinya ditambah bathtub dan air hangat,kuputar kran dibathtub,
ingin sekali berendam air hangat pikirku biar rileks,kubuka baju dan
jeansku kemudian terakhir cdku,kuremas kntolku yg tegang kukocok
pelan,sambil menunggu air yg mengisi bathtub setelah bathtub terisi
kumasukkan tubuhku kedalam bathtub yg telah terisi air hangat
“..hufftt..nyman sekali berendam dibathtub ini..”gumamku tak lama cici
masuk kekamar mandi tanpa sehelai benang ditubuhnya dan langsung masuk
kedalam bathtub “..teh,,anaknya udah dijagain bantal belum nanti klo
jatuh gmn..??” “..sudah..kamu tenang aja,aku ga tahan mau ngewe sama
kamu..” kemudian cici menyuruhku untuk duduk dipinggiran bathtub lalu
menghisap kontolku yg panjang sekitar 18cm,tak ada kesalahan dalam
menghisap kontolku semua dilakukan dengan lihainya,akupun mendesah
penuh kenikmatan “..oohh..eehmm..enak teh..trus teh..trus
teh..trusss…aahh..”desahku sumpah nikmat sekali kulumannya tak ada
setiap inchi dari kontolku yg terlewat,kontolku seperti diaduk-aduk
oleh lidahnya tanpa ada rasa nyeri ataupun terkena gigi “..sudah dulu
teh,,gantian sini aku jilatin nonok teteh..” dia pun duduk dipinggiran
bathtub kemudian melebarkan kakinya,terlihaat memeknya yg ditumbuhi
bulu yg sangat lebat,kusibakkan jembutnya kemudian kujilati itilnya yg
membesar tak kupedulikan reaksi wajahnya yg mulai terangsang dengan
menggigit bibirnya,kusodok liang nonoknya dgn lidahku,kugigit
klentitnya,kuhisap nonoknya beberapa saat kemudian pantatnya dinaikkan
membenamkan wajahku kedalam nonoknya sesekali menggeliat dan mendesah
dengan nafasnya yg tidak beraturan “..uuhhh..oohh…aku
keluaaaaarrrrrr..”pekiknya sambil merapatkan pahanya dan menekan
nonoknya kewajahku kujilati cairan nonoknya kusapu dengan
lidahku,sungguh nonok yg indah sudah nikmat wangi pula sepertinya dia
rajin merawat nonoknya masih dalam keadaan bugil kubimbing dia keranjang
kusuruh dia menghisap kembali kontolku yg masih berdiri tegak dari
tadi tak lama cici memberi isyarat untuk meminta nonoknya dimasuki oleh
kontolku,dia berdiri menaiki ranjang ku kemudian mengarahkan nonoknya
kekontolku dengan posisi w o t dituntunnya kontolku kenonoknya kemudian
“blleeesss..”kontolku telah masuk penuh kedalam nonoknya,digoyangkan
pantatnya,lalu menarik tanganku untuk meremas-remas toketnya yg besar
kupilin2 pentilnya yg sdh mengeras,kemudian aku bangkit namun kontolku
masih tertanam didalam nonoknya cici,kuhisap toketnya lalu kugigit
pentilnya “..oohhh..oohh..eehmm..enak aa jgn dilepas aa..hisap trus
aa..aahhh..uuhh..ngewe enak banget…oohhh…aahhh…uuhhh..”cici pun meracau
keenakan “..oohhh..aahhh…teh,,nonoknya enak tehh..peret banget…ahh..”
kami terus ngewe sesekali merubah posisi kadang doggy style,aku diatas
hingga posisi 69 entah sdh beberapa kali cici orgasme,aku masih bertahan
karena sebelumnya aku mengusapkan beberapa tetes minyak gambir
kekontolku yg berkhasiat membuat lama ngewe namun terasa panas disekitar
kepala kontolku,rasa panas itu tak kuhiraukan kalah oleh panasnya
permainan aku dan cici,menjelang akhir kucepatkan tempo penetrasiku
“..ahhh..oohhh..aku mau keluar teh,,dibuang dimana nih..??”sambil
kusodok kontolku dengan cepat dan dalam posisi doggy style pula “..buang
dinonokku aja..aku jg mau keluar lagi..” “..kita kluarin bareng aj
teh..aahh..uuhh..” “..crooottzz…crrroottttzzz…crrootsss..crottttz
z..”nikmatnya eehhmm..” diraihnya kontolku kemudian dijilati oleh cici
sampai bersih dari pejuku yg bercampur cairan nonoknya cici dan
belepotan disekitar kontolku,kemudian kami saling membersihkan diri
dikamar mandi,sambil menunggu anaknya yg masih tertidur akupun
berfoto-foto msh dengan keadaan telanjang memperlihatkan alat
kelaminnya masing2,yg nantinya foto akan kuperlihatkan ketemanku
sebagai bukti taruhan,namun kubilang ke cici akan kujadikan koleksi
pribadi dan cici pun menyetujuinya.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a4.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/215101_202872773068961_202163969806508_600786_6909529_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-5153072274130289402012-01-17T00:42:00.000-08:002012-01-17T00:42:08.938-08:00ABG mallBagi pembaca yang baru kali ini membaca ceritaku, ijinkan aku
memperkenalkan diri. Aku biasa dipanggil Wawan. Aku berumur 24 tahun dan
saat ini masih berstatus mahasiswa di salah satu PTS di Jakarta.
Sebuah status yang ingin secepatnya kutanggalkan, agar aku bisa segera
menjadi sarjana. Tinggal skripsi yang masih menghadang langkahku.<br />
Seperti
telah kuceritakan pada cerita-ceritaku terdahulu, aku telah mempunyai
bisnis sendiri, dimana hasilnya lebih dari cukup utk membiayai kuliah
dan hidupku di ibukota ini. Termasuk tentunya untuk “biaya kenakalan
laki-laki”, hehe.. Siang itu aku sedang suntuk sehabis berjam-jam
menghabiskan waktu di depan notebook untuk mengerjakan salah satu
proyek dari klienku. Memang aku ingin secepatnya menyelesaikan proyek
ini, mengingat nilainya yang cukup besar. Terbayang nikmatnya berlibur
di Bali atau Lombok bila nanti telah menerima pembayaran dari klienku
ini.<br />
Karena perut sudah keroncongan, aku segera mengambil kunci
mobilku dan pergi ke mal di daerah Jakarta Barat untuk makan siang.
Memang di kulkas kamar kostku cuma tersisa sepotong pizza bekas
semalam. Tiba di mal tersebut, aku menuju KFC untuk makan siang.<br />
Seperti
biasa, sehabis makan siang aku cuci mata melihat-lihat toko di mal
tersebut. Setelah itu, aku mampir di studio 21 yang terletak di lantai 3
mal itu untuk melihat-lihat film yang sedang diputar. Memang
rencananya kalau ada film yang bagus aku ingin nonton untuk refreshing
sebelum memulai mengerjakan proyekku lagi nanti malam.<br />
Saat
memasuki lobby, setelah melewati lorong yang dipergunakan untuk bermain
video-game, kulihat seorang gadis manis sedang duduk sendiri sambil
memainkan handphonenya. Aku seperti merasakan “deja vu”. Teringat
olehku pengalaman beberapa waktu lalu saat mau menggoda seorang gadis
sendirian di lobby studio 21, yang ternyata membawa cowoknya. Tetapi tak
mengapa, aku sok nekat saja duduk di sebelahnya sambil tersenyum. Dia
juga membalas tersenyum sambil kemudian kembali sibuk dengan hpnya.<br />
“Ren..lo ada dimana sih ? Cepetan dong gue udah di lobby nih” katanya. “Ya udah..cepetan deh” ujarnya lagi.<br />
“Sedang
nunggu pacar ya ?” tanyaku sok akrab “Nggak kok mas. Teman.” sahutnya
singkat sambil tersenyum. “Mas sendirian aja ?” tanyanya lebih lanjut
“Wah agresif juga nih cewek” pikirku. “Iya sendirian aja. Mau nemenin?
Jalan yuk” tanyaku nakal. “Mau ngajak kemana ?” tanyanya “Jalan-jalan
aja” sahutku. Dia tersenyum lagi menambah manis wajahnya yang berbibir
tipis itu. Aku punya perasaan dia ini ABG nakal yang sering nongkrong di
mal-mal mencari mangsa. “Oh ya, namanya siapa ?” tanyaku “Elis”
sahutnya sambil mengulurkan tangannya “Wawan” kataku menyambut uluran
tangannya. Kuperhatikan penampilan Elis, gadis manis ini. Rambutnya
sebahu dgn wajah yang manis. Berpakaian kaos ketat dipadu celana jeans.
Buah dadanya tampak menonjol ranum di balik kaos ketat yang
dipakainya. Terbayang nikmatnya bila aku bisa merasakan kenyalnya buah
dada ranum ABG manis ini.<br />
“Nggak sekolah ?” tanyaku lebih lanjut
“Nggak sedang bolos. Males sih..” “Emang sekolah dimana ?” Dia kemudian
menyebutkan salah satu SMU Negeri di wilayah Jakarta Barat.<br />
“Hey..sori
ya gue telat”. Tiba-tiba seorang gadis menyapa. “Sialan lo.., gue udah
nunggu lama tau..” sahut Elis pada sang gadis. Kulihat si gadis yang
baru datang, dan mataku terkagum-kagum melihat penampilannya. Wajahnya
sangat cantik, dengan rambut panjang, mirip dengan Ratu Felissa bintang
sinetron remaja yang terkenal itu.<br />
“Ren, ini kenalin teman gue”
katanya mengenalkanku. Kami segera berkenalan. Kemaluanku semakin
berontak saat jemarinya yang halus sedikit kuremas saat kami berjabat
tangan. Ternyata namanya Rena. Tanktopnya yang seksi semakin menambah
hot penampilannya. Tetapi kulihat buah dadanya tidak sebesar kepunyaan
temannya. Akan tetapi kulit tubuhnya yang putih mulus menyebar aroma
seksual yang tinggi.<br />
“Mau kemana nih mas ? Kita makan dulu aja yuk
?” ajak Elis. Akhirnya kami bertiga pergi ke sebuah restoran fast food.
Saat kami berjalan, banyak cowok yang memperhatikan tingkah laku kedua
ABG ini dengan pandangan bernafsu. Terutama kepada Rena yang memang
sangat cantik itu. Karena sudah makan, aku hanya memesan minum saja
untukku, sementara mereka menikmati makan siangnya. Sambil menikmati
pesanan masing-masing, kami berbincang-bincang. Kupancing-pancing
mereka, agar aku yakin mereka bisa kuajak check-in nanti. Aku tidak mau
kecele, setelah mengeluarkan uang banyak untuk mereka ternyata mereka
tidak bisa dinikmati, hehe..<br />
Ingin segera aku merasakan
kehangatan dan kemulusan tubuh belia mereka. Akan tetapi, ternyata
tidak semudah itu. Banyak proses yang harus dilalui, alias ada biaya
yang harus dikeluarkan terlebih dahulu. Sesudah makan, mereka minta
dibelikan pulsa HP, terus belanja baju, dll. Tetapi tak apalah,
pikirku. Kebetulan baru minggu lalu aku menerima pembayaran dari salah
seorang klienku. Memang kalau mau barang bagus ada harga yang harus
dibayar. Apalagi terbayang nikmatnya apabila aku bisa menyetubuhi kedua
gadis ABG ini secara bersamaan.<br />
“Yuk jalan. Pusing nih di mal
terus” kataku setelah mereka selesai berbelanja. Memang aku sudah
menentukan limit pengeluaran bagi mereka. Disamping itu, aku sudah
tidak tahan ingin segera menikmati tubuh seksi Elis dan wajah cantik
Rena.<br />
Mereka akhirnya setuju dan kami menuju tempat parkir. Kukebut mobilku menuju hotel jam-jaman langgananku.<br />
=====<br />
Singkat
cerita, kami telah berada di dalam kamar hotel. Tak menunggu lama
lagi, langsung kuraih wajah cantik Rena dan kulumat bibirnya. Leher dan
pundaknya yang putih mulus segera kucium dan kujilati. Setelah itu,
wajah manis Elis menjadi sasaranku. Saat kuciumi bibirnya yang tipis,
kuremas buah dadanya dari balik kaosnya yang ketat.<br />
“Buka dulu aja mas..” bisik Rena saat aku masih sibuk menikmati menciumi dan meremasi tubuh temannya. “Bukain ya” kataku.<br />
Aku
menghentikan ciumanku pada wajah manis Elis, dan mereka berdua
kemudian melucuti pakaianku. Tak lama aku telah berdiri hanya dengan
mengenakan celana dalam saja. Keadaan itu tidak berlangsung lama,
karena jemari lentik Rena segera menarik celana dalamku. Kemaluanku
yang telah menegang segera berdiri dengan gagahnya di depan kedua ABG
ini. Mata mereka agak sedikit kaget melihat ukuran kejantananku.<br />
“Besar
sekali mas. Rena suka..” kata si ABG cantik sambil tangannya mulai
mengocok-ngocok penisku perlahan. Sementara Elis tidak berkomentar,
hanya bibirnya yang tipis sedikit terbuka. Matanya memandang kemaluanku
dengan gemas. Mereka berdua telah berjongkok di depanku.<br />
Rasa
hangat segera menjalari kemaluanku saat Rena mulai memasukkan batang
kejantananku ini ke dalam mulutnya yang mungil. Kepalanya mulai dimaju
mundurkan menikmati kelelakianku. Kupandang ke bawah tampak wajah
cantik gadis ini dengan pipi yang sedikit menonjol disesaki alat
vitalku. Sementara Elis menciumi dan menjilati pahaku menunggu giliran.<br />
Sesaat
kemudian, Rena mengeluarkan penisku dari mulutnya, dan Elis langsung
meraihnya dengan bernafsu. Dijilatinya terlebih dahulu mulai dari
kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan dia mulai menghisap
kemaluanku. Terkadang gadis seksi ini bergumam gemas saat menikmati
kejantananku.<br />
Aku tarik tubuh Rena sehingga dia berdiri di
sebelahku. Kemudian kembali dengan gemas kuciumi wajah cantiknya. Rena
dengan bergairah membalas pagutanku. Ciuman dan jilatannya kemudian
beralih ke puting dadaku. Sementara kemaluanku masih menjejali mulut
Elis, temannya yang seksi.<br />
Wajah cantik Rena yang sedang menjilati puting dadaku membuatku semakin gemas ingin menyetubuhinya.<br />
“Ayo
buka pakaiannya dong sayang..” kataku. Rena menurut. Dibukanya tanktop
dan BH yang dikenakannya. Tak ketinggalan juga celana jeans ketatnya.
Dia tampak semakin cantik dengan hanya memakai celana dalam hitam
berenda. “Biarin aja Ren., kamu lebih seksi pakai itu” kataku saat dia
ingin membuka celana dalamnya.<br />
Segera kutarik kembali Rena
kedalam pelukanku. Kujilati puting buah dadanya. Memang buah dadanya
tidak terlalu besar, tetapi bentuknya yang mencuat dengan puting merah
mudanya sangat merangsang sekali.<br />
“Ahh…ssstt…” erangan nikmat
keluar dari mulut Rena. Erangan ini semakin keras terdengar saat
jemariku mengusap-usap liang nikmatnya. Desahan Rena diselingi dengan
gumaman nafsu Elis yang masih berjongkok menikmati kemaluanku.<br />
Jemariku
merasakan vagina Rena telah lembab oleh cairan nafsu. Wajahnya yang
sangat cantik tampak menggairahkan saat dia mengerang-erang nikmat
disetubuhi jemariku. Puting payudaranya juga telah mengeras karena
jilatan lidahku. Ingin segera kusetubuhi ABG cantik ini.<br />
“Sebentar
ya Lis..”kataku sambil mencabut penisku dari jepitan bibir tipis Elis.
Setelah itu, kutarik Rena menuju tempat tidur. Kusibakkan celana
dalamnya, dan kuarahkan penisku ke dalam liang nikmatnya.<br />
“Pelan-pelan
ya mas..” desahnya perlahan. Kemaluanku mulai menerobos alat vital ABG
cantik ini. Erangannya semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei
ranjang. Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam.<br />
“Ahhhh…ahhhh”
desah gadis cantik ini saat aku mulai menggenjot kelaminku di dalam
alat vitalnya. Karena sempitnya kelamin gadis cantik ini, baru setelah
beberapa kali genjotan penisku berhasil menerobos lebih dalam, walau
mungkin hanya dua pertiga batang kemaluanku yang berhasil masuk.
Ranjang mulai mengeluarkan deritan-deritan seirama dengan goyangan
tubuhku menikmati sempitnya liang vagina Rena. Tubuh mulus Rena
mengelinjang-gelinjang merasakan hujaman penisku yang menyesaki liang
vagina gadis belia ini. Sementara Elis, temannya yang seksi dengan
bergairah menonton adegan kami.<br />
“Kamu buka juga dong Lis” kataku.
Elis kemudian membuka kaos ketatnya dan celana jeansnya. “Biarin aja
pakaian dalamnya Lis..” ujarku lagi saat dia ingin membuka BHnya. Elis
kemudian kuminta mendekat.<br />
Kuhentikan hujaman penisku di kelamin
Rena sejenak, dan kuminta dia merubah posisi. Aku segera berbaring di
tempat tidur sementara si cantik Rena menaiki tubuhku. Diarahkannya
kembali kelaminku ke dalam vaginanya.<br />
“Ahhhh….” erangnya kembali
saat penisku menerobos liang nikmatnya. Dia kemudian
menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmati kejantananku. Kuraih wajah
manis Elis yang ada di sebelahku, dan kami langsung berciuman dengan
bergairah. Kuremas buah dadanya yang besar, dan kuangkat daging kenyal
ranum ini sehingga keluar dari cup BHnya. Tampak luar biasa seksi Elis
saat itu, dengan wajahnya yang manis dan kedua payudaranya yang mencuat
keluar. Puting susunya yang kecoklatan segera menjadi santapanku.
“Sstttthhhh….sstttt” erangnya saat kujilati dan dengan gemas kuhisapi
buah dadanya yang kenyal itu.<br />
Sementara Rena, temannya yang
cantik, masih menggoyang-goyangkan tubuhnya yang mulus di atas
selangkanganku. Matanya terpejam dengan wajah yang memerah menambah ayu
wajah cantiknya. Tanganku memilin-milin puting buah dadanya. Sementara
Elis mulai menjilati puting dadaku.<br />
“Ahhhhh……” erang Rena panjang
saat dia mengalami orgasmenya. Tubuhnya mengejang beberapa saat,
kemudian lunglai di atas tubuhku. Kuciumi pundaknya yang putih halus
beberapa saat, sebelum kugulingkan tubuhnya kesebelahku.<br />
“Giliranmu
Lis..” kataku. Elis langsung menghentikan hisapannya pada puting
dadaku, dan dengan bergairah dia menggantikan posisi Rena.
Disibakkannya celana dalamnya, dan diarahkannya kelaminku ke liang
surganya.<br />
“Ihhh..gede banget…iihhhh” desahnya saat penisku
menerobos vaginanya. Ranjang kembali berderit keras saat dengan
bernafsu Elis menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmatiku. Buah dadanya
yang kenyal berguncang-guncang menggemaskan saat ia menyetubuhiku.
Terkadang karena gemas, kutarik tubuhnya agar aku bisa menghisapi
puting payudaranya.<br />
Bosan dengan posisi ini, kuminta Elis
menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Kusodokkan
penisku kembali ke dalam bagian tubuhnya yang paling vital, dan erangan
Elis kembali terdengar ditimpali dengan suara derit ranjang.<br />
“Ihh..ihh..”
desahnya saat kusetubuhi dia dari belakang. Pantatnya yang montok
terlihat sangat merangsang. Sementara kulihat Rena tak berkedip melihat
temannya sedang disetubuhi secara “doggy-style”.<br />
“Sini Ren”
panggilku. Saat dia menghampiriku, langsung kembali kuciumi wajahnya
yang sangat cantik itu. Sementara itu tanganku memegang pinggang Elis,
temannya, sambil sesekali menepuk-nepuk pantatnya yang padat.<br />
“Ihh..ihh..
Elis sampai mas…ihhhh..” erang Elis saat mencapai orgasmenya.
Kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Sementara itu, aku masih sibuk
melayani ciuman Rena. Penisku yang masih tegang sehabis menikmati
vagina temannya, langsung diraih dan dikocok-kocoknya perlahan.<br />
Sesaat
kemudian kubalikkan tubuh Elis, dan kunaiki tubuhnya. Kujepitkan
kemaluanku di antara gunung kembarnya yang besar. Kugoyangkan tubuhku
menikmati kekenyalan buah dada Elis. Sementara Rena menyodorkan
payudaranya ke mulutku untuk kunikmati.<br />
Rasa nikmat yang luar
biasa menjalari syaraf kemaluanku. Aku merasa sudah tak tahan lagi
membendung orgasmeku. Kulepaskan pagutanku dari buah dada Rena, dan
semakin cepat kugoyangkan tubuhku menikmati jepitan buah dada Elis. Tak
lama kemudian, aku menjerit nikmat saat berejakulasi di buah dada
ranumnya.<br />
=====<br />
Setelah membersihkan diri, kami bertiga
tiduran sambil istirahat di atas ranjang. Elis di sebelah kiriku dan
Rena di sebelah kanan. Aku masih telanjang, sementara mereka hanya
mengenakan celana dalam saja. Elis telah melepas BHnya yang basah
karena ejakulasiku.<br />
“Mas mainnya hebat banget …” kata Rena sambil
tersenyum manis. “Iya..kita berdua aja dibuat kewalahan…”sahut Elis
sambil mengusap-usap dadaku.<br />
“Habis kalian cantik-cantik sih.
Jadi nafsu nih” jawabku asal. “Pasti ceweknya si mas puas banget ya
Lis..” kata Rena pada temannya.<br />
“Yang gemesin ini lho..gede banget
ukurannya. Coba cowokku segede ini..” kata Elis sambil mulai
mengusap-usap kemaluanku. “Iya.Rahasianya apa sih mas ? Biar nanti Rena
kasih tahu cowok Rena, supaya bisa bikin Rena puas..” Tangannya yang
halus juga mulai merabai kemaluanku yang mulai menegang kembali.<br />
“Mas,
buat kenang-kenangan Rena video ya..” ujar Rena tiba-tiba, sambil
bangkit mengambil HPnya. “Jangan ah. Udah nggak usah” tolakku.
“Ah..nggak apa mas. Habis mr.happy-nya gemesin banget deh..Rena nggak
ambil mukanya kok..” sahutnya. “Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya
lho” kataku. “Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas. Terus elo
isepin Lis.. Ntar gantian” katanya bak sutradara kawakan.<br />
Kuturuti
kemauannya. Aku bangkit dan berdiri di samping ranjang. Elis kemudian
berjongkok di depanku, dan mulai menjilati kemaluanku.<br />
“Rambut lo Lis..jangan nutupin” kata Rena sambil mulai merekam adegan itu.<br />
Kubantu
Elis menyibakkan rambutnya, dan dia mulai mengulum kemaluanku.
Kunikmati jepitan bibir tipis Elis di batang kemaluanku. Tangannya yang
halus mengelus-elus buah zakarku.<br />
Rena merekam adegan kami dengan
antusias. Aku mengerang nikmat, sambil tanganku membantu menyibakkan
rambut Elis yang sedang sibuk menikmati kemaluanku. Cukup lama gadis
ABG seksi ini menyalurkan nafsunya.<br />
Sementara tampak Rena sangat terangsang melihat temannya menikmati penisku.<br />
“Lis..gantian
gue dong..” katanya beberapa saat kemudian. Hpnya diserahkan ke Elis,
dan gantian Rena sekarang yang berjongkok di depanku. Disibakkannya
rambutnya kesamping agar temannya dapat merekam adegan dengan jelas.
Dijilatinya perlahan seluruh batang kemaluanku. Lubang kencingku
digelitik dengan lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan
batang kemaluanku.<br />
“Jangan pakai tangan Ren..” kata Elis yang
sedang merekam adegan kami. Rena kemudian melepas tangannya yang
memegang batang kemaluanku, dan ia memaju mundurkan kepalanya menikmati
jejalan penisku di mulutnya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan
kemaluanku dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang penisku,
menjilatinya sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali
kemaluanku dengan bernafsu.<br />
Mendapat perlakuan seperti ini bergantian dari kedua gadis belia, aku merasa tak lama lagi akan mencapai kepuasan.<br />
“Arrghh..
hampir sampai nih..” erangku. “Mas yang ambil ya..” kata Elis sambil
menyerahkan hp padaku. Dia kemudian berjongkok bersama dengan Rena.
Diambilnya penisku dari mulut temannya dan dikocok-kocoknya.<br />
Aku tak tahan lagi. Sambil merekam adegan, aku berejakulasi membasahi wajah manis kedua gadis ABG ini.<br />
Setelah
beristirahat sejenak, aku memesan minuman. Sambil menunggu pesanan
datang, aku meminta hp Rena. Aku ingin memastikan wajahku tidak
terlihat di rekaman video yang tadi diambil.<br />
Kami mengobrol
beberapa lama di kamar hotel itu, sebelum beranjak pulang menjelang
malam. Kuantar mereka kembali ke mal tempat aku bertemu dengan mereka.
Kuberi mereka uang taksi secukupnya.<br />
“Makasih ya Mas. Sering-sering telpon kita ya..” ujar Rena saat turun dari mobil. “Ok, daaggh..” kataku pada mereka berdua.<br />
Aku
segera menjalankan mobilku kembali menuju tempat kost. Sehabis makan
malam, aku melanjutkan mengerjakan proyek dari klienku. Pikiranku telah
menjadi fresh kembali setelah diservis oleh Rena dan Elis, ABG Mal
yang cantik.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a6.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/208699_202880509734854_202163969806508_600798_6032104_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-68578757557851917372012-01-17T00:41:00.000-08:002012-01-17T00:41:08.524-08:00pramugariAku adalah mahasiswi disebuah universitas swasta di kota Awal mula
aku mengalami Making Love dengan seorang wanita yang mengubah orientasi
seksualku menjadi seorang biseksual, aku mengalami percintaan sesama
jenis ketika usiaku 20 tahun dengan seorang wanita berusia 45 tahun,
entah mengapa semuanya terjadi begitu saja terjadi mungkin ada dorongan
libidoku yang ikut menunjang semua itu dan semua ini telah kuceritakan
dalam “Rahasiaku.”. Wanita itu adalah Ibu Kos-ku, ia bernama Tante
Maria, suaminya seorang pedagang yang sering keluar kota. Dan akibat
dari pengalaman bercinta dengannya aku mendapat pelayanan istimewa dari
Ibu Kos-ku, tetapi aku tak ingin menjadi lesbian sejati, sehingga aku
sering menolak bila diajak bercinta dengannya, walaupun Tante Maria
sering merayuku tetapi aku dapat menolaknya dengan cara yang halus,
dengan alasan ada laporan yang harus kukumpulkan besok, atau ada test
esok hari sehingga aku harus konsentrasi belajar, semula aku ada niat
untuk pindah kos tetapi Tante Maria memohon agar aku tidak pindah kos
dengan syarat aku tidak diganggu lagi olehnya, dan ia pun setuju.
Sehingga walaupun aku pernah bercinta dengannya seperti seorang suami
istri tetapi aku tak ingin jatuh cinta kepadanya, kadang aku kasihan
kepadanya bila ia sangat memerlukanku tetapi aku harus seolah tidak
memperdulikannya. Kadang aku heran juga dengan sikapnya ketika suaminya
pulang kerumah mereka seakan tidak akur, sehingga mereka berada pada
kamar yang terpisah.<br />
Hingga suatu hari ketika aku pulang malam
hari setelah menonton bioskop dengan teman priaku, waktu itu jam sudah
menunjukkan pukul setengah sebelas malam, karena aku mempunyai kunci
sendiri maka aku membuka pintu depan, suasana amat sepi lampu depan
sudah padam, kulihat lampu menyala dari balik pintu kamar kos pramugari
itu, “Hmm.. ia sudah datang,” gumamku, aku langsung menuju kamarku yang
letaknya bersebelahan dengan kamar pramugari itu. aku bersihkan
wajahku dan berganti pakaian dengan baju piyamaku, lalu aku menuju ke
pembaringan, tiba-tiba terdengar rintihan-rintihan yang aneh dari kamar
sebelah. Aku jadi penasaran karena suara itu sempat membuatku takut,
kucoba memberanikan diri untuk mengintip kamar sebelah karena kebetulan
ada celah udara antara kamarku dengan kamar pramugari itu, walaupun
ditutup triplek aku mencoba untuk melobanginya, kuambil meja agar aku
dapat menjangkau lubang udara yang tertutup triplek itu. Lalu pelan
pelan kutusukan gunting tajam agar triplek itu berlobang, betapa
terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan di kamar sebelahku. Aku
melihat Tante Maria menindih seorang wanita yang kelihatan lebih
tinggi, berkulit putih, dan berambut panjang, mereka berdua dalam
keadaan bugil, lampu kamarnya tidak dipadamkan sehingga aku dapat
melihat jelas Tante Maria sedang berciuman bibir dengan wanita itu yang
mungkin pramugari itu. Ketika Tante Maria menciumi lehernya, aku dapat
melihat wajah pramugari itu, dan ia sangat cantik wajahnya bersih dan
mempunyai ciri khas seorang keturunan ningrat. Ternyata pramugari itu
juga terkena rayuan Tante Maria, ia memang sangat mahir membuat wanita
takluk kepadanya, dengan sangat hati-hati Tante Maria menjilati leher
dan turun terus ke bawah. Bibir pramugari itu menganga dan mengeluarkan
desahan-desahan birahi yang khas, wajahnya memerah dan matanya
tertutup sayu menikmati kebuasan Tante Maria menikmati tubuhnya itu.
Tangan Tante Maria mulai memilin puting payudara pramugari itu,
sementara bibirnya menggigit kecil puting payudara sebelahnya.
Jantungku berdetak sangat kencang sekali menikmati adegan itu, belum
pernah aku melihat adegan lesbianisme secara langsung, walaupun aku
pernah merasakannya. Dan ini membuat libidiku naik tinggi sekali, aku
tak tahan berdiri lama, kakiku gemetaran, lalu aku turun dari meja
tempat aku berpijak, walau aku masih ingin menyaksikan adegan mereka
berdua. Dadaku masih bergemuru. Entah mengapa aku juga ingin mengalami
seperti yang mereka lakukan. Kupegangi liang vaginaku, dan kuraba
klitorisku, seiring erangan-erangan dari kamar sebelah aku
bermasturbasi sendiri. Tangan kananku menjentik-jentikan klitorisku dan
tangan kiriku memilin-milin payudaraku sendiri, kubayangkan Tante
Maria mencumbuiku dan aku membayangkan juga wajah cantik pramugari itu
menciumiku, dan tak terasa cairan membasahi tanganku, walaupun aku
belum orgasme tapi tiba-tiba semua gelap dan ketika kubuka mataku,
matahari pagi sudah bersinar sangat terang. Aku mandi membersihkan
diriku, karena tadi malam aku tidak sempat membersihkan diriku. Aku
keluar kamar dan kulihat mereka berdua sedang bercanda di sofa. Ketika
aku datang mereka berdua diam seolah kaget dengan kehadiranku. Tante
Maria memperkenalkan pramugari itu kepadaku, “Rus, kenalkan ini
pramugari kamar sebelahmu.” Kusorongkan tangan kepadanya untuk berjabat
tangan dan ia membalasnya, “Hai, cantik namaku Vera, namamu aku sudah
tahu dari Ibu Kos, semoga kita dapat menjadi teman yang baik.” Kulihat
sinar matanya sangat agresif kepadaku, wajahnya memang sangat cantik,
membuatku terpesona sekaligus iri kepadanya, ia memang sempurna. Aku
menjawab dengan antusias juga, “Hai, Kak, kamu juga cantik sekali, baru
pulang tadi malam.” Dan ia mengangguk kepala saja, aku tak tahu apa lagi
yang diceritakan Tante Maria kepadanya tentang diriku, tapi aku tak
peduli kami beranjak ke meja makan. Di meja makan sudah tersedia semua
masakan yang dihidangkan oleh Tante Maria, kami bertiga makan bersama.
Kurasakan ia sering melirikku walaupun aku juga sesekali meliriknya,
entah mengapa dadaku bergetar ketika tatapanku beradu dengan
tatapannya. Tiba-tiba Tante Maria memecahkan kesunyian, “Hari ini Tante
harus menjenguk saudara Tante yang sakit, dan bila ada telpon untuk
Tante atau dari suami Tante, tolong katakan Tante ke rumah Tante Diana.”
Kami berdua mengangguk tanda mengerti, dan selang beberapa menit
kemudian Tante Maria pergi menuju rumah saudaranya. Dan tinggallah aku
dan Vera sang pramugari itu, untuk memulai pembicaraan aku mengajukan
pertanyaan kepadanya, “Kak Vera, rupanya sudah kos lama disini.” Dan
Vera pun menjawab, “Yah, belum terlalu lama, baru setahun, tapi aku
sering bepergian, asalku sendiri dari kota “Y”, aku kos disini hanya
untuk beristirahat bila perusahaan mengharuskan aku untuk menunggu shift
disini.” Aku mengamati gaya bicaranya yang lemah lembut menunjukan
ciri khas daerahnya, tubuhnya tinggi semampai. Dari percakapan kami,
kutahu ia baru berumur 26 tahun. Tiba-tiba ia menanyakan hubunganku
dengan Tante Maria. Aku sempat kaget tetapi kucoba menenangkan diriku
bahwa Tante Maria sangat baik kepadaku. Tetapi rasa kagetku tidak
berhenti disitu saja, karena Vera mengakui hubungannya dengan Tante
Maria sudah merupakan hubungan percintaan. Aku pura-pura kaget,
“Bagaimana mungkin kakak bercinta dengannya, apakah kakak seorang
lesbian,” kataku. Vera menjawab, “Entahlah, aku tak pernah berhasil
dengan beberapa pria, aku sering dikhianati pria, untung aku berusaha
kuat, dan ketika kos disini aku dapat merasakan kenyamanan dengan Tante
Maria, walaupun Tante Maria bukan yang pertama bagiku, karena aku
pertama kali bercinta dengan wanita yaitu dengan seniorku.” Kini aku
baru mengerti rahasianya, tetapi mengapa ia mau membocorkan rahasianya
kepadaku aku masih belum mengerti, sehingga aku mencoba bertanya
kepadanya, “Mengapa kakak membocorkan rahasia kakak kepadaku.” Dan Vera
menjawab, “Karena aku mempercayaimu, aku ingin kau lebih dari seorang
sahabat.” Aku sedikit kaget walaupun aku tahu isyarat itu, aku tahu ia
ingin tidur denganku, tetapi dengan Vera sangat berbeda karena aku juga
ingin tidur dengannya. Aku tertunduk dan berpikir untuk menjawabnya,
tetapi tiba-tiba tangan kanannya sudah menyentuh daguku. Ia tersenyum
sangat manis sekali, aku membalas senyumannya. Lalu bibirnya mendekat
ke bibirku dan aku menunggu saat bibirnya menyentuhku, begitu bibirnya
menyentuh bibirku aku rasakan hangat dan basah, aku membalasnya.
Lidahnya menyapu bibirku yang sedkit kering, sementara bibirku juga
merasakan hangatnya bibirnya. Lidahnya memasuki rongga mulutku dan kami
seperti saling memakan satu sama lain. Sementara aku fokus kepada
pagutan bibirku, kurasakan tangannya membuka paksa baju kaosku, bahkan
ia merobek baju kaosku. Walau terkejut tapi kubiarkan ia melakukan
semuanya, dan aku membalasnya kubuka baju dasternya. Ciuman bibir kami
tertahan sebentar karena dasternya yang kubuka harus dibuka melewati
wajahnya. Kulihat Bra hitamnya menopang payudaranya yang lumayan besar,
hampir seukuran denganku tetapi payudaranya lebih besar. Ketika ia
mendongakkan kepalanya tanpa menunggu, aku cium leher jenjangnya yang
sexy, sementara tanggannya melepas bra-ku seraya meremas-remas
payudaraku. Aku sangat bernafsu saat itu aku ingin juga merasakan kedua
puting payudaranya. Kulucuti Bra hitamnya dan tersembul putingnya
merah muda tampak menegang, dengan cepat kukulum putingnya yang segar
itu. Kudengar ia melenguh kencang seperti seekor sapi, tapi lenguhan
itu sangat indah kudengar. Kunikmati lekuk-lekuk tubuhnya, baru
kurasakan saat ini seperti seorang pria, dan aku mulai tak dapat
menahan diriku lalu kurebahkan Vera di sofa itu. Kujilati semua bagian
tubuhnya, kulepas celana dalamnya dan lidahku mulai memainkan perannya
seperti yang diajarkan Tante Maria kepadaku. Entah karena nafsuku yang
menggebu sehingga aku tidak jijik untuk menjilati semua bagian analnya.
Sementara tubuh Vera menegang dan Vera menjambak rambutku, ia seperti
menahan kekuatan dasyat yang melingkupinya. Ketika sedang asyik
kurasakan tubuh Vera, tiba-tiba pintu depan berderit terbuka. Spontan
kami berdua mengalihkan pandangan ke kamar tamu, dan Tante Maria sudah
berdiri di depan pintu. Aku agak kaget tetapi matanya terbelalak
melihat kami berdua berbugil. Dijatuhkannya barang bawaannya dan tanpa
basa-basi ia membuka semua baju yang dikenakannya, lalu menghampiri
Vera yang terbaring disofa. Diciuminya bibirnya, lalu dijilatinya leher
Vera secara membabi buta, dan tanggannya yang satu mencoba meraihku.
Aku tahu maksud Tante Maria, kudekatkan wajahku kepadanya, tiba-tiba
wajahnya beralih ke wajahku dan bibirnya menciumi bibirku. aku
membalasnya, dan Vera mencoba berdiri kurasakan payudaraku dikulum oleh
lidah Vera. Aku benar-benar merasakan sensasi yang luar biasa kami
bercinta bertiga. Untung waktu itu hujan mulai datang sehingga
lingkungan mulai berubah menjadi dingin, dan keadaan mulai temaram.
Vera kini melampiaskan nafsunya menjarah dan menikmati tubuhku,
sementara aku berciuman dengan Tante Maria. Vera menghisap klitorisku,
aku tak tahu perasaan apa pada saat itu. Setelah mulut Tante Maria
meluncur ke leherku aku berteriak keras seakan tak peduli ada yang
mendengar suaraku. Aku sangat tergetar secara jiwa dan raga oleh
kenikmatan sensasi saat itu. Kini giliranku yang dibaringkan di sofa,
dan Vera masih meng-oral klitorisku, sementara Tante Maria
memutar-mutarkan lidahnya di payudaraku. Akupun menjilati payudara
Tante Maria yang sedikit kusut di makan usia, kurasakan lidah-lidah
mereka mulai menuruni tubuhku. Lidah Vera menjelejah pahaku dan lidah
Tante Maria mulai menjelajah bagian sensitifku. Pahaku dibuka lebar
oleh Vera, sementara Tante Maria mengulangi apa yang telah dilakukan
Vera tadi, dan kini Vera berdiri dan kulihat ia menikmati tubuh Tante
Maria. Dijilatinya punggung Tante Maria yang menindihku dengan posisi
69, dan Vera menelusuri tubuh Tante Maria. Tetapi kemudian ia menatapku
dan dalam keadaan setengah terbuai oleh kenikmatan lidah Tante Maria.
Vera menciumi bibirku dan aku membalasnya juga, hingga tak terasa kami
berjatuhan dilantai yang dingin. Aku sangat lelah sekali dikeroyok oleh
mereka berdua, sehingga aku mulai pasif. Tetapi mereka masih sangat
agresif sekali, seperti tidak kehabisan akal Vera mengangkatku dan
mendudukan tubuhku di kedua pahanya, aku hanya pasrah. Sementara dari
belakang Tante Maria menciumi leherku yang berkeringat, dan Vera dalam
posisi berhadapan denganku, ia menikmatiku, menjilati leherku, dan
mengulum payudaraku. Sementara tangan mereka berdua menggerayangi
seluruh tubuhku, sedangkan tanganku kulingkarkan kebelakang untuk
menjangkau rambut Tante Maria yang menciumi tengkuk dan seluruh
punggungku. Entah berapa banyak rintihan dan erangan yang keluar dari
mulutku, tetapi seakan mereka makin buas melahap diriku. Akhirnya aku
menyerah kalah aku tak kuat lagi menahan segalanya aku jatuh tertidur,
tetapi sebelum aku jatuh tertidur kudengar lirih mereka masih saling
menghamburkan gairahnya. Saat aku terbangun adalah ketika kudengar
dentang bel jam berbunyi dua kali, ternyata sudah jam dua malam hari.
Masih kurasakan dinginnya lantai dan hangatnya kedua tubuh wanita yang
tertidur disampingku. Aku mencoba untuk duduk, kulihat sekelilingku
sangat gelap karena tidak ada yang menyalakan lampu, dan kucoba berdiri
untuk menyalakan semua lampu. Kulihat baju berserakan dimana-mana, dan
tubuh telanjang dua wanita masih terbuai lemas dan tak berdaya.
Kuambilkan selimut untuk mereka berdua dan aku sendiri melanjutkan
tidurku di lantai bersama mereka. Kulihat wajah cantik Vera, dan wajah
anggun Tante Maria, dan aku peluk mereka berdua hingga sinar matahari
datang menyelinap di kamar itu. Pagi datang dan aku harus kembali pergi
kuliah, tetapi ketika mandi seseorang mengetuk pintu kamar mandi dan
ketika kubuka ternyata Vera dan Tante Maria. Mereka masuk dan di dalam
kamar mandi kami melakukan lagi pesta seks ala lesbi. Kini Vera yang
dijadikan pusat eksplotasi, seperti biasanya Tante Maria menggarap dari
belakang dan aku menggarap Vera dari depan. Semua dilakukan dalam
posisi berdiri. Tubuh Vera yang tinggi semampai membuat aku tak
lama-lama untuk berciuman dengannya aku lebih memfokuskan untuk melahap
buah dadanya yang besar itu. Sementara tangan Tante Maria
membelai-belai daerah sensitif Vera. Dan tanganku menikmati lekuk tubuh
Vera yang memang sangat aduhai. Percintaan kami dikamar mandi
dilanjutkan di ranjang suami Tante Maria yang memang berukuran besar,
sehingga kami bertiga bebas untuk berguling, dan melakukan semua
kepuasan yang ingin kami rengkuh. Hingga pada hari itu aku benar-benar
membolos masuk kuliah. Hari-hari berlalu dan kami bertiga melakukan
secara berganti-ganti. Ketika Vera belum bertugas aku lebih banyak
bercinta dengan Vera, tetapi setelah seminggu Vera kembali bertugas ada
ketakutan kehilangan akan dia. Mungkin aku sudah jatuh cinta dengan
Vera, dan ia pun merasa begitu. Malam sebelum Vera bertugas aku dan
Vera menyewa kamar hotel berbintang dan kami melampiaskan perasaan kami
dan benar-benar tanpa nafsu. Aku dan Vera telah menjadi kekasih sesama
jenis. Malam itu seperti malam pertama bagiku dan bagi Vera, tanpa ada
gangguan dari Tante Maria. Kami bercinta seperti perkelahian macan
yang lapar akan kasih sayang, dan setelah malam itu Vera bertugas di
perusahaan maskapai penerbangannya ke bangkok. Entah mengapa
kepergiannya ke bandara sempat membuatku menitikan air mata, dan
mungkin aku telah menjadi lesbian. Karena Vera membuat hatiku dipenuhi
kerinduan akan dirinya, dan aku masih menunggu Vera di kos Tante Maria.
Walaupun aku selalu menolak untuk bercinta dengan Tante Maria, tetapi
saat pembayaran kos, Tante Maria tak ingin dibayar dengan uang tetapi
dengan kehangatan tubuhku di ranjang. Sehingga setiap satu bulan sekali
aku melayaninya dengan senang hati walaupun kini aku mulai melirik
wanita lainnya, dan untuk pengalamanku selanjutnya kuceritakan dalam
kesempatan yang lain.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a8.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/216887_202884649734440_202163969806508_600816_7500571_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-24666258742065555092012-01-17T00:40:00.001-08:002012-01-17T00:40:21.478-08:00wanita desaKisah ini merupakan pengalaman pertamaku bermain cinta dengan wanita
selain istri, peritstiwa itu sendiri terjadi kira-kira 3 bulan yang
lalu disuatu daerah di Jawa Tengah, diawali dari adanya tugas kantor
yang mengharuskan aku untuk melakukan suatu training untuk beberapa
cabang di daerah. Saat itu menginap di hotel kota S dan kadang tidur
dikantor/unit yang ada di desa.<br />
Kejadian ini bermula secara tidak
sengaja waktu aku nginap di desa A, yaitu paginya hari Sabtu yang
ternyata merupakan hari pasaran untuk desa A sehingga aku tidak
melepaskan kesempatan untuk melihat keramaian di pasar…begitu asiknya
memperhatikan barang dagangan yang ada tanpa sengaja menabrak ibu yang
belanja, sehingga semuanya tumpah termasuk gelas yang baru
dibelinya…..karena merasa bersalah maka saya memaksa untuk mengganti
gelas tersebut, nama ibu itu sebut saja Ibu Mirna dengan usia kira2 41
tahun dan setelah menyebutkan letak rumahnya yaitu di ujung jalan desa
belok ke kiri, saya berkata akan datang sore nanti untuk mengganti
gelas yang pecah. Jam 4 sore setelah mandi, langsung berangkat ke rumah
Ibu Mirna dan ternyata rumah tersebut terletak di ujung jalan yang
cukup sepi, ditemui oleh seorang lali-laki yang berusia kira2 50 Th
yaitu bapak Najib yang ternyata suami Ibu Mirna setelah menjelaskan
maksud kedatangan saya, terjadilah obrolan yang semakin akrab. Setelah
dipanggil keluarlah ibu Mirna membawa minuman dan kue, dan tanpa sengaja
saya memperhatikan dan tergetarlah hati, karena dengan memakai kebaya
yang sedikit ketat dan rambut basah sehabis mandi, terlihat kecantikan
khas wanita desa dengan kulit putih dan bodi yang kencang walau telah
berusia 41 tahun, dan yang membuat mata melotot adalah belahan buah
dadanya yang kelihatan montok sekali.<br />
Tanpa terasa waktu makan
malam telah tiba, dan mereka memaksa saya untuk ikut makan malam,
stelah makan Pak Najib pamit untuk menghadiri pertemuan di desa sebelah
untuk urusan pengairan sawah, dan saya dipersilakan untuk berbincang
dengan ibu. Rumah tersebut sepi karena anak pertama yang sudah kelas 1
SMA sedang camping, anak kedua yang SMP sedang belajar dirumah teman
dan sikecil sedang di rumah Saudara, suatu kebetulan yang tidak
terduga. Sepanjang obrolan mata tidak pernah lepas dari tubuh dan dada
ibu Mirna, dan akhirnya ibu Mirna bertanya, “Dik Amar matanya ngeliat
apasih?”<br />
sambil malu saya berkata jujur bahwa saya kagum akan kecantikannya.<br />
“Orang desa gini kok dikatakan cantik, dikota pasti bayak yang cantik?” kata bu Mirna.<br />
“Iya sih bu…tapi ibu lain, karena walau udah punya anak tiga tapi badan masih bagus, khususnya…….?” Saya berhenti berkomentar.<br />
“Khususnya apa dik?” desaknya.<br />
“Maaf bu…itu tetek ibu besar dan masih kencang?”<br />
Ibu Mirna terlihat malu sambil berusaha menutup dengan tangannya…..dan akhirnya pembicaraan mengarah ke hal yang berbau porno.<br />
“Oh ya dik Amar punya anak berapa dan istri usia berapa?” tanya bu Mirna.<br />
“Satu usia 2 tahun, dan istri usia 27 tahun saya sendiri 29 tahun?” jawab saya.<br />
“Wah sedang panas-panasnya dong?” lanjutnya.<br />
“Panas
apanya bu?” saya berusaha memancing pembicaraan ke arah yang lebih
hot, karena saya merasa horny dan bagaimana caranya bisa merasakan
bersetubuh dengan wanita setengah baya.<br />
“Ah dik Amar berlagak nggak tau…..?” kata bu Mirna sambil tersipu.<br />
“Ibu juga kelihatan segar, pasti kebutuhan itunya juga hot?” pancing saya terus.<br />
Tapi ibu Mirna malah kelihatan sedih….sehingga saya bertanya, “kok jadi kelihatan sedih bu?”.<br />
Akhirnya
bu Mirna cerita bahwa kebutuhan bathinnya sejak dua tahun ini jarang
terpenuhi, yaitu sejak suaminya jatuh dari pohon kelapa, kejantanan
suaminya jarang sekali bisa maksimal.<br />
“Maaf bu…..padahal menurut saya orang seusia ibu pasti sedang puber kedua?”<br />
“Yah memang begitu dik…..tapi harus ibu tahan?”<br />
“Gimana caranya?” lanjut saya<br />
“Ya dengan mencari kesibukan di ladang…..sehingga malamnya capek terus tertidur?” Lanjutnya.<br />
“Wah
kalo saya bisa pusing….karena saat ini baru pisah 4 hari dengan istri
saya juga udah gak tahan ????” kata saya sambil bergeser duduk
mendekat.<br />
“Dik Amar sih gampang, kan di hotel pasti juga nyediain?” katanya.<br />
“Dik Amar kok gak dengerin sih….” kata bu Mirna sambil menepuk paha saya.<br />
Tangan
bu Mirna saya pegang…sambil berkata, “abis ada pemandangan yang lebih
bagus”, sambil mata terus memandang ke belahan dadanya.<br />
“Ah nakal dik Amar ini?” kata bu Mirna.<br />
Akan tetapi tangannya tatap saya pegang sambil saya remas, karena diam saja berarti kesempatan nih.<br />
Terus tangan saya beralih kepahanya….<br />
“jangan dik?” kata bu Mirna tanpa berusaha menolak.<br />
Dan
akhirnya saya beranikan untuk menciumnya, bu Mirna mundurkan kepalanya
berusaha menolak… tetapi setelah saya pegang kedua tangannya sambil
menatap, akhirnya bu Mirna memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit
terbuka. Langsung saya cium bibirnya perlahan…dan lama kelamaan ibu
Mirna memberikan respon dengan membalas ciuman saya.<br />
Tangan saya
langsung tidak bisa diam membiarkan tetek yang begitu menggairahkan,
perlahan saya pegang teteknya..sambil sedikit meremas….<br />
“ah..ah jangan dik” tapi tangan bu Mirna malah menekankan tangan saya ke teteknya.<br />
Ciuman
saya terus turun ke lehernya sambil berusaha memasukkan tangan ke
belahan dadanya, bu Mirna semakin mendesah? “ah…uh…ah terus dik, enak?”
kata bu Mirna.<br />
Saya semakin bernafsu…sehingga kancing baju bu Mirna langsung saya lepas? “jangan dik…ntar keterusan?” kata bu Mirna.<br />
“Oh bu…saya udah gak bisa nahan bu, tolonglah? kita sama-sama butuhkan bu?” kata saya.<br />
Akhirnya
bu Mirna menyerah..membiarkan mulut saya menyedot putting susunya yang
semakin menegang…… “ah…ah….ahhhh dik nikmat dik, terus dik?” desahnya.<br />
Sementara tangan kanan meremas susu sebelah kanan, mulut terus menjilat dan menyedot yang sebelah kiri…..<br />
“ahhhhh…uhhh…..ahhhhh dik udah dik? ibu nggak tahan”.<br />
Tapi
tangan bu Mirna malah mengandeng tangan saya ke arah pahanya, yang
entah kapan kebayanya udah disingkapkan…..tangan saya langsung ke
gundukan memeknya yang masih tertutp cd, dan terasa jembutnya keluar
dari samping cdnya.<br />
Tangan saya terus menggosok-gosok memek bu Mirna……..<br />
“ah…ahhhh…ahhhh dik terus dik terus…enak banget?” desahnya dengan logat jawa yang kental.<br />
Akhir
dengan seijin bu Mirna…..cd itu saya pelorotin, sehingga terpampanglah
memek bu Mirna yang menggunung dan empuk tersebut, dengan bernafsu
langsung saya gesek memek tersebut…sambil berusaha menemukan itilnya,
tersedengar ibu Mirna semakin mendesah tidak karuan…..<br />
“dik ahhhh enaaaaak dik…enaaaaaakkkkk banget”.<br />
Dan
ciuman saya terus bergerak turun…..akhirnya terciumlah bau khas memek
wanita, yang membuat saya semakin bernafsu, dan langsung saya jilat
memek yang kemerah-merahan tersebut.<br />
“ahhh berhenti dik…jangannnnn?” kata bu Mirna setelah tahu saya telah menjilat memeknya……<br />
saya berhenti dan bertanya, “kenapa harus berhenti bu?”.<br />
“Jangan dijilat dik memek ibu….jijik dan jorok” kata bu Mirna.<br />
“Emang bapak dulu ndak pernah jilatin memek ibu?” kata saya.<br />
“Ndak…?” kata bu Mirna.<br />
“Wah rugi bu?” kataku sambil terus meremas tetek dan menusukkan jari tengah saya ke lubang memek.<br />
“Rugi kenapa dik?” tanya bu Mirna.<br />
“Rasnya
nggak kalah sama ngentotin memek ibu….dan juga bikin tambah nafsu”
kata saya sambil langsung menjilat memek bu Mirna…..setelah menjilat
bibir memek langsung lidah saya masuk mengelitik lubang memek yang
semakin basah oleh lender kenikmatan…….lidah terus kuputar dirongga
memek sehingga menambah kenikmatan….<br />
“ahhh…ahhhhhh dik…….uhhhhh….ahhhhh…nikmat banget dik? terus dik…terus..jilatin memek ibu….ya disitu dik…terus ….terus…..”<br />
Saat
itil bu Mirna aku jilatin dan aku sedot…….
“ahhhhh…ahhhhhh….uhhhh…..uuuuuhhhhh dik Irfaaannnnnn ibu mau
keluar…ahhhhhhhhh dikkkkkkkkkkk ibu keluar….”<br />
kepala saya langsung
ditekan kememek bu Mirna dengan keras…..dan terasa dilidah lendir
hasil dari orgasme ibu Mirna. Ibu Mirna memejamkan mata merasakan
kenikmatan yang baru didapatnya…….sambil berkata, “benar dik Amar
ternyata memek kalo dijiliat dan disedot rasanya nikmat banget…..”<br />
Tiba-tiba
ada suara orang datang dari halaman rumah, dan tergesa-gesa kami
merapikan baju…….sedangkan cd bu Mirna langsung diumpetin kekolong
kursi,….ternyata anak bu Mirna yang kedua pulang dari tempat
belajarnya.<br />
Setelah anaknya masuk…..langsung bu Mirna ngomel kenapa kok anaknya pulang cepat nggak sperti biasanya ?<br />
“Ibu belum puas ya…?” Goda saya.<br />
Ibu
tersipu sambil berkata…….”iya sih abis sudah lama ibu tidak merasakan
hal seperti ini……..apalagi memek ibu pengin dientot pakai kontol dik
Amar biar sama2 bisa puas…kan dik Amar belum keluar?” kata bu Mirna.<br />
“Iya
sih bu….nanggung rasanya kontolku ini? tapi udahlah bu…karena malam
ini saya harus ke kota nginep di hotel, dan lagian anak ibu juga sudah
pulang. Tapi yang jelas saya senang bisa memuaskan hasrat ibu…..”
sambil tangan saya meremas buah dadanya.<br />
“Ahhhh..dik Amar, tapi
rasanya tidak adil kalo Cuma ibu yang mendapat kepuasan…..kalo gitu ibu
besok ke kota dan mampir ke hotel boleh nggak dik?” kata bu Mirna.<br />
“Boleh…boleh bu? tapi benar ya bu….iya besok jam 10 pagi” kata bu Mirna sambil tersenyum.<br />
Jam 10 pagi, pintu kamar hotel diketuk orang dan ternyata bu Mirna menepati janji datang, langsung saya peluk dan saya cium…..<br />
“ah dik Amar kok gak sabaran sih?” kata bu Mirna.<br />
Saya
nggak peduli…langsung saya lucuti semua pakaian yang dikenakan ibu
Mirna, hingga terpampang tubuh telanjang yang begitu menggairahkan,
kubimbing ibu Mirna ke ranjang dang langsung saya emut dan saya remas
buah dada yang begitu montok dan empuk tersebut?<br />
“aaaaaaahhhhhhhh
dik……..dilepas dong bajunya” kata bu Mirna sambil tanggannya melepas
baju yang saya kenakan, sekarang kami sama2 telanjang.<br />
Kembali
saya cium bibir bu Mirna…terus turun kesemua lekuk tubuhnya..
“ahhhhh….uhhhhh…hisap tetek ibu ……hisap?” mulutku langsung pindah ke
susu bu Mirna….sambil tangan menggesek-gesek memek yang terasa kenyal
dan hangat, “ahhhhh…..uhhhhhh…..dik……nikmat ……dik…..ib….uuu sudah lama
nggak merasakan ngentot…terus…..teruuuuuusssss dik?”.<br />
Ciuman saya
terus turun ke perut dan akhirnya sampai ke gundukan memek yang begitu
merangsang…..langsung saya jilat….dan saya sedot itil bu Mirna, sambil
menggeser posisi ke 69, dan bu Mirna pun tanpa diminta langsung
menngemut kontol saya…..<br />
“uhhhhh nikmat sekali buuuuu?” kontol
saya terus diemut keluar masuk mulut bu Mirna sambil dipijat…..
“uhhhhh….ahhhhhhh….enak sekali buuuuu”, saya juga tidak mau kalah,
langsung saya putar lidah saya di memek bu Mirna……sambil tangan saya
sedikit menusuk-nusuk anusnya.<br />
“aduhhhhhh dik….apalagi
ini……enaaaaaak banget dik….. ahhhhhhhh……. ahhhhhhhhhh”, tiba2 ibu Mirna
mengejang dan terasalah cairan yang keluar membasahi bibir, yang
langsung aku sedot hingga habis.<br />
Aku biarkan bu Mirna istirahat
sejenak…sambil terus memainkan putting susunya yang masih
menegang……setelah beberapa saat, mulai saya hujami tubuh bu Mirna
dengan ciuman sehingga ibu Mirna kembali memberikan reaksi yang lebih
panas……..<br />
“ahhhhhh….uuuhhhhhhh….dik, ayo dik entotin memek
ibu…..ibu sudah kangen dientot…..ahhhhhhhhh”, sayapun memutar tubuh bu
Mirna untuk mengambil posisi doggy, hingga tampaklah gundukan memek ibu
Mirna yang menantang, dengan perlahan kumasukkan batang penisku secara
perlahan…karena terdengar ibu Mirna menjerit seraya berkata<br />
“perlahan
dik….. memek ibu sudah lama gak dientot……” perlahan aku masuk dan
keluarkan kontol….hingga akhirnya semuanya amblas ke dalam memek bu
Mirna ……dan reaksi bu Mirna sungguh diluar perkiraan karena dengan
goyangan pantatnya yang besar…kontol saya terasa ditarik dan dipijit
dengan nikmatnya…..<br />
“ahhhhhh….uuuuuuuhhhhhhhh…buuuuu…ueenna aaak sekali memek ibu?”<br />
Dan
saya pun tak mau kalah dengan mengambil strategi 3:1, tiga kali
tusukan setangah ****** dan sekali tussukan ****** hingga amblas ke
memek bu Mirna…… sepuluh menit kemudian desahan bu Mirna semakin
keras…..<br />
“ahhhhhhh dik…memek ibu enak banget…..uhhhhhh ****** adik enaakk banget……uhhhh..ahhhhhh.uuuuuuuuu..ahhhhhh”<br />
“Terus
dik…memek ibu udah nggak kuat…….dik…..dik …dik Amar……ibu
kekkeeluaaaarrrrrr…..ahhhhhhhhhh”, desahan bu Mirna semakin panjang
seiring keluarnya lendir kenikmatan.<br />
Setelah istirahat sejenak…bu Mirna langsung mengurut penis dan mengemutnya dengan lincah sekali.<br />
“ahhhhh bu……uuuhhhhhh nikmat sekali bu?” desah saya.<br />
kemudian
bu Mirna berhenti sambil berkata “dik Amar sesuai janji ibu
semalem….maka hari ini ibu akan memberikan kenimatan yang tidak
terlupakan bagi ****** dik Amar?”.<br />
Ibu Mirna langsung mengambil
posisi di atas…setelah mengurut kontolku beberapa saat….bu Mirna
langsung ngangkang dengan membimbing kontolku untuk memasuki lubang
memeknya……..terasa sekali perbedaan dengan entotan yang pertama tadi,
kali ini memek bu Mirna terasa lebih seret dan terasa lebih hangat.<br />
“oooooohhhhhh……ahhhhhh……uhhhhhhhh
bu enankkkkkk sekali memeeeeek ibu……..ohhhhhh kontol saya ibu
apain…..uuhhhhhh nikmat banget bu?”.<br />
Ibu Mirna hanya menjawab dengan desahan nafsnya……<br />
“ahhhhhhh…….uuuuuuhhhhhh
dik…memek ibu juga nikmat sekali…….”, pantat bu Mirna masih terus
bergoyang dengan sekali-kali diangkat, sehinggga membuat kontolku
terasa sangat nikmat…..melebihi yang aku rasakan dengan istri.<br />
“ooooooohhhhhhhh…..uuuuuuhhhhhh
ennnnnaaakkkk sekali bu………”, nggak percuma aku menginginkan entot
dengan wanita berumur 35-42 tahunan karena memang berbeda permainan sex
mereka, mungkin karena lebih berpengalaman…seperti bu Mirna yang
memeknya terasa sekali empotannnya kataku dalam hati.<br />
“Ahhhhhhhh…..uuuhhhhhhhhhibu aku udah gak tahan”<br />
“sebentar
dik Amar, bareng sama ibu…”, kata bu Mirna sambil terus menggoyang
pantat dan menaikkan turunkan sambil mendesah…. “ahhhhh…..dikkkk
..uuuuuuuhhhhh ibu enaaak sekali….ahhhhhh dik ibu juga mau keluar……..”.<br />
“ya bu aku juga…….ahhhhhhhhh………”,<br />
Ibu Mirna mengejang dan terasa lendir membahasi memeknya.<br />
“terus
goyang…bu ….terus ….nikmat buuuuuuuu…ahhhhhhhhhhhhh”, aku
menyemprotkan pejuhku kedalam memek bu Mirna secara kuat, akhirnya kami
tertidur, hingga jam 12 siang kami makan dan terus melanjutkan ke babak
kedua.<br />
Karena waktu tugas di kota S tinggal 3 hari, maka dua
hari kemudian kami janjian untuk mengulangi kenikmatan seperti kemarin,
itulah pengalaman saya yang pertama dan mungkin yang terakhir, karena
saat ini saya sudah tidak bekerja di tempat yang lama, saya sendiri
tidak menyangka akan mendapat sensasi kenikmatan yang luar biasa dengan
mengentot wanita usia 35 – 42 tahunan, sehingga penis saya yang normal
ukuran orang Indonesia hingga saat ini masih menginginkan hal tersebut
terulang, tapi karena tempat bu Mirna yang jauh dan untuk jajan
rasanya takut, terpaksalah melakukan onani apabila melihat wanita
setengah baya yang menggairahkan.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a2.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/216635_203312369691668_202163969806508_603480_7340938_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-14629531292646491422012-01-17T00:39:00.001-08:002012-01-17T00:39:27.879-08:00ABG tetanggaCerita seks ketika aku bertemu dengan seorang abg cantik yang saat
itu menjadi tetanggaku. Saya Andri, 32 Tahun , kisah saya ini berawal
sekitar tahun 2004 ketika saya memutuskan untuk pindah dari mess kantor
saya, dan mencari rumah kontrakan di daerah sekitar rumah om saya, di
Jaksel, dari iklan koran pos kota akhirnya saya dapatkan rumah kontrakan
dipinggir tol, sepanjang Jl. TBS. daerah ini masih berupa kampung yang
masyarakatnya masih sering kumpul-kumpul dan masih saling mengenal
satu sama lain, antara pendatang dan penduduk asli sangat akrab,
suasananya jauh beda dengan suasana di pedesaan di daerah asal saya,
beruntung sekali saya dapat rumah kontrakan di Jakarta dengan suasana
seperti ini.<br />
Begitu mulai tinggal disana ( pada waktu itu saya
masih bujangan ), saya mulai berkunjung memperkenalkan diri ke
tetangga-tetangga rumah saya , sebelumnya lapor bapak ketua RT terlebih
dahulu yang kebetulan pas di depan rumah kontrakan saya. Tetangga kiri
saya, tinggal keluarga yang lumayan besar, terdiri dari 2 anak laki2
dan 3 anak perempuan ( sebenarnya perempuan ada 2 lagi tapi sudah
berumah tangga dan ikut suami mereka), Pak Edi saya menyebutnya,
seorang pesiunan PNS asli warga kampung sini, beristrikan dengan bu
Esty asli Kalimantan masih ada keturunan d****k yang terkenal putih,
dan cantik. Begitu pula dengan tiga anak perempuannya yang tersisa
mewarisi kecantikan dari ibu mereka. Tiga cewek tetanggaku ini pada
usia yang mulai mekar dan segar yaitu , pertama Dea, sangat cantik,
paling cantik diantara adik2nya, tubuhnya kecil langsing 160/42 , putih
, 17 tahun jalan Kelas 3 SMA, kedua Emi , kelas 1 SMA , wajahnya manis
menyenangkan, 160/45, lebih berisi, putih, agak tomboy, rambut
pendek,dan agak cuek, ketiga Mella baru kelas 2 SMP , 160/42 Body
paling bagus diantara kakaknya, putih rambut panjang ikal, sangat murah
senyum. Kisah ini saya fokuskan ke Dea, yang tertua dari 3 gadis ABG
tetangga kiri rumahku itu, dirumah Dea berpakaian apa adanya, pakaian
rumahanlah, kadang kaos , tank top , daster, celana pendek , seperti
ABG jaman sekarang, sehingga kadang memperlihatkan putih mulus kulitnya
, dari kaki sampai paha yang kecil , putih mulus, dengan sedikit
bulu-bulu halus di setiap jengkal kulit kakinya dan tangannya, bulu2
ini yang membuat saya selalu mengkhayal dan penasaran ingin tahu lebih
dalam isi dibalik bajunya, klo berangkat sekolah pagi selalu lewat
depan rumah dan sengaja aku tunggu sambil pura2 bersihin motor atau
nyapu, atau lain-lain ( namanya bujangan semua dilakukan sendiri ), dan
Dea selalu tersenyum menyapa, hanya sebatas itu saja karena kami belum
pernah resmi berkenalan. Pada suatu waktu, seperti biasa ketika
berangkat sekolah lewat depan rumahku, tiba-tiba Dea datang
menghampiriku, suatu kejadian yang diluar kebiasaan, hatiku mulai dag
dig dug ada apa gerangan ini, sepertinya Dea juga berjalan ke arahku
dengan agak ragu-ragu, “hai mas lagi ngapain ?” tanyanya , “ lagi
manasin motor” jawabku, aduh wajah cantik ini sekarang bener-bener bisa
kunikmati dari dekat “ maaf mas, boleh Dea mintolong mas Andri “
katanya masih dengan nada ragu-ragu, “ mas Andri ada computer dirumah”
lanjutnya , “ada” , jawabku, “I saya dapat tugas dari sekolah mas,
boleh pinjam Komputer , untuk ngetik laporan, klo ke rental waktunya
sedikit, dan ga boleh bapak klo pulang malam” celotehnya, weesss
kesempatan nih, naluri buayaku mulai terusik, “ Ooo gitu boleh dik Dea ,
ntar malam ya, tunggu saya dari kantor ya paling abis magrib aku sudah
datang” jawabku , “klo mo pake internet juga boleh” lanjutku, “bener
mas!! Kebetulan saya juga harus cari data di internet mas” katanya, “ya
udah ntar malam , ya , klo saya dah pulang maen aja kesini “ kemudian
setelah pamit dia kembali jalan membelakangiku, oooo .. memang dea
gadis cantik, terus kuperhatikan , keliahatan lehernya kecil putih dan
jenjang dan rambut halus, seharian di kantor aku membayangkan wajah
cantik Dea, dan apa yang ntar malam terjadi, sambil menyusun rencana
busuk. Akhirnya jam 18.30 saya sampai dirumah dan langsung mandi,
sekitar jam 19.00 bel rumah berbunyi, hehehe ini saat yang
ditunggu-tunggu, saya lansung keluar membuka pagar, anjriiiiiiiit
ternyata betul si Dea , cantik banget, pakai span jean mini , dan baju
merah muda dengan lengan pendek, kulitnya yang putih mulus dihiasi
dengan rambut haluss, suatu pemandangan yang luar biasa mempesona. “
malam mas” sapanya , “malam dik dea” balasku, “ sendirian aja, emi ma
mella kemana ?” tanyaku, “ ada mas dirumah lagi belajar juga” jawabnya,
“ oo gitu, ayo masuk, jangan sungkan-sungkan, laptopnya sudah mas
nyalahin kok” kataku mempersilahkan. Kemudian Dea langsung menuju
laptopku yang sudah aku nyalain. Aku segera ke dalem ambil minuman dan
makanan kecil yang sudah aku siapin kebetulan aku tadi sempat mampir di
mini market, tidak lupa aku tuangkan sebungkus bubuk perangsang yang
beberapa hari kemarin aku pesen lewat toko sex online dr Surabaya 75
rb. 4 bungkus, “ kok repot2 mas”katanya, “ga kebetulan ada kok” jawabku
, “ dilanjut ya dik, saya nonton TV “ kataku , aku langsung nyalahin
TV dan nonton ga jauh dari dia, sambil nonton sekali-sekali aku lirik
dia, sambil kepalaku geleng2, “ hm, emang cantik cewek ini, pahanya
mulus bener, dalemannya gimana ya” kata bathinku, aku terus nonton TV
dan sempat kuliat dia minum jus jambu yang telah kusediakan, ntar lagi
kena nih. Sekitar 10 menit kemudian “mas!” “ ya Dea ada apa?” jawabku, “
boleh buka internet?” tanyanya, “ silakan aja , tau caranya kan”
jawabku , “ya mas” jawabnya. Kebetulan komputerku sudah aku set ,
begitu masuk internet explorer langsung masuk web site xxx ( forum
tetangga) yang isinya foto2 bugil dan cerita seru juga, aku lirik dia
ternyata dia masih buka situ situ ga browsing yang lain, kulihat
mukanya sudah bersemu merah, mungkin obat perangsang yang aku berikan
juga sudah mulai bekerja. “mas “ tiba2 dia memanggil, “ ada apa dea “
aku lansung berdiri dan mendekatinya.” Cara buka ini gimana?” katanya,
rupanya dia mo buka cerita seru yang judulnya” bercinta dengan ABG “ ,
padahal klo mo niat buka tinggal klik ..aja ga usah panggil aku, hmmm.
pasti dah horny nih anak, kemudian aku langsung pegang mouse sementara
tangannya masih diatasnya, sambil kugenggam tangannya, dia diam aja,
tercium wangi rambutnya, dan paha atasnya terlihat putih mulus karena
aku sambil jongkok dibelakangnya, tinggal klik aja dik kataku sambil
mengarahkan kursor, “rambutmu wangi sekali dik “ kataku ga sadar “ ah
mas bisa aja “ jawabnya. “ mas sering liat gambar dan cerita seperti
ini ya” tanya , “ iya dik, mas kan masih sendiri, kesepian tiap malam,
jadi ya buat hiburan aja” , “ memang mas belum pernah melakukan”
tanyanya, waaah anak ini tanyanya sudah mulai menjurus K***lku kurasa
tambah besar. “ ya pernah sih dulu ma pacar, tapi sekarang dah putus”
jawabku, “ mang sampai ngapain aja, ML juga kah”tanyanya. “ iyalah “
jawabku, “dik dea sudah punya pacar?” tanyaku, “sudah mas, teman satu
sekolah ” jawabnya, “ dah ngapain aja” tanyaku, “ cium-cium biasa aja
mas, trus pacarku meremas tetekku, itu aja “ jawabnya , “ enak ga? “
tanyaku “ enak juga mas” jawanya, “belum pernah lebih, kayak pegang
k****l atau punyamu diisep “ tanyaku , “belum mas, emang enak
gitu”katanya, “ ya enaklah mo coba?” tanyaku iseng, dia tersenyum dan
kemudian diam aja, wah aku bingung nih apa maksud senyumnya mau apa
tidak ya, kulihat nafasnya aga memburu, dan duduknya gelisah sambil
matanya tetap menatap laptopku, setelah diam sejenak aku yang masih
berada dibelakangnya memberanikan diri , menciumi rambutnya, dia diam
saja, truss kea rah tengkuknya , Dea tetep diam aja, nafasnya tambah
memburu dan k*****lku sudah semakin besar, aku coba tempelkan burungku
di punngungnya sambil terus mencium rambut dan tengkuknya. “dik” kamu
cantik sekali, bolehkah mas menciumu, mas dah ga tahan” bisikku di deket
telinganya, dia diam aja terus tanganku segera turun meraba pahanya
yang putih mulus dan berbulu, kuraba-raba terus , akhirnya dia ga tahan
dan membalikkan badan segera mencium bibirku, “ mas aku juga pingin”
katanya, terus kami berciuman bibir sampai lidah…lama sekali sambil
tanganku meraba pahanya dan punggungnya, teteknya yang kecil terasa
menempel di di dadaku begitu pula K*****lku menempel di perutnya. “ dik
pindah ke sofa yuk” bisikku , tanpa menunggu jawaban kutuntun dia ke
sofa sambil terus berciuman, gila… enak sekali ABG ini, ciumannya sudah
professional banget, dudukkan di sofa dan kemudian kubaringkan,
tanganku sudah mulai bergerilya dia atas dadanya yang masih tertutup
bajunya, “ sayang dibuka dikit ya bajunya” bisikku, dia diam saja,
berarti ya nih, sambil terus berciuman, tanganku membuka baju atasnya
sekaligus kait bh, kumasukkan tanganku ke teteknya dan kuremas
pelan-pelan , dia menggelinjang menahan kenikmatan, kubuka sedikit
lagi, dan terlihat bukit kecil yang sangat indah, tetek putih, dengan
punting yang merah jambu , masih sangat kenyal sekali, tanpa kusadari
tangannya telah mengelus-elus K*****lku , aku semakin semangat mengulum
bibir daan lidahnya terus aku geser ke lehernya, leher jenjang yang
putih, kukecup berkali-kali, dia mulai bersuara “ oooh…oooh..geli
mas…enakk” aku tak perduli langsung aku pindah ke dadanya , kukulum
putingnya dan kupijat-pijat sekitar putingnya dengan lidahku , nafasnya
semakin memburu, dan tangannya mulai membuka kancing celanaku.
Akhirnya tersembulah batang torpedoku yang besar, dia terus
mengelus-elus dengan tangannya yang kecil mungil, kubuka seluruh baju
atasnya sehingga dia Topless, badannya bagus sekali, putih kecil ,
tangannya yang kecil panjang ditumbuhi rambut halus, terus ku kulum dan
kupijat teteknya kanan dan kiri bergantian, kepalanya semakin
mendongak menahan nikmat, dan tangannya melepas torpedoku dan menjambak
rambutku dan semakin menekan kepalaku kedadanya. “ dik mo isap
Burungku ga” bisikku , “ ga tau caranya mas” jawabnya, “ biasa aja,
anggap saja makan eskrim jilat dan kulum, tapi jangan sampai kena gigi”
kataku, “ kucoba yam as” jawabnya kemudian segera dia melorot,
tanganya yang mungil memegang pangkal torpedoku sambil dipijat,
lidahnya mulai menjilat-jilat kepala torpedoku, “ ooouuuch dik enak
sekali” aku mulai meracau, “ kulum dik “ pintaku dia mulai memasukkan
torpedoku ke mulutnya yang kecil dan merah., hampir tidak muat
torpedoku, dan mulai mengocok, memaju mundurkan kepalanya” enaaaaak dik
..terus…” aku semakin meracau, tangannya masih memijit buah pelirku,
sementara tanganku mencari teteknya dan kuremas pelan-pelan. Setelah
sekitar 10 menit terasa cairan didalam torpedoku sudah mendesak pingin
keluar, dengan kenikmatan yang luar biasa kusemprotkan cairan sperma
itu dimulutnya. “ Uaaaaaaaah …uaaaaaaah.enaaaak dik !!!” Beberapa kali
kusemprot mulutnya, kemudian aku duduk di sofa dengan lemas, dia
memutahkan kembali sperma yang kusemprotkan tadi di asbak , “ enak
sekali dik sedotannmu , kamu cepat belajar” , “iya mas aku juga enaak”,
“ terimah kasih ya dik, mas puas banget hari ini” “ sama-sama mas”
jawabnya , sambil memakai BH dan baju atasnya kembali. “ dik mas boleh
minta lagi kapan2 , mas janji mas akan puaskan adik “ kataku, “ boleh
mas, besok malam saya kesini lagi, tugas jg belum selesai, ya udah mas
dah malem, met ketemu besok” pamitnya. Semalaman saya tidak bisa tidur,
gambaran kejadian tadi terus menari-nari diatas pembaringanku, berutung
sekali aku kontrak rumah disini, bisa mendapatkan gadis ABG secantik
dia, besok malam janji datang lagi, tak sabar aku menantikan malam
berikutnya, pagi menjelang sang surya mulai menampakkan kekuasaannya
terhadap dunia, seperti biasa aku bersiap ke kantor, sambil menunggu
Dea lewat, tidak lama berselang dea sudah kelihatan berjalan, dengan
baju seragam sekolahnya putih abu-abu, seragam putih atas agak ketat
sedangkan rok abu-abu bawahnya panjang, masih keliahatan sangat cantik
dan segar. “pagi mas “ sapanya , “ pagi dik, eh bisa tidur ga semalem”
tanyaku, dia tersenyum “ jam 12.00 baru bisa tidur” jawabnya, “ ntar
malem jadi kesini lagi” tanyaku, “ yam as ngelanjutan tugas kemarin
yang belum kelar” katanya, “ tugas apa tugas.” Candaku, dia tersenyum
dan berlalu dari hadapanku. Kemudian pak edi bapak Dea lewat “ dik
andri terima kasih lo , Dea sudah dibantu ngerjain tugas” katanya, “
iya, pak sama –sama, tidak masalah kapan aja nanti saya bantu, mo
kemana pak” jawabku sekaligus bertanya, “ ini mo bayar tagihan listrik”
katanya, “ooo hati2 pak” kataku, kemudian pak edi segera berlalu. Hari
itu dikantor aku sudah tidak kosentrasi bekerja, membayangkan apa yang
terjadi nanti malam, setelah merapikan meja jam 16.30 aku segera
pulang perjalanan dari kantor kerumah 1 jam, 17.30 dah nyampe rumah dan
segera mandi, terus aku nyalahin laptop, dan nonton TV. Sekitar jam
19.00 bel berbunyi” inilah saat2 yang ditunggu-tunggu “ kata bathinku,
segera ku buka pintu pagar dan kembali aku terpaku., Dea ternyata
berpakaian yang lebih sexy lagi malam ini, dia pake kaos ketat tanpa
lengan merah, dan celana pendek merah pula, sangat kontras dengan warna
kulitnya yang putih mulus, tiap ketemu kayaknya tambah cantik aja
hehehe, “ oee.. kenapa diam mas, aku ga disuruh masuk” katanya
menyadarkan lamunanku, “ ooo iya-iya silahkan masuk, sorry kamu cantik
sekali sih maam ini” kataku setelah melewati aku , kulirik dadanya, wah
kelihatannya dia ga pake BH, sudah persiapan nih, aku juga hanya
berpakaian kaos oblong, dan celana pendek kolor aja. “ langsung aja dik
tugasnya dikerjain, bentar aku ambilin minum” kataku, kali ini udah ga
pake obat perangsang lagi.kulihat dia sudah mulai ngerjain tugasnya,
tidak lama kemudian dia sudah buka internet, aku diam saja sambil
sekali-sekali melirik pahanya yang mulus sambil nonton TV, setelah
beberapa lama sudah ga tahan rasanya segera aku dekati dia, dan kuserbu
bibirnya dengan agak kasar, tapi ternyata responnya sangat positif, dia
juga membalas serbuanku dengan semangat 45 , ternyata dari tadi Dea
juga sudah horny, tanpa piker panjang kulepas kaosnya dan memang benar
Dea memang tidak memakai BH, aku ga peduli kulepas juga kaosku, dan
langsung aku kulum, teteknya, kupijat-pijat dengan lidahku bergantian
“mmmas ouhhh..ouhhh “ dia mulai meracau, tanganku mulai kuselipkan ke
celana pendeknya , dan ku setuh memeknya, ternyata sudah basah dengan
cairan kewanitaannya, terus kumainkan jari tanganku di sekitar memeknya
tanpa membuka celananya, dan dia sendiri melakukan hal yang sama
terhadap torpedoku, di remas-remas torpedoku yang telah membesar , yang
besarnya hampir sama dengan pergelangan tangannya, “ mas besar sekali
punya mas” katanya , “ iya dik , itu yang akan muasin adik nanti”
kataku, sambil terus mengulum putingnya yang sudah sangat mengeras dan
kenyal. Kunikmati keindahan ini sepenuh hatiku, kemudian aku bopong dia
ke sofa, dan kulorot celana pendeknya sekaligus celana dalamnya, wauwww
benar-benar pemandangan yang sangat indah, memeknya kecil, ditumbuhi
rambut yang jarang, anehnya biarpun dig a begitu gemuk , tapi memeknya
menggunung sangat bagus, terlihat hanya belahan dua daging yang
ditempelkan, klitorisnya masih tersembunyi di dalam, paha sampai kakinya
sangat mulus putih, ramping dan bulunya yang bikin aku ga tahan, suatu
keindahan yang alami, langsung aja kukulum kembali teteknya
kuputer-puter dengan lidahku, segera kususuri tubuhnya dengan lidahku,
kujilatin semua dari mulai kening, wajahnya, lehernya, tangannya,
kembali kedada, pelan-pelan turun ke perut kemudian ke pangkal pahanya,
dia mulai meracau “ mmmmas enakk…masss enak..” kuteruskan aktivitasku
pangkal pahanya kujilatin dan kuputer-puter, kemudian kesisi berikutnya
terus turun perlahan sampai ujung kakinya , pindah ke jari kaki satunya
teruss naik lagi ke arah pangkal pahanya, dia semakin meracau, kubuka
liang Vaginanya dan dominasi warna merah muda terlihat didepanku,
segera kujilat dan kusedot belahan vaginanya, Dea semakin menggelinjang
sambil mengangkat-angkat pahanya , kusapu terus lidahku di sekitar
vaginanya, kemudian ku sedot dan kucucup klitorisnya, dia mengangkat
pinggulnya lama dan kedua tangannya menekan kepalaku semakin dalam,
kutusuk-tusuk bagian tengahnya dengan lidah , dia semakin meracau dan
cairan kenikmatan semakin mengalir dari sela-selanya, hmmmmm… nikmati
sekali cairan perawan….” Ouhhhhh ahhhhhh. Ouuuuuh aaahhhh “ hanya itu
yang terdengar dari bibir mungilnya, setelah sekitar 15 menit aku sudah
tidak tahan, kuposisikan badannya di sofa, punggungnya aku ganjal
dengan bantal sofa yang ada, kemudian kuarahkan kepala torpedoku, dia
segera meraih torpedoku dan digesek-gesekkan ke bagian tengah
vaginanya., ouuuuh nikmat mas…. Massukkkkkan mas, kembali dia meracau,
shhettttt aku ga perduli keperawananku mas….yang penting enaaaakkkkk
ouch. Tangannya segera mencengkram pinggiran kursi, dan torpedoku mulai
kutekan perlahan –lahan tarik ulur, agar lubang yang siap ditembus
agak membesar , mengingat memeknya yang kecil dan imut, terus dengan
perlahan-lahan kutarik ulur torpedoku, cairan kewanitaan semakin deras
dan permukaan semakin licin, ini saatnya kulesatkan torpedoku, kutekan
keras torpedoku dengan sekali hentakan, “ ouuuuuuuch..mas sakit”
teriaknya ketika torpedoku sudah masuk di liangnya, sengaja aku lakukan
sekali hentakan biar sakitnya tidak terlalu, “ sabar sayang…. Nanti
juga ga sakit..tahan ya” bisikku, kudiamkan torpedoku beberapa saat,
kemudian perlahan kutarik dan kutekan lagi.. masih sangat peret,
torpedoku terasa diremes-remes , apalagi ketika ku tekan , pinggul Dea
juga ikut menegang dan terangkat, sehingga jepitannya semakin terasa di
torpedoku, terus ku genjot dia.semakin lama semakin cepat “ dia
semakin merintih kenikmatan sekaligus sakit jadi satu, tapi lama-lama
yang bunyi hanya rintihan kenikmatan..” uahhh— ssssssshhhh ……aaaaahhh
ssssshh enak massssssss” itu yang terdengar berkali-kali, kemudian aku
atur dia posisi doggie style …… ouuuuh Dea semakin meracau karena
panetrasi torpedoku semakin dalam sampai mentok… masssss……masssss……. ga
kuat enakkknya mas, setelah doggie 10 menit, kuajak dia main WOT agar
dia bisa mengatur sendiri ritmenya , masih belum mahir tapi rasanya
sangat nikmatttt…. Dia mulai mengenjot….kepalanya terlempar kekanan
kekiri-depan belakang…….” Massss aku dah ga tahannnn jeritnya…. Rupanya
dia akan orgasme duluan sementara aku masih belummm….. “ lepaskan
…dik… ga papa…lepaskan… “ kataku, dea bener-bener sudah ga bisa nahan
dengan jeritan panjang “ massssssssssssssssssss ahhhhhhhhh” akhirnya
dia orgasme dan ambruk tubuhnya didadaku, karena aku belum orgasme maka
kubalik tubunya kembali aku melakukan dengan posisi konvensional,
karena hanya dengan posisi ini aku bisa orgasme,.. aku genjot kembali
torpedoku tanpa ada perlawanan lagi dari dia, kupuaskan sendiri nafsuku
dan dia hanya passsrah baru 5 menit , aku sudah ga bisa menahan cairan
magmaku dan” ahhhhhhhhhhhhh….ahhhhhhhhhhhhh hh….ahhhhhhhhh “ seiring
teriakanku kusemprotkan maniku di dalam vaginanya, setelah itu segera
kusuruh dia bangun dan mencuci vaginanya dengan air dingin, semua yang
terjadi sangat nikmat sekali, ga bisa terlukiskan dengan kata-kata,
setelah berpakaian , “ dik maafkan mas andri , telah mengambil
keperawanannmu” kataku, “ ga papa mas, sama-sama enakkkk kok, aku ga
menyesal kok” katanya tanpa penyesalan, kasihan juga aku sama Dea,
gadis secantik dia..sudah jadi korban nafsu bejat, tapi dia suka.
Setelah bersih –bersih Dea pamit pulang. Sejak kejadian, itu hampir 2
kali seminggu aku bercinta dengan Dea , sampai sekitar setahun, aku
menikah, Dea sendiri melanjutkan petualangan bercintanya, sambil
sesekali aku nminta jatah darinya klo istriku sedang kerja, 2 tahun
kemudian saya pindah rumah, karena sekarang saya sudah memiliki rumah
sendiri di jaktim, sejak itu kontak dengan Dea terputus, dan kabar
terakhir dia sudah menjadi ayam kampus dengan tarif yang tinggi , tentu
tanpa sepengetahuan Orang tuanya<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a5.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/215256_203784226311149_202163969806508_606845_1430065_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-14450726183711382762012-01-17T00:38:00.001-08:002012-01-17T00:38:14.276-08:00pembantuDi tempat aku tinggal ada pembantu baru, lelaki, orangnya sepantaran
aku, tinggi besar, lumayan ganteng, malah terlalu ganteng untuk jadi
pembantu, harusnya jadi cover boy. Namanya Budi. Aku tertarik padanya
karena dia type cowok idaman buatku. Aku kerap kali membayangkan gimana
kalo aku dientot olehnya, memekku dienjot kontolnya yang dari luar
celananya kelihatan menggembung, pertanda kontolnya besar.<br />
Satu
hari, aku tidak kerja sehingga dirumah seharian. Aku cuma pake daster
yang mini tanpa bra, sehingga toketku bergerak2 kalo aku jalan. Kalo
papasan dengan dia, kulihat matanya lekat menatap toketku yang
bergerak2 itu, aku sih gak perduli. Siang itu gak ada siapa2 di tempat
tinggalku. Aku duduk di meja makan membaca koran setelah menyantap makan
siangku. Dia sedang ngepel di ruang makan. Aku sengaja mengangkangkan
pahaku, sehingga dasterku yang mini itu makin tersingkap ke atas dan
pastinya cd ku akan bisa dilihat dengan jelas oleh dia yang sedang
ngepel itu. Aku tau bahwa dia pasti sedang melotot melihat paha dan cdku
walaupun aku tidak melihatnya karena terhalang meja makan, karena dia
tidak selesai2 ngepel lantai di sekitar meja makan itu. Aku kaget juga
karena ternyata dia berani banget. Aku merasa ada rabaan di pahaku.
Paha makin kukangkangkan karena aku tau pasti dia sedang ngelus2
pahaku. Aku jadi menggeliat2 karena rabaannya pada paha bagian dalam,
“Aah”, erangku, karena napsuku mulai naik. “Kenapa Nes, napsu ya”,
katanya. Dia memang memanggil semua yang sepantaran dia di tumah itu
dengan namanya. “Tanganmu nakal sih”, kataku terengah. “Abis kamu
nantang duluan sih. Udah tau aku lagi ngepel pake ngangkangin paha
segala”, jawabnya dengan tetap ngelus2 pahaku, elusannya makin lama
makin naik ke atas. Kini tangannya mulai meraba dan meremes memekku
dari luar cdku, Aku semakin terangsang karena ulahnya, “Aah Bud, ines
jadi napsu nih”, erangku. “Iya Nes, cd kamu udah basah begini. Kamu
ternyata napsunya besar ya, mau ngentot gak dengan aku”, katanya terus
terang. Aku terdiam mendengar ajakannya yang to the point itu. Aku
yakin kontolnya pasti udah ngaceng berat. Terasa jarinya menyusup
kedalam cdku lewat samping. Memang aku pake cd yang minim sekali
sehingga dia mudah mengakses memekku dari samping cdku. Terasa sekali
jarinya mengorek2 memekku mencari itilku, setelah ketemu langsung saja
dikilik2nya. “Bud…”, erangku. Memekku menjadi makin basah. Aku duduknya
menjadi setengah melorot sehingga dasterku makin terangkat keatas,
membebaskan selangkanganku. Dia makin nakal ulahnya, pahaku makin
dikangkangkannya dan terasa hembusan napasnya yang hangat di pahaku.
Dia mulai menjilati pahaku, dari bawah bergerak perlahan keatas sambil
digigit2nya pelan. Aku menggigil menahan geli saat lidahnya menyelisuri
pahaku. “Bud, kamu pinter banget ngerangsang Ines, udah biasa
ngerangsang cewek ya”, kataku terengah. CD ku yang minim itu dengan
mudah disingkirkan disingkirkan kesamping dan tak lama kemudian terasa
lidahnya menghunjam ke memekku yang sudah sangat basah. Aku hanya
pasrah saja atas perlakuannya, aku hanya bisa mengerang karena
rangsangan pada memekku itu. Lidahnya menyusup ke dalam memekku dan
mulai bergerak keatas. Aku makin mengejang ketika dia mulai menjilati
itilku. “Aah Bud, Ines sudah pengen dientot”, aku mengerang saking
napsunya. Dia menghentikan aksinya, berdiri dan menarikku berdiri juga.
Karena rumah sedang sepi, dia langsung memelukku dan mencium bibirku
dengan napsunya. Lidahnya menerobos bibirku dan mencari lidahku, segera
aku bereaksi yang sama sehingga lidah kami saling membelit didalam
mulutku. Pelukannya makin erat, Terasa ada sesuatu yang mengganjal
diperutku, kontolnya rupanya sudah ngaceng berat seperti dugaanku.
Tangannya mulai bergerak kebawah, meremas pantatku dari luar dasterku,
sedang tangan satunya masih ketat mendekapku. Aku menggelinjang karena
remasan dipantatku dan tekanan kontolnya yang ngaceng itu makin terasa
diperutku. “Aah”, lenguhku sementara bibirku masih terus dikulumnya
dengan penuh napsu juga. Lidahnya kemudian dikeluarkan dari mulutku,
bibirku dijilati kemudian turun ke daguku. Tangannya bergeser dari
pantatku ke arah memekku, “Aah”, kembali aku mengerang ketika jarinya
mulai mengilik memekku dari luar cdku. Lidahnya mengarah ke leherku,
dijilatinya sehingga aku menggeliat2 kegelian. Sementara itu jarinya
sudah menyusup kembali ke dalam cdku lewat samping dan mulai mengelus2
memekku yang sudah sangat basah itu dan kemudian menjadikan itilku
sasaran berikutnya.Digerakkannya jarinya memutar menggesek itilku. Aku
menjadi lemes dan bersender dipelukannya. “Nes kekamarmu aja yuk”,
katanya sambil menyeret tubuhku yang lemes itu kekamarku.<br />
Di
kamar aku didorongnya dengan keras sehingga terbaring diranjang,
sementara dia mengunci pintunya. Korden jendela ditutupnya sehingga
ruangan menjadi agak gelap. Dia segera menghampiriku, cdku ditariknya
sehingga lepas dan dia mulai menggarap memekku lagi. “Nes, jembut kamu
lebat sekali, gak heran napsu kamu gede banget. Dikilik sebentar aja
udah basah begini”, katanya sambil mengangkangkan pahaku lagi. Jembutku
disingkirkannya dan langsung saja mulutnya menyosor memekku lagi. Bibir
memekku diemutnya, lidahnya menyyusup masuk melalui bibir memekku.
Tanpa sadar aku meremes2 rambutnya. Lidahnya mulai menjilati itilku,
perutku mengejang karena menahan kenikmatan rangsangannya. “Aah terus
Bud, enak”, teriakku. Kepalanya kutekan sehingga menempel erat di
memekku. Lidahnya makin seru saja mengilik memek dan itilku. Cairan
memekku diisepnya, itu membuatku makin melayang2. Ketika aku udah
hampir nyampe, dia menghentikan aksinya, “Kenapa brenti”, protesku.
“ines sudah ampir nyampe”. Dia membuka baju dan celannya, sekaligus
dengan cdnya, benar dugaanku. Ternyata kontolnya besar dan panjang,
berdiri tegak karena sudah ngaceng berat. Aku ditariknya bangun
kemudian disuruh menelungkup dipinggir ranjang, saat itu aku masih
memakai daster miniku. Dia memposisikan dirinya dibelakangku,
punggungku didorong sedikit sehingga aku menjadi lebih nungging. Pahaku
digesernya agar lebih membuka.<br />
Aku menggelinjang ketika merasa
ada menggesek2 memekku. Memekku yang sudah sangat licin itu membantu
masuknya kontol besarnya dengan lebih mudah. Kepala kontolnya sudah
terjepit di memekku. Terasa sekali kontolnya sesek mengganjal di
selangkanganku. “Aah, gede banget kontolmu”, erangku. Dia diam saja,
malah terus mendorong kontolnya masuk pelan2. Aku menggeletar ketika
kontolnya masuk makin dalam. Nikmat banget rasanya kemasukan kontolnya
yang besar itu. Pelan2 dia menarik kontolnya keluar dan didorongnya
lagi dengan pelan juga, gerakan keluar masuk kontolnya makin cepat
sehingga akhirnya dengan satu hentakan kontolnya nancep semua di
memekku. “Aah, enak banget Bud kontolmu”, jeritku. “memekmu juga peret
banget deh Nes. baru sekali aku ngerasain memek seperet memekmu”,
katanya sambil mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku. “Huh”,
dengusku ketika terasa kontolnya nancep semua di memekku, Terasa biji
pelernya menempel ketat di pantatku. Memekku terasa berdenyut meremes2
kontolnya yang nancep dalem sekali karena panjangnya. Tangannya yang
tadinya memegang pinggulku mulai menyusup kedalam dasterku dan meremes
toketku dengan gemesnya. Aku menjadi menggelinjang karenanya, sementara
itu enjotan keluar masuk kontolnya makin dipercepat. Tubuhku makin
bergetar merasakan gesekan kontolnya di memekku. “Enak Bud, enjotin
yang keras, aah, nikmatnya. Ines mau deh kamu entot tiap hari”, erangku
gak karuan. Keluar masuknya kontolnya di memekku makin lancar karena
cairan memekku makin banyak, seakan menjadi pelumas kontolnya. Dia
menelungkup dibadanku dan mencium kudukku. Aku menjadi menggelinjang
kegelian. Pinter banget dia merangsang dan memberi aku nikmat yang luar
biasa. Toketku dilepaskannya dan tangannya menarik wajahku agar
menengok ke belakang, kemudian bibirku segera diciumnya dengan
napsunya. Lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit
lidahku. Tangannya kembali menyusup kedalam dasterku dan meneruskan
tugasnya meremes2 toketku. Sementara itu, kontolnya tetep dienjotkan
keluar masuk dengan cepat dan keras. Jembutnya yang kasar dan lebat itu
berkali2 menggesek pantatku ketika kontolnya nancep semuanya di
memekku. Aku menjadi mengerang keenakan berkali2, ini menambah
semangatnya untuk makin mgencar mengenjot memekku. Pantatku mulai
bergerak mengikuti irama enjotan kontolnya. Pantatku makin cepat
bergerak maju mundur menyambut enjotan kontolnya sehingga rasanya
kontolnya nancep lebih dalem lagi di memekku. “Terus Bud, enjot yang
keras, aah nikmat banget deh dientot kamu”, erangku. Dia makin seru
saja mengenjot memekku dengan kontolnya. Aku tersentak. Perutku terasa
kejang menahan kenikmatan yang luar biasa. Bibirku kembali dilumatnya,
aku membalas melumat bibirnya juga, sementara gesekan kontolnya pada
memekku tetep saja terjadi. Akhirnya aku tidak dapat menahan rangsangan
lebih lama, memekku mengejang dan “Bud, Ines nyampe aah”, teriakku.
Memekku berdenyut hebat mencengkeram kontolnya sehingga akhirnya,
kontolnya mengedut mengecretkan pejunya sampe 5 semburan. Terasa banget
pejunya yang anget menyembur menyirami memekku. Kontolnya terus
dienjotkan keluar masuk seiring ngecretnya pejunya. Akhirnya aku ambruk
keranjang dan dia menindihku. Napasku memburu, demikian juga napasnya.
Kontolnya terlepas dari jepitan memekku sehingga terasa pejunya ikut
keluar mengalir di pahaku. Dia segera telentang diranjangku supaya
tidak menindih aku. “Nes, nikmat banget deh memek kamu, peret dan
empotannya kerasa banget”, katanya. “Kamu sudah sering ngentot ya Bud,
ahli banget bikin Ines nikmat. Kamu ngentot ama siapa aja”, tanyaku.
“Kalo enggak anak majikan ya istri majikan”, jawabnya sambil cengar
cengir. “Wah nikmat banget kamu, ada yang muasin kamu sembari kerja”,
jawabku sambil menelentangkan badanku disebelahnya.<br />
Dia bangun
dan masuk kamar mandi, memang kamarku ada kamar mandi didalemnya.
Terdengar grujuan air, dia rupanya sedang membersihkan dirinya,
sementara aku masih saja telentang di ranjang menikmati sisa2
kenikmatan yang baru saja aku rasakan. Dia keluar dari kamar mandi,
dasterku yang sudah basah karena keringat dilepasnya sehingga aku
terkapar telanjang bulat. “kamu napsuin deh Nes, toket kamu gede dan
kenceng, mana pentilnya gede lagi. sering diemut ya Nes, kamu nentotnya
sama siapa sih”, tanyanya. Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya.
“Aku paling suka liat jembut kamu, lebat banget sih. Aku paling napsu
ngeliat cewek kayak kamu ini, toketnya gede kenceng dan jembutnya lebat,
nikmat banget dientotnya,” katanya lagi. Dia berbaring disebelahku dan
memelukku, “Nes aku pengen lagi deh”, katanya. Aku kaget juga
dengernya, baru aja ngecret udah napsu lagi, tapi aku suka cowok kaya
begini, udah kontolnya gede dan panjang, kuat lagi ngentotnya. Dia
mulai menciumi leherku dan lidahnya menjilati leherku. Aku
menggelinjang dan mulai terangsang juga. Bibirku segera diciumnya,
lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku.
Sementara itu tangannya mulai meremes2 toketku dengan gemes. Dia
melepaskan bibirku tetapi lidahnya terus saja menjilati bibirku,
daguku, leherku dan akhirnya toketku. Pentilku yang sudah mengeras
dijilatinya kemudian diemutnya dengan rakus. Aku menggeliat2 karena
napsuku makin memuncak juga. “Aash, kamu napsu banget sih Bud, tapi
Ines suka banget”, erangku. Toketku yang sebelah lagi diremes2nya
dengan gemes. Jari2nya menggeser kebawah, keperutlu, Puserku
dikorek2nya sehingga aku makin menggelinjang kegelian. Akhirnya
jembutku dielus2nya, tidak lama karena kemudian jarinya menyusup
melalui jembutku mengilik2 memekku. Pahaku otomatis kukangkangkan untuk
mempermudah dia mengilik memekku. “Aah”, aku melenguh saking
nikmatnya. Dia membalik posisinya sehingga kepalanya ada di memekku,
otomatis kontolnya yang sudah ngaceng ada didekat mukaku. Sementara dia
mengilik memek dan itilku dengan lidahnya, kontolnya kuremes dan
kukocok2, keras banget kontolnya. Kepalanya mulai kujilati dan kuemut
pelan, lidahnya makin terasa menekan2 itilku sehingga pantatku
terangkat dengan sendirinya.<br />
Enggak lama aku mengemut kontolnya
sebab dia segera membalikkan badannya dan menelungkup diatasku,
kontolnya ditancapkannya di memekku dan mulai ditekennya masuk kedalam.
Setelah nancep semua, mulai dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk
dengan cepat da keras. Bibirku kembali dilumatnya dengan penuh napsu,
sementara itu terasa banget kontolnya mengisi seluruh ruang memekku
sampe terasa sesek. Nikmat banget ngentot sama dia. Aku menggeliat2kan
pantatku mengiringi enjotan kontolnya itu. Cukup lama dia mengenjotkan
kontolnya keluar masuk, tiba2 dia berhenti dan mencabut kontolnya dari
memekku. Dia turun dari ranjang dan duduk di kursi, aku dimintanya
untuk duduk dipangkuannya mengangkang diantara kedua kakinya. Dia
memelukku dengan erat. Aku sedikit berdiri supaya dia bisa mengarahkan
kontolnya yang masih ngaceng itu masuk ke memekku. Aku menurunkan
badanku sehingga sedikit2 kontolnya mulai ambles lagi di memekku. Aku
menggeliat merasakan nikmatnya kontolnya mendesak masuk memekku sampe
nancep semuanya. Jembutnya menggesek jembutku dan biji pelernya terasa
menyenggol2 pantatku. Aku muali menaik turunkan badanku mengocok
kontolnya dengan memekku. Dia mengemut pentilku sementara aku aktif
bergerak naik turun. Nikmat banget, kayanya lebih nikmat dari tadi.
“Aah Bud, enak banget deh, lebih nikmat dari yang tadi”, erangku sambil
terus menurun naikkan badanku mengocok kontolnya yang terjepit erat di
memekku. Memekku mulai berdenyut lagi meremes2 kontolnya, gerakanku
makin liar, aku berusaha menancepkan kontolnya sedalam2nya di memekku
sambil mengerang2. Tangannya memegang pinggulku dan membantu agar aku
terus mengocok kontolnya dengan memekku. Aku memeluk lehernya supaya isa
tetep mengenjot kontolnya, denyutan memekku makin terasa kuat, dia
juga melenguh saking nikmatnya’ “Nes, empotan memekmu kerasa banget
deh, mau deh aku ngentot ama kamu tiap hari”. Akhirnya aku gak bisa
menahan rangsangan lebih lama dan “Bud, Ines nyampe, aah”, teriakku dan
kemudian aku terduduk lemas dipangkuannya.<br />
Hebatnya dia belum
ngecret juga, kayanya ronde kedua membuat dia bisa ngentot lebih lama.
“Cape Nes”, tanyanya tersenyum sambil terus memelukku. “He eh”, jawabku
singkat. Pelan dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga aku
berdiri, kontolnya lepas dari jepitan memekku. Kontolnya masih keras
dan berlumuran cairan memekku. Kembali aku dimintanya nungging
dipinggir ranjang, doyan banget dia dengan doggie style. aku sih oke
aja dengan gaya apa saja karena semua gaya juga nikmat buat aku. Dia
menjilati kudukku sehingga aku menggelinjang kegelian, perlahan
jilatannya turun ke punggung. Terus turun ke pinggang dan akhirnya
sampe dipinggulku. Otot perutku terasa tertarik karena rangsangan
jilatan itu. Mulutnya terus menjilati, yang menjadi sasaran sekarang
adalah pantatku, diciuminya dan digigitnya pelan. Apalagi saat lidahnya
mulai menyapu daerah sekitar lubang pantatku. Geli rasanya. Jilatannya
turun terus kearah memekku, kakiku dikangkangkannya supaya dia bisa
menjilati memekku dari belakang, Aku lebih menelungkup sehingga
pantatku makin menungging dan memekku terlihat jelas dari belakang. Dia
menjilati memekku, sehingga kembali aku berteriak2 minta segera
dientot, “Bud, nakal deh kamu, ayo dong Ines cepetan dientotnya”. Dia
berdiri dan memposisikan kontolnya dibibir memekku dan dienjotkannya
kedalam dengan keras sehingga nancep semua dengan sekali enjotan. Dia
mulai mengenjot memekku dengan kontolnya, makin lama makin cepat. Aku
kembali menggeliat2kan pantatku mengimbangi enjotan kontolnya
dimemekku. Jika dia mengejotkan kontolnya masuk aku mendorong pantatku
kebelakang sehingga menyambut kontolnya supaya nancep sedalam2nya di
memekku. Toketku berguncang2 ketika dia mengenjot memekku. Dia merems2
toketku dan memlintir2 pentilnya sambil terus mengenjotkan kontolnya
keluar masuk. “Terus Bud, nikmat banget deh”, erangku lagi. Enjotan
berjalan terus, sementara itu aku mengganti gerakan pantatku dengan
memutar sehingga efeknya seperti meremes kontolnya. Dengan gerakan
memutar, itilku tergesek kontolnya setiap kali dia mengenjotkan
kontolnya masuk. Denyutan memekku makin terasa keras, diapun melenguh,
“Nes, nikmat banget empotan memek kamu”. Akhirnya kembali aku kalah,
aku nyampe lagi dengan lenguhan panjang, “Aah nikmatnya, Ines
nyampeee”.Otot perutku mengejang dan aku ambruk ke ranjang karena
lemesnya.<br />
Aku ditelentangkan di ranjang dan segera dia menaiki
tubuhku yang sudah terkapar karena lemesnya. Pahaku dikangkangkannya
dan segera dia menancapkan kembali kontolnya di memekku. Kontolnya
dengan mudah meluncur kedalam sehingga nancep semuanya karena memekku
masih licin karena cairan yang berhamburan ketika aku nyampe. Dia mulai
mengenjotkan lagi kontolnya keluar masuk. Hebat sekali staminanya,
kayanya gak ada matinya ni orang. Aku hanya bisa terkapar menikmati
sisa kenikmatan dan rangsangan baru dari enjotan kontolnya. Dia terus
mengejotkan kontolnya dengan cepat dan keras. Dia kembali menciumi
bibirku, lherku dan dengan agak membungkukkan badan dia mengemut
pentilku. Sementara itu enjotan kontolnya tetap berlangsung dengan
cepat dan keras. Aku agak sulit bergerak karena dia agak menindih
badanku, keringatku sudah bercampur aduk dengan keringatnya. Enggak tau
sudah berapa lama dia mengentoti ku sejak pertama tadi. Dia
menyusupkan kedua tangannya kepunggungku dan menciumku lagi. Kontolnya
terus saja dienjotkan keluar masuk. Pertutku mengejang lagi, aku heran
juga kok aku cepet banget mau nyampe lagio dientot dia. Aku mulai
menggeliatkan pantatku, kuputar2 mengimbangi enjotan kontolnya. Memekku
makin mengedut mencengkeram kontolnya, pantatku terkadang terangkat
menyambut enjotannya yang keras, sampe akhirnya, “terus Bud, yang
cepet, Ines udah mau nyampe lagi”, teriakku. Dia dengan gencarnya
mengenjotkan kontolnya keluar masuk dan, “Aah Ines nyampe lagi”, aku
berteriak keenakan. Berbarengan dengan itu terasa sekali semburan
pejunya yang kuat di memekku. Diapun ngecret dan ambruk diatas badanku.
Kami sama2 terkulai lemes, lebih2 aku karena aku udah nyampe 3 kali
sebelum dia akhirnya ngecret dimemekku. “Bud, kamu kuat banget deh
ngentotnya, mana lama lagi. Nikmat banget ngentot ama kamu. Kapan kamu
ngentotin Ines lagi”, kataku. Dia tersenyum mendengar sanjunganku.
“Kalo ada kesempatan ya aku sih mau aja ngentotin kamu. memek kamu yang
paling nikmat dari semua cewek yang pernah aku entot”, jawabnya
memuji. Dia kemudian meninggalkanku terkapar telanjang karena nikmat.<br />
Malemnya,
aku sudah tertidur, terdengar garukan di pintu kamarku. Aku terbangun,
“Siapa” kataku lirih. “Aku Nes”, terdengar suara Budi, rupanya dia
belum puas ngentotin aku tadi siang, minta nambah lagi malem ini. Gak
ada matinya rupanya dia. Aku bangun dan membukakan pintu. Segera dia
masuk dan memeluk tubuhku yang hanya terbalut cd minim. “Nes, aku
pengen ngerasain empotan memek kamu lagi ya, boleh kan”, katanya. Aku
kalo tidur hanya pake cd saja karena gerah hawanya dikamar. Dia lalu
berbaring telentang di ranjang, lalu aku mulaijongkok di atasnya dan
menciumi nya, tangannya mengusap-usap punggungku. Bibirnya kukulum,
”Hmmmhh… hmmhhh…” dia mendesah-desah. Setelah puas melumat bibir dan
lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya.
Kaosnya kusingkapkan dari bawah lalu kuciumi dadanya. “Hmmmhhh… aduh
Nes enak ..” rintihnya. Dia terus mendesah sementara aku mulai menciumi
perutnya, lalu pusarnya, sesekali dia berteriak kecil kegelian.
Akhirnya risleting celana pendeknya kubuka, kusingkapkan cdnya,
kontolnya yang sudah ngaceng berat kupegang dan kukocok2, “Ahhhhh…
Hhhh…. Hmmhmh… Ohhh Nes…” dia cuman bisa mendesah doang. Kontolnya
langsung kukenyot-kenyot, sementara dia meemas-remas rambutku saking
enaknya, “Ehmm… Ehmm…” Mungkin sekitar 5 menitan aku ngemut kontolnya,
kemudian aku bilang, “Bud… sekarang giliran kamu yach?” Dia cuma
tersenyum, lalu bangkit sembari memelorotkan celana pendek dan celana
dalamnya, sedangkan aku sekarang yang ganti tiduran. Dia mulai nyiumin
bibirku, aku mencoba ngelepasin kaosnya, lalu dia langsung melepasnya
dan meletakkan di sebelahnya. Dia pun mulai menciumi leherku sementara
tangannya meraba-raba toketku dan diremasnya. “Hmhmhhm… Hmhmhmh…” ganti
aku yang mendesah keenakan. Apalagi ketika dia menjilati pentilku yang
tebal dan berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilku
bergantian, dia mulai menjilati perutku dan ingin memelorotkan CDku.
Aku mengangkat pantatku, lalu dia memelorotkan CDku. Dia langsung
menciumi memekku dengan penuh napsu, otomatis pahaku mengangkang supaya
dia bisa mudah menjilati memek dan itilku. “Ahh.. Ahhhh…” aku
mengerang dan mendesah keras keenakan. Sesekali kudengar “slurrp…
slurrp…” dia menyedot memekku yang sudah mulai basah itu. ”Ahhhh… Bud…
Enak …” desahan ku semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan
tidak peduli kalau terdengar orang di luar. Napsuku sudah sampe ubun2,
dia kutarik untuk segera menancapkan kontol besarnya di memekku yang
sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake kontol.<br />
Pelan-pelan
dia memasukkan kontolnya ke dalam memekku. dengan satu enjotan keras
dia menancapkan seluruh kontolnya dalam memekku. “Uh… uhhh….
Ahhhhhhh…nikmat banget Bud” desahku ketika dia mulai asyik
menggesek-gesekkan kontolnya dalam memekku. Aku menggoyang pinggulku
seirama dengan keluar masuknya kontolnya di memekku. Dia mempercepat
gerakannya. Gak lama dienjot aku sudah merasa mau nyampe, “Ah…Bud…Aku
sepertinya mau… ahhh…” dia malah mempergencar enjotan kontolnya
dimemekku, “Bareng nyampenya ya Nes, aku juga dah mau ngecret”, katanya
terengah. Enjotan kontolnya makin cepat saja, sampe akhirnya, “Bud,
Ines nyampe aah”, badanku mengejang karena nikmatnya, terasa memekknu
berdenyut2 meremas kontolnya sehingga diapun menyodokkan kontolnya
dengan keras, “Nes, aku ngecret aah”, terasa semburan pejunya yang deres
dimemekku. Dia terkapar lemes diatas badanku, demikian pula aku.
Setelah istirahat sejenak, dia mencabut kontolnya , memakai pakaiannya
dan keluar meninggalkan aku terkapar telanjang di ranjang. Sejak itu
setiap ada kesempatan, aku selalu minta dientot sama dia.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a4.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/218095_203995536290018_202163969806508_608301_2390050_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-52219602565349586142012-01-17T00:33:00.001-08:002012-01-17T00:33:19.571-08:00seks siswi SMUCerita Seks Siswi SMU ini merupakan kisah nyata seorang anggota forum
. Kejadian ini terjadi pada saat aku kelass 3 SMA dan baru jadian
sekitar 3 bulanan dengan Vina. Saat itu kota “S” sedang musim hujan dan
saat pulang sekolah hari sudah sangat mendung. Aku yang saat itu belum
kos dan masih numpang di rumah sepupuku berniat mengajak Vina nonton
film di rumah yang kebetulan sedang sepi karena sepupuku sedang keluar
kota beberapa hari.Jaman itu masih VCD dan belum ada DVD, kami sengaja
meminjam film2 drama remaja yang sedang ramai di bioskop (maklum di kota
“S” tidak ada bioskop jadi cuma bisa nonton di VCD). Setelah meminjam
beberapa VCD dan membeli beberapa makanan ringan, aku segera membonceng
Vina di motor tuaku menuju rumah sepupuku. Beruntung kami tiba sebelum
hujan deras datang yang tiba2 turun setelah kami masuk kedalam
rumah.Segera saja aku putar film pertama tanpa berganti pakaian, saat
itu kami masih mengenakan seragam abu2 SMA. Aku duduk di sofa sementara
Vina duduk disampingku sambil mengunyah makanan ringan yang kami beli.
Saat film sudah diputar Vina nampaknya serius mengikuti film drama
remaja tersebut sementara aku sebentar2 melirik Vina sambil memandang
wajah manisnya dan agak sedikit nakal aku lirik celah2 seragam SMA-nya
di bagian teteknya yang mungil. Sambil berpikiran nakal aku turun dari
sofa dan duduk di lantai karpet bersandar ke kaki sofa, aku ajak Vina
duduk didepanku dan aku peluk dari belakang. Sambil mengunyah makanan
Vina bersandar manja didadaku dan menikmati cerita film yang diputar,
aku sendiri tidak konsen menonton film karena saat itu aku sibuk melirik
belahan dada Vina dibalik seragam SMA-nya dan aku pun mulai
beraksi.Tanganku memeluk Vina sambil menghusap perutnya yang rata dan
sesekali aku ciumi rambut panjangnya yang wangi, Vina nampaknya lebih
berkonsentrasi menonton film daripada memperhatikan aksiku. Tak puas
hanya menghusap perutnya dibalik seragam SMA-nya itu, tanganku mulai
menghusap teteknya dari luar perlahan….tanganku sedikit gemetar karena
itu pertama kali aku menyentuh tetek mungil Vina walau dari luar.
Ehm….nampaknya Vina tidak sadar atau sengaja berkonsentrasi dengan film
yang sedang diputar….kesempatan itu aku tidak sia2kan. Kedua tanganku
kini menghusap2 kedua tetek mungil Vina yang masih berbalut seragam
SMA-nya…..teteknya sangat hangat dan kenyal setelah aku remas perlahan
beberapa kali. Vina mendesah perlahan saat kedua teteknya aku remas
pelan2 dan aku ciumi rambutnya dari belakang…..dia tidak berkomentar
sedikitpun dan masih asik atau puar2 asik melihat film tersebut.
Sementara tangan kiriku menggegam teteknya yang hangat, kenyal, dan
tidak seberapa besar tersebut, tangan kananku mulai menghusap paha
kanannya sambil menyibakkan rok abu2nya…..Vina menanggapi hal itu dengan
meremas pahaku dan tangannya aku arahkan untuk meremas-remas kontolku
yang sudah tegang daritadi. Tangan kananku bergerilya dibalik rok
SMA-nya, pahanya mulus dan hangat sekali…..tanganku mulai naik menuju
memeknya dan menghusap memeknya dibalik CD putih katunnya….tiba2 Vina
berbalik kearahku dan mencium bibirku….bibir merahnya mengulum bibirku
dan aku pun membalasnya dengan penuh nafsu…sesekali aku hisap lidahnya
dan membuat dia sedikit sulit bernafas….dia menarik bibirnya dari
bibirku dan berkata “kamu lagi pengen ya?aku gamau ml dulu sayang…maaf
ya” Aku mengangguk perlahan sambil berkata “sial!” dalam hati…..”Iya
sayang aku lg pengen tapi kalo kamu belum siap gakpapa kok…tapi kamu
puasin aku ya”.Aku kembali duduk di sofa dan minta Vina duduk diatasku
sambil menghadapku…..Vina memegang kepalaku dengan lembut dan kembali
kita saling berciuman bibir dengan nafsu memburu…sementara kedua
tanganku menghusap paha mulusnya yang sedikit terbuka karena posisi
duduknya yang mengangkang diatas pahaku. Lama bibir dan lidah kita
saling mengulum…dan aku mulai membuka kancing seragam SMA-nya satu
persatu sambil sesekali menciumi bagian atas teteknya yang mulus namun
mungil itu. Setelah kancing seragam SMA-nya terbuka semua…aku sibakkan
BH-nya keatas untuk melihat gundukan Indah dibalinya…aku sempat menelan
ludah sebentar menahan gemas bentuk teteknya yang bulat mungil namun
menggemaskan itu…putingnya mungil sekali dan berwarna coklat
kemerahan…segera aku netek di putting susunya dan melumatnya mulai dari
lembut sampai sedikit kasar. Aku netek bergantian hingga kedua putingnya
yang mengeras sedikit bengkak karena sedotan dan lumatanku. Puas dengan
kedua putingnya, aku gigit daerah sekitar putingnya di teteknya dan aku
sedot dalam2 hingga memar dan aku buat beberapa tanda merah2 di
teteknya yang menggemaskan itu…Vina menggigit bibirnya saat puting dan
teteknya aku lumat habis2an….sesekali dia menjambak rambutku dengan
lembut sambil berkata “pelan2 sayang…”. Kontolku yang mengeras sejak
tadi tampaknya butuh sentuhan juga nih…aku minta Vina berlutut
dihadapanku dan segera aku keluarkan kontolku dihadapannya….tangan mulus
mungilnya aku minta genggam tititku dan mengocoknya dengan
lembut…”titit kamu gede banget sayang…..aku boleh kulum gak?”…tiba2 Vina
bertanya seperti itu dengan nakalnya…tanpa basa-basi segera aku iyakan
dan kini dia sibuk mengulum kontolku yang agak super sehingga mulutnya
yang mungil nampaknya tak mampu menampung seluruh kontolku. Sesekali aku
usap rambutnya sambil aku merem melek keenakkan….kuluman Vina memang
tidak seenak mantanku terdahulu namun cara dia menggenggam dan mengocok
kontolku sangat luar biasa…enaknya. Tanpa terasa kontolku mulai
bergemuruh dan tampaknya Vina mengetahui hal itu “kamu mau keluarin
dimana? Ditetekku yang habis kamu lumat ini aja ya…??”…kocokan Vina
semakin cepat sementara Vina merapatkan teteknya yang penuh memar merah
hisapanku ke kontolku…seorang wanita berseragam SMA dengan tetek penuh
memar yang terpampang terbuka itu kini menatapku dengan nakal melihat
ekspresi wajahku yang menahan gemuruh menahan klimaksku......dan
croootttttt!!! segera saja spermaku muncrat diteteknya dan sedikit
mengenai seragam SMA-nya....tetek Vina penuh dengan sperma dan tangannya
masih menggenggam kontolku dengan lembut.....itulah pengalaman Vina
dengan seragam SMA-nya yang terus berlanjut hingga kami kuliah....<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a5.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/215519_204667359556169_202163969806508_612118_3449777_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-69883951070217615902012-01-17T00:32:00.002-08:002012-01-17T00:32:42.705-08:00tante girangAku masih duduk di bangku SLTP saat itu. Di saat aku dengan
teman-teman yang lain biasa pulang sekolah bersama-sama. Usiaku masih
terbilang hijau, sekitar tiga belas tahun. Aku tidak terlalu tahu banyak
tentang wanita saat itu. Di kelas aku tergolong anak yang pendiam
walaupun sering juga mataku ini melirik pada keindahan wajah teman-teman
wanita dikelasku waktu itu.Hal ini jugalah yang membawa aku bersama 2
temanku Bambang dan Eko kedalam sebuah pengalaman yang tak terlupakan
bagi kami saat duduk dibangku SLTP dulu. Semuanya bermula dari kegigihan
Bambang terhadap perempuan. Kebiasaannya untuk tak melewatkan barang
sedetikpun perhatiannya terhadap keindahan wanita membawa aku, dia dan
Eko kesebuah rumah di komplek pemukiman Griya Permai. Komplek perumahan
yang biasa kami lewati saat pulang menuju kerumah masing-masing. Mulanya
aku dan Eko sedang asyik bercanda,. Secara tiba-tiba Bambang menepuk
pundakku dengan keras. Matanya tertuju kesatu rumah dengan tajamnya.
Ternyata disana kulihat ada seorang wanita dengan mengenakan rok mini
baru saja keluar meninggalkan mobilnya untuk membuka pintu pagar
rumah.“Heh, bang. Kenapa sih elu tiap lihat perempuan mata elu langsung
melotot kayak begitu ?” tegurku.“Elu itu buta ya, wan. Elu kagak lihat
bagaimana bongsornya bodi tuh wanita ??” balasnya cepat.“Bambang,
Bambang.. bisa-bisanya elu nilai perempuan dari jarak jauh begini-ini”
sambung Eko “Itu mata.. apa teropong”“Wah, kalau untuk urusan wanita
kita nggak pake mata lagi, men. Nih, pake yang disini nih.. dibawah
sini” jawab Bambang sambil menunjuk-nunjuk kearah kemaluannya.“Kalau gua
udah ngaceng, perempuan diseberang planet juga bisa gua lihat” kata
Bambang dengan senyum penuh nafsu.“Jadi sekarang elu lagi ngaceng, nih
?!” tanya gue yang sedari tadi hanya bisa tenggelam dengan
pikiran-pikirannya.“So pasti, men. Nih kontol udah kayak radar buat gua.
Makanya gua tahu disana ada mangsa” jawab Bambang dengan lagi-lagi
menunjuk ke arah kemaluannya.“Gila lu, bang” kataku.“Ha-alah, enggak
usak munafik deh mam, elu juga ngaceng kan, waktu melihat roknya si Dina
kebuka di kelas. Gua kan tau… elu juga kan gong ?” balas Bambang
cepat.“yah, itu kan kebetulan. Bukannya dicari, ya kan mam ?” tanya Eko
kepadaku.Aku sendiri hanya bisa tersipu malu mendengarnya. Didalam hati
aku memang mengakui“Sekarang begini aja” ujar Bambang kemudian “Elu pada
berani taruhan berapa, kalau gua bisa masuk kerumah tuh wanita ?”“Elu
itu udah gila kali ya, bang. Elu mau masuk kerumah itu perempuan ??”
jawabku cepat.“Udah deh.. berapa ? Goceng ??”tantangnya kepada kami.
Sejenak aku, dan Eko hanyut dalam kebingungan. Teman kami yang satu ini
memang sedikit nekat untuk urursan wanita.“Goceng ??”potong Eko cepat
“Wah gua udah bisa beli mie bakso tuh”“Ha-alah, bilang aja kalau elu
takut jatuh miskin. Iya kan, ko ?” balas Bambang dengan sedikit
menekan.“Siapa bilang, kalau perlu, ceban juga hayo” jawab Eko tak mau
kalah.“Oke, oke.. heh, heh, heh. Sekarang tinggal elu nih, wan. Kalau
melihat tampang elu sih, kayaknya gua ragu”“Heit tunggu dulu” ujar gue.
Gue langsung cepat-cepat merogoh kantong celananya. Selembar uang kertas
lima ribuan langsung dikibas-kibaskan didepan kedua mata Bambang.“Gua
langsung buktikan aja sama elu.. nih”“Oke. Sekarang elu pada buka tuh
mata lebar-lebar” kata Bambang kemudian.Bambang langsung berjalan menuju
kerumah yang dimaksud. Tampak disana sang pemilik rumah telah
memasukkan mobilnya. Saat ia hendak menutup pagar, aku lihat Bambang
berlari kecil menghampirinya. Disana kulihat mereka sepertinya sedang
berbicara dengan penuh keakraban. Aneh memang temanku ini. Baru saja
bertemu muka dia sudah bisa membuat wanita itu berbicara ramah
dengannya, penuh senyum dan tawa.Dan yang lebih aneh lagi kemudian,
beberapa saat setelah itu Bambang melambaikan tangannya kearah kami
bertiga. Dia mengajak kami untuk segera datang mendekatinya. Setelah
beberapa langkah aku berjalan, kulihat Bambang bahkan telah masuk ke
pekarangan rumah menuju ke pintu depan rumah dimana wanita itu berjalan
didepannya. Bambang memang memenangkan taruhannya hari itu. Di dalam
rumah kami duduk dengan gelisah, khususnya aku. Bagaimana mungkin teman
kami yang gila perempuan ini bisa dengan mudah menaklukkan wanita yang
setidaknya dua puluh tahun lebih tua usianya dari usia kami. Sesaat
setelah Bambang selesai dengan uang-uang kami ditangannya, akupun
menanyakan hal tersebut.“Gila lu, bang. Elu kasih sihir apa tuh wanita,
sampai bisa jinak kayak merpati gitu ??” tanyaku penasaran.“Heh, heh,
heh.. kayaknya gua harus buka rahasianya nih sama elu-elu pada”
jawabnya.“Jelas dong, bang. Goceng itu sudah cukup buat gua ngebo’at.
Elu kan tahu itu” tambah Eko lagi.“Begini. Kuncinya itu karena elu-elu
semua pada blo’on” jelas Bambang serius.“Apa maksudnya tuh !” tanya gue
cepat.“Iya, elu-elu pada blo’on semua karena elu-elu kagak tahu kalau
perempuan itu sebenarnya tante gua.. tante Ayu, dia istrinya om harso,
adik mama gue” tambahnya lagi.“Wah, sialan kita sudah dikadalin nih
sama… playboy cap kampak” kata Eko.“Itu kagak sah, bang. Itu berarti
penipuan”sambung gue.“Itu bukan penipuan. Kalau elu tanya apa gua kenal
kagak sama tuh perempuan, lalu gua jawab enggak.. itu baru penipuan”
jelas Bambang.Untung aja pertengkaran diantara gue dan teman-teman saat
itu nggak lama karena tidak lama tante ayu yang ternyata tante si
Bambang itu datang dengan membawa minuman segar buat kami.“Ada apa kok
ribut-ribut. Kelamaan ya minumannya ?” tanya tante Ayu. Suaranya
terdengar renyah ditelinga kami dan senyumannya yang lepas membuat kami
berempat langsung terhenyak dengan kedatangannya yang tiba-tiba.“Ah,
nggak apa-apa tante” jawab Eko.Bambang yang duduk disebelahnya terlihat
serius dengan pikirannya sendiri. Baju t-shirt yang dikenakan tante Ayu
memiliki belahan dada yang rendah sehingga disaat beliau membungkuk
menyajikan gelas kepada kami satu-persatu, Bambang terlihat
melongok-longokkan kepalanya untuk dapat melihat isi yang tersembunyi
dibalik pakaian beliau saat itu. Aku sendiri bisa menyaksikannya, kedua
payudara beliau yang besar, penuh berisi. Menggelantung dan bergoncangan
berulangkali disetiap ia menggerakkan badannya.“Ini tante buatkan sirup
jeruk dingin untuk kalian, supaya segaran” jelas tante Ayu ”Hari ini
panasnya, sih”Saat tante Ayu selesai dengan gelas-gelasnya, iapun
kembali berdiri tegak. Keringat yang mengucur deras dari kedua dahinya
memanggil untuk diseka, maka beliaupun menyekanya. Tangan beliau
terangkat tinggi, tanpa sengaja, ketiak yang putih, padat berisi
terlihat oleh kami. Beberapa helai bulunya yang halus begitu menarik
terlihat. Jantungku terasa mulai cepat berdetak. Karena saat itu juga
aku tersadarkan kalau dibalik pakaian yang dikenakan tante Ayu telah
basah oleh keringat. Lebih memikat perhatian kami lagi, disaat kami tahu
bahwa tante Ayu tidak mengenakan BH saat itu.Kedua buah puting susunya
terlihat besar menggoda. Mungkin karena basah keringatnya atau tiupan
angin disiang hari yang panas, membuat keduanya terlihat begitu jelas
dimataku. Aku sendiri tidak ambil pusing dengan lingkungan disekitarku
karena tongkat kemaluanku telah berdiri keras tanpa bosan. Rasanya aku
ingin sekali melakukan onani bahkan, kalau mungkin, mengulum kedua
puting susu beliau yang menantang dengan berani.“Tante habis mengantar
om kalian ke bandara hari ini. Jadi tante belum sempat beres-beres
ngurus rumah, apa kabar mama papa kamu bang?” katanya lagi.“eh oh, baik2
aja tante, tante kapan dong main ke rumah lagi” Bambang tampak
grogi.“duh tante lagi sibuk2nya ngurusin bayi, dulu juga tante ngurusin
kamu, skr kamu udah ABG gini” tante ayu mencubit pipi Bambang. Bambang
tersipu.Ditengah pesona buah dada yang menggoda nafsu birahi kami semua,
perhatian terpecah oleh tangisan suara bayi. Aku baru tahu kemudian,
bahwa itu adalah anak tante Ayu dan om harso yang bungsu. Anak mereka
baru dua dan yang sulung sudah kelas 6 SD. Jadi agak jauh bedanya dengan
yang ke dua. Beliaupun terpanggil untuk menemuinya dengan
segera.“Kalian minum dulu, ya. Tante kebelakang dulu.. oh, iya Bambang.
Tadi mama kamu tlp, nanti kamu jangan lupa tlp rumah ya bilang kalo kamu
di sini”“Iya tante.” kata Bambang.Hanya selang beberapa menit kemudian,
tante Ayu sudah menemui kami kembali di ruang tamu. Namun satu hal yang
membuat kami terkejut kegirangan menyambut kedatangannya dikarenakan
beliau terlihat asyik menyusui bayinya saat itu. Bayi yang lucu tetapi
buah dada yang menjulur keluar lebih menyilaukan pandangan jiwa muda
kami berempat. Beliau sudah memakai BH namun satu cup nya di buka untuk
menyusui bayinya.Tante Ayu terlihat tidak acuh dengan mata-mata liar
yang menatapi buah dada segar dimulut bayinya yang mungil. Ia bahkan
terlihat sibuk mengatur posisi agar terasa nyaman duduk diantara Bambang
dan Eko saat itu.“Bagaiman sirup jeruknya, sudah diminum ?” tanya tante
Ayu cepat.“Sudah , tante” jawab Bambang pendek. Matanya menatap tajam
kearah samping dimana payudara tante Ayu yang besar dan montok terlihat
tegas dimatanya.“Ini namanya Bobby” jelas tante Ayu lagi sambil menatap
anak bayinya yang imut itu “Usianya baru sembilan bulan”“Wah, masih
kecil banget dong tante” balas Bambang.“Iya, makanya baru boleh dikasih
susu aja”“ASI ya, tante ?” tanya Bambang polos.“Oh, iya. Harus ASI,
nggak boleh yang lain” jelas beliau dengan serius.“Kalau orang bilang
susu yang terbaik itu ASI, tante ?”“Betul, Bambang. Dibandingkan dengan
susu sapi misalnya. Ya, susu ibu itu jauh lebih bergizi.. heh, heh, heh”
tambah tante Ayu penuh yakin.“Mamaku juga suka bikinkan saya susu
setiap pagi, tante” kata Bambang menjelaskan.“Oh, iya… bagus itu”Tante
Ayu diam sejenak. Beliau memperhatikan bayinya yang sudah mulai terlihat
tidur. Namun Bambang terlihat mulai berharap sesuatu yang lain dari
payudara beliau yang besar menggoda.“Tapi susu yang saya minum setiap
hari.. ya, susu sapi tante” sambung Bambang lagi penasaran. Sementara
tante Ayu masih terlihat sibuk dengan bayinya . Namun beberapa saat
setelah itu beliau mengatakan sesuatu yang mengejutkan kami.“Susu ibu
tetap lebih bagus. Bahkan di India ada yang bisa menyusui anaknya hingga
berusia sepuluh tahun”“Wah, asyik juga tuh” sela Eko cepat.Tante Ayu
hanya tersenyum simpul.Bambang terus menyerocos tentang keinginannya
sesekali mencoba ASI. Kami hanya tegang mendengarkan ocehan Bambang,
takut sekali tante Ayu marah mendengarkan ocehan anak 13 tahun yang
mulai terasa kurang ajar itu. Kami takut Om Har tiba-tiba pulang dan
tante mengadu kemudian kami semua dihajar suami tante Ayu yang terkenal
galak itu.Tiba2 entah mendapat ide gila dari mana Eko yang sedari tadi
hanya duduk diam mendengarkan nyeletuk dengan seenakknya.“Coba ya kita
bisa cicipin asi tante, duh pasti asyik ya?”Kami semua, apalagi Bambang
terkejut setengah mati. Tentunya dia lebih kaget krn itu adalah tantenya
sendiri. Jantungku terasa berhenti berdetak saking kagetnya. Rasanya
ingin lari saja dari ruangan itu karena malu dan takut dimarahi.
Ternyata Tante Ayu tidak marah.“yah kalo kalian mau, di dapur ada tuh
ASI tante yang di peras dan masukan dalam botol.Kami semua
berpandangan.“maksud kami langsung minum dari sumbernya tante’ kata Eko
malu2. Tante Ayu melotot, Km sudah siap dia meledak mengomeli
kekurangajaran Eko. Tapi ternyata tidak. Ia malah tertawa cekikikan,
dadanya berguncang2.“aduhhh kalian ini nakal sekali ya. Kalo langsung
berarti kalian liat buahdada tante dong. Kalo kalian masih 7-8 th tante
pasti berani kasih kalian kesempatan begitu. Tapi kalian susah besaar,
sudah ABG, 13 tahun kan kamu Bambang dan Eko? Irwan kamu malah udah 14
tahun kan?Kami mengangguk serempak.“emang kenapa kalo udah 14 tante?”
aku memberanikan diri bertanya.Tante menggosok2 rambutku dengan
lembut.“kalo sudah besar sudah ada nafsunya Irwan sayang. Masa mau liat
buahdada wanita dewasa? terlalu besar resikonya memberikan payudara
tante untuk kalian hisap,”Mendengar tante menyebut kata “buahdada” saja
sudah membuat darahku berdesir, aku yakin begitu juga dengan teman2ku.
Namun setelah kami semua membujuk tante, serta berusaha meyakinkan tante
bahwa kami tidak akan berbuat lebih dari mencicipi asi tante, beliau
luluh juga. Apalagi setelah melihat mata Eko yang tampak sangat ‘ngenes’
menginginkan pengalaman baru yang bagi kami saat itu sudah sangat luar
biasa.“ya udah, tante mau deh. Tapi janji ya, kalian udah selesai
sebelum oom kalian pulang”“iya iya tante”“Bambang, kalo papa mama kamu
tau kamu nakal gini sama tante, bisa dicabut uang jajan kamu. Apalagi
kalo tante bilang om harso, bisa dihajar kamu abis2an”“ya jangan ngadu
dong tante’ Bambang ketakutan.“Dan janji ya kalian. hanya minum asi
saja, tante nggak pengen kalian macem-macem sama tante. Kalian kan
bakalan liat payudara tante. Biar gimanapun kalian kan udah jadi
laki-laki kecil dan bertiga pula, takut juga tante sendirian cewek di
tengah 3 laki2 di rumah kosong gini pula. Kl tiba2 tiba kalian lepas
kontrol gimana?“Nggak kok, tante, kami janji” sambil berkata begitu mata
kami bertiga tidak lepas dari dada tante Ayu sambil meneguk ludah
berkali2. Tentunya kami akan berkata apapun agar mimpi km terpenuhi saat
itu. Kami tidak sabar menanti pemandangan indah itu sebentar lagi.
Tante sepertinya menyadari hal itu dan tersenyum2 sendiri melihat kami
tingkah bertiga. Tante meminta ijin untuk menaruh si bayi sejenak di
boxnya. Kami duduk rapi berjejer di sofa. Tak lama tante muncul lagi dan
berdiri di depan kami. Kami duduk manis dengan tegang. Tante hanya
senyum2.“Siap? Godanya.“Ssss sssi ssiap tante” kata kami hampir
serentak. Tante menyunggingkan senyum sekali lagi, maniss
sekali.Pemandangan yang ditunggu2 pun datanglah sudah. Tante meloloskan
bagian atas dasternya yg sdh dlm posisi terbuka kancing atasnya secara
perlahan. Kini bagian atas tubuh mulus itu hanya tertutup BH saja.
Bagian bawah masih tertutup daster yang tersangkut di pinggangnya. Seksi
abisss!! Jantung kami bertiga seperti ensemble perkusi saja berdetak
kencang sekali, untung saja tante tidak mendengar. Kemudian tangannya
meraih ke belakang punggunnya, meraih hook BH dan melepaskannya. Mata
kami mengikuti setiap milisecond gerakan tante membuka bh tersebut dan
memperlihatkan kulit dadanya yg putih mulus. Seperti kartu yang dipirit,
dada kirinya tersingkap. Kini payudara kirinya benar2 bulat2 terpampang
di hadapan kami tanpa terhalang kepala bayi lagi. Mula2 tante hanya
membuka salah satu cupnya saja. Tapi kami protes.“Dua2nya aja
tante”.“Ih, buat apa, hayoo mulai nakal ya, kalian sebenernya cm mau
liat buahdada tante aja ya? Dasar ABG genit” kerling tante Ayu
manja.“nggak kok tante, cuman kan kita bertiga, nanti gk cukup cuman
satu payudara untuk kami”“Ampun kamu pinter banget berdebat sih, iya deh
tp janji ya jgn liar ngeliat tante telanjang dada yaa” sambil berkata
demikian tante menuruti kemauan kami dengan membuka cup yang satunya
lagi.“nihh, puas?” goda tante ayu sambil mengerling menggoda ke arah
kami.Barulah terpampang di depan kami lengkap sepasang payudara yang
super indah. Sungguh tidak ada celanya. Dengan puting yg merah muda,
padhal usia tante sudah hampir 35 th tp mungkin karena kulitnya yang
sangat putih dan perawatan yang baik sehingga payudaranya masih terliat
sangat mengkal dan kencang, dg puting yg imut warna muda dan posisi
mengacung ke atas. Tentu saja kami bengong, bungkam seribu bahasa sambil
bengong menatap benda terindah yang pernah kami liat saat itu. Tante
Ayu tersenyum meliat kegenitan bocah2 itu.“gimana? masih montok kan?
Kalian suka gk?”serentak kami menjawab: “suka suka tante”“Puas2in deh
liat, tante ngerti kok anak2 sebaya kalian kayak apa. Tp jangan
lama-lama ya, tante nggak punya banyak waktu, oom kalian bentar lagi
pulang lho, katanya kan mau minum susu, bukan liatin dada istri orang”
tegur beliau mengingatkan. Dia duduk di sofa, kami saling berpandangan
siapa yang duluan mulai. Akhirnya Ekopun memulai duluan. Ia duduk di
samping tante, mula2 ia memegang tante tante dan dipinggirkannya agar
tidak menghalangi tubuhnya yang duduk merapat wanita cantik itu. Dengan
gemetar dia mendekatkan mulutnya ke puting yang sangat menggoda
tersebut. Tante tampak sedikit grogi. Dan akhirnya sampailah mulut Eko
di surga dunia tersebut. Kedua bibirnya mengatup dan mengunci putting
kiri tante. Dia langsung tergegas menghisapnya. Tante Ayu melenguh
perlahan. Maklum, kali ini ‘bayi’ yang menyusu padanya adalah remaja
tanggung dengan gigi yang lengkap! Tangan tante memegang kepala eko. Ia
menggigit bibir bawahnya dan matanya mendelik ke atas. Pasti karena
perasaan aneh yang melandanya saat itu.Sungguh pemandangan yang
menegangkan. Seorang wanita dewasa yang sangat cantik dan sintal menurut
kami, sudah menikah, membiarkan mulut seorang anak tanggung hinggap di
payudaranya yang putih mengkal. Susu keliatan mengalir deras ke dalam
mulut Eko. Keliatan dari mulut teman kami itu yang menggembung penuh
oleh cairan. Dengan nekad Eko melanjutkan dengan meremas buah dada
beliau serta mulai berani memainkan puting susunya dengan beberapa
gerakan memelintir“Pentil yg satunya nggak usah dipencet-pencet lagi.
Udah keluar kok. Kamu coba langsung menghisapnya kayak anak tante ini”
jelas beliau lagi. Setelah berapa lama, Eko pun tampak puas. Ia menarik
mulutnya dari putting tante ayu yang keliatan mulai memerah sambil
menyeka mulutnya. Sesekali ia melepas kenyotannya dan memainkan putting
tante dengan sapuan melingkar lidahnya mengelilingi putting itu. Tante
protes.“Okhh Eko, apa2an sih kamu, jangan gitu, jangan dijilat2 doong”
Eko menurut namun sesekali ia mencuri2 lagi kesempatan. Akhirnya tante
keliatan rada kesal dan mendorong Eko menjauh.“udah ah, cukup ah kamu,
genit banget sih, jelek” dengan wajah dicemberut2kan, Eko menarik diri
sambil nyengir.Kini giliran Bambang. Awalnya dia juga tampak grogi
banget, maklum, tante ayu kan istri oomnya sendiri. Dia kebingungan
mengambil posisi harus bagaimana mulai menyusu. Aku dan Eko tidak
tinggal diam untuk membantu. Tante pun kami baringkan dlm posisi
telentang di sofa. Mula2 tante bingung tapi tetap menurut juga. Aku dan
Eko meratakan kakinya di sofa, mata kami nanar melihat daster tante yg
tipis dan menerawang, memperlihatkan celana dalamnya di balik itu. Ada
bayangan hitam di sana, apalgi kalo bukan bulu2 halus kemaluan. Angan2
kami terus melambung tinggi mengharapkan dapat menikmati sesuatu yg
lebih dari ASI malam itu. Apalagi kalau bukan ‘sari’ tante, tante Ayu
sebagai wanita seutuhnya. Namun tentunya kita tidak bisa berharap angan
itu akan menjadi kenyataan, untuk bisa berbuat ini saja kami sudah
sangat beruntung.. Bambang merangkak di atas tubuh putih mulus itu.
Mulutnya melahap dg rakus payudara kiri tante Ayu smtr tangannya sibuk
membelai satunya lg. km melotot meliat kenekadan Bambang. Tante Ayu
hanya tersenyum2 simpul sambil membelai kepala Bambang.“ini dia
keponakan tante yang paling nakal sama tantenya sendiri. Untung tante
baik gk akan ngadu sama mamanya” Bambang merah mukanya.“santai aja ya
sayang. Gk usah terlalu bersemangat. Sakit lho. Tante gk ke mana2 kok”
ujarnya perlahan. Sesekali ia merintih dan tubuh moleknya itu
menggelinjang. Bambang terus menyedot seakan tidak ingat giliran yang
lain. Bunyi berdecap terdengar kencang sekali. Otot payudara tante
sampai tertarik ke atas. Terlihat jelas sekali urat2 payudara tante
serta pori2nya. Kami sangat terangsang. Bayangkan, seorang keponakan
sedang menghisap payudara tantenya sendiri dan tantenya pasrah begitu
saja!“jangan yg kiri terus dong Bambang, ini yg kanan juga ya”. Sambil
berkata begitu, tante menyorongkan dada kanannya sambil sedikit
meremasnya”. Bambang menatapnya nanar. Dg posisi begitu, payudara itu
bertambah keliatan sangat merangsang. Ia menjilati putting kanan tante
dg perlahan. Kemudian dengan nekadnya ia menjilati seluruh permukaan
payudara tante. Kali ini tante tidak marah seperti pada Eko, resmi sudah
tante dicumbu Bambang, tidak sekedar menyusu. Kami cemburu pd bambang,
membayangkan betapa asyiknya Bambang dapat merasakan kulit payudara yang
mulus licin serta masih sangat kenyal itu itu dengan lidahnya. Tante
menggelinjang hebat, “ouwww Bambangdd, kok dijilat2 sihhh sayangg. km
mau minum susu atau apa sih sayang, nggghhhhhh, ouhhh, ngghhhh, kamu dan
eko sama genitnya nihh”“minum susu tante” ujar Bambang tersipu.“itu
namanya mencabuli tante sayang, gak boleh ya, kamu sudah mulai besar
tapi belum cukup dewasa untuk berbuat cabul begtu, yah? Awas kmu macem2
tante aduin mama kamu yaa”Bambang nyengir malu. Ia menghentikan aksinya
sebentar. Sambil terus menatap nanar puting merah muda tersebut.
Kemudian kembali menghisap tanpa jilatan seperti permintaan tante Ayu.
Yg tidak bisa dihindarkan adalah penisnya yang membengkak dari balik
celananya menyundul2 selangkangan tante Ayu. Wanita molek itu menyadari
hal itu dan mencoba memposisikan dirinya tidak seperti sedang disetubuhi
remaja tersebut, tapi Bambang tetap memaksakan sehingga tante Ayu
terpojok di pojok atas sofa tanpa bisa berontak lebih lanjut.“Bambang,
Bambang, Bambang, stop dulu sayang, stop stoppp”Bambang menyetop
aksinya.Tante duduk sambil melotot:“inget gk sama janji kamu tadi?”
omelnya. Tapi dia tidak tampak marah betulan, mungkin hanya
kesal.Bambang menunduk. “maaf tante, kebawa emosi”“iya tante ngerti
kalian ini masih tinggi2nya libido di usia kalian itu, tante kan sudah
kasih kalian kesempatan untuk sedikit menikmati keindahan tubuh wanita.
Tante rela sedikit memperlihatkan tubuh tante untuk kalian krn tante
sayang kalian. Untuk memperlihatkan buahdada tante ke kalian saja, tante
sudah terbilang nekad, apalagi tante kan bersuami dan kalian sudah
cukup beruntung”. Kami hanya mengangguk-angguk.“kalo tadi penis si
Bambang melejit dan nyelonong masuk vagina tante gimana? Masa kamu mau
penetrasi tante sendiri? Kamu kebayang gk dosanya sperti apa? kalo
kalian gk mau kontrol, tante batalkan saja deh acara minum susu ini,”
ambeknya.“jangan-jangan tante, kita janji deh” aku menyela. Yg lain juga
mendukung sambil mengangguk-angguk.Setelah itu Tante Ayu menggilir kami
satu persatu untuk disusui olehnya. Giliran terakhir tentunya aku.
Namun kembali di rotasi sehingga masing2 kebagian 2 kali menyusu.
Anaknya yang masih bayi dibaringkan diatas sofa yang kosong untuk lebih
mempermudah beliau menyusui anak angkatnya saat itu.Sisa malam itu kami
menghormati peraturan yang tante berikan, kami hanya strict dengan acara
menghisap payudara tanpa embel2 kenakalan lain walaupun harapan kami
bisa lebih beruntung daripada itu. Tentunya kami tidak mau kehilangan
kesempatan emas karena terlalu rakus. Yang jelas ke dua payudara montok
yang sehari-hari milik oom harso itu habis2an kami nikmati setiap
centinya. Putting yang merah muda dan mungil itu habis2an kami kunyah./
Bongkahan mengkal itu keliatan merah merona dihabisi oleh mulut2 kami
yang rakus. Kami selesai sekitar jam 8 malam setelah Oom Harso menelepon
dan bilang akan pulang sekitar jam 10.Sambil mengenakan kembali BHnya
tante menepuk2 kepala kami satu per satu. “tante senang kalian mengikuti
aturan tante. Tante harus tegas walaupun tante tau kalian pasti sangat
terangsang bisa melihat isi BH tante, tante yakin kalian sudah
membayangkan bisa menyetubuihi tante bukan?”Alangkah malunya kami tante
bisa menebak piikiran kami. Kami hanya mengangguk-angguk lemah sambil
menundukkan kepala.“Bukannya tante munafik, terus terang tante agak2
penasaran juga gimana rasanya kalian setubuhi, pemuda2 setampan dan
segagah kalian. Tapi tante akan terus merasa bersalah sama oom kalian
kalo tante menuruti emosi membiarkan tubuh tante kalian nikmati. Kalau
kalian menghormati om harso, tentu kalian menghormati beliau kan?
Bayangkan perasaan oom kalo tau istrinya kalian setubuhi bertiga? Coba
kalo kelak kalian punya istri kemudian disetubuhi orang lain, anak2
tanggung lagi. Kalo kalian terus menurut begini, tante gk keberatan kalo
kalian ingin lagi sekali2 nikmati dada dan susu btante.” Kami tentunya
tidak bisa berbuat lain selain mengangguk-angguk.“Ngomong2, kalo kalian
ingin lepaskan, buang aja dulu tuh di kamar mandi tante, tapi ingat ya,
siram lho. Tante gk mau oom liat genangan sperma di kamar mandinya”
sambil berkata begitu tante tersenyum ke arah kami bertiga. Malunya
bukan kepalang lagi mendengar tante tahu saja tekanan biologis kami.
Kami pun masuk kamar mandi untuk mengluarkan isi ‘peluru’ kami. Namun
Bambang belum, ckup lama setelah kami keluar, Bambang akhirnya keluar
juga.“tante, aku gk bisa”“lho kenapa? Ya sudah di ruma saja nanti ya
sayang’ kata tante.“hmmm, tante boleh nggak aku keluarin di antara dada
tante?’ ucapnya malu2.Tante tersenyum. “iya deh liat ke sini.km kbyakan
liat bf kyknya nih.sini”Bambang memelorotkan celananya. Tante berjongkok
di depan keponakannya itu sambil membuka kembali baju atas dan behanya.
Terliat lagi sepasang payudara indah itu. Bambang pun mulai mengocok
sambil membelai2 payudara tersebut. Suatu pemandangan yang ganjil bagi
kami saat itu tapi sangat merangsang. Akhirnya Bambang pun keluar.
Spermanya muncrat dengan deras menyirami payudara dan sebagian wajah
tantenya tersayang itu. Kami tertegun tidak berkata apapun melihat itu.
Tante menyeka sisa2 sperma sambil tersenyum2 simpul. “dasar ABG”
kerlingnya lagi.Kamipun beres2 dan pulang setelah itu.Semenjak hari
beruntung itu, pada setiap hari-hari tertentu dalam seminggu kami pasti
berkunjung kerumah tante Ayu tentunya jika oom harso tidak ada. Tante
Ayu senantiasa menyambut kami dengan ramah dan penuh perhatian. Beliau
tidak pernah mengecewakan kami. Menyusui kami dengan sabar satu persatu.
Tidak pernah sejenakpun kami merasa bosan dengan buahdada dan putingnya
yang selalu mengacung tegang tiap kali kami mainkan. Setelah waktu
berlalu, tante mulai memperlunak sikapnya. Beliau tidak lagi marah bila
kami menekan-nekan pistol kami di selangkangannya. Hisapan kami pun
tambah bervariasi. Bambang suka menjilati sekitar putting, aku suka
menggesekkan bibirku ke seluruh permukaan payudara beliau yang sangat
halus tersebut, dan Eko senang sekali membenamkan wajahnya ke antara ke
dua gunung kembar tersebut. Tangan kami pun makin hari makin liar, dan
tante seperti nya sudah capek menjaga tangan kami sehingga akhir2nya
beliau pasrah saja dengan kenekadan dan kejahilan tangan2 kami dalam
menjamah bagian2 sensitif tubuhnya. Dimulai dg Bambang. Akhirnya km
semua pernah merasakan mengobel vagina wanita bersuami itu. Akhirnya
kami semua bisa merasakan anatomi vagina tante ayu mulai dari labia,
klitoris, sampai masuk-masuk ke dalam ke rahim, alangkah indahnya. Suara
menjerit dan merintih tante setiap kali jari kami menyelip masuk
diantara kedua paha mulusnya terdengar sangat merdu dan menggoda. Namun
semua itu kami lakukan tanpa sekalipun dibolehkan meliat langsung ke
arah vagina teresbut. Kegiatan ini terus rutin kami lakukan sampai kami
lulus SMP.Sampai selama itu, senakal2nya kami, kami tetap menjaga
kehormatan tante Ayu dan tidak mencoba2 mengusik daerah terlarangnya
walaupun keinginan kami untuk melakukannya sudah memuncak sampai ujung
kepala.Adalah Bambang yang mula2 mencetuskan keinginannya melihat
kemaluan Tante Ayu. Semula kami kita tante akan marah tapi ternyata
tante menanggapi permintaan kurang ajar Bambang itu dg tertawa geli.“ya
ampunn, buat apa sih Bambang? Kalian kan dah puas korek2 itu?”“kepingin
aja tante, aku belum pernah liat soalnya hehehe..”“terus kalo dah liat
mau ngapain?”“ya nggak ngapa2in, mau liat ajaa” kami tegang sekali
mendengar pembicaraan tersebut. Kami takut sekali tante marah dan
mengadukan kami kepada Oom harso.Akhirnya terjadi juga. Sambil
tersenyum2 menggoda, tante melepaskan celana dlmnya dan perlahan2
memperlihatkan kpd km utk pertama kalinya benda yang saat itu kami
impi2kan untuk melihatnya. Km hampir berteriak saking senangnya. Namun
tentunya kami tidak berani berkata apapun selain menahan nafas. Kemaluan
kami yang pasti sudah tidak tertahankan lagi sedang tegang2nya di dalam
celana masing2. Tante Ayu tentunya menyadari keadaan ini. Ia tersenyum
simpul menyadari reaksi kami sambil mengelus2 sisi2 dari kemaluannya
yang tidak tertutup bulu.“Apa bagusnya sih benda begini aja?”
godanya.Kami tidak mendengarkan dan terus saja melotot memandangi sela
paha yang sama sekali tidak tertutup itu.“udah ya?” kata tante ayu
sambil pura2 hendak menaikkan celananya lagi.“Beluuum’!!” serentak kami
berteriak.“udah dong anak2, ini punya oom kalian lhoo. Tante kan malu.
Lagian nanti kalo ada yang masuk gimana?” rajuknya.“kita pindah ke kamar
aja ya tante” pancingku untung2an. Mulanya tante gak ragu.“ihhh kamu
genit yaa, awas yaa, tp tante sih mau aja, tapi awas jangan lupa daratan
ya di kamar. Tante mau kalian jaga tante. Tante sudah berikan banyak
buat kalian lho’“iya tante’ kami manut2 saja. Tapi tentunya kayalan kami
melayang ke mana2.“Tante mau deh pinjamkan tubuh tante. Puaskan
imaginasi erotis kalian dg tubuh ini. Satu hal yang tante minta, kalian
janji mau jaga kehormatan tante?”“iyaaa tanteeee” serempak kami
menjawab. Dengan girang Bambang mengambil inisiatif menggendong tante ke
dalam kamar. Di dalam kamar kami melemparkan tante ayu ke
ranjang.“auuwwww, ya ampun” pekik tante ayu. “ranjang tante dan oom
kalian ini lho, kalian hati2 ya ponakan2ku tersayang. Tante gk mau
kalian melewati batas apalagi di ranjang oom kalian dan tante yaaa”.
Sekarang terlihat tante agak kuatir. Maklum suasana malam itu sepi
sekali.Kami hanya senyum2 saja. Mata kami nanar meliat pemandangan yang
sangat luar biasa kali ini: tante ayu telanjang bulat!! Tubuhnya
telentang di atas kasur pasrah dengan kenakalan bocah2 ini. sangat putih
lagi montok, mulus dan sangat menantang hasrat kelakian kami. Pahanya
tidak lg tertutup memperliatkan gundukan daging tertutup bulu yang
seakan menantang kami untuk menerobosnya dgn penis2 liar kami. Jantung
km berdegup tidak menentu. Harapan kami bertiga saat itu sama: agar om
harso tidak cepat pulang.Kali ini Eko yang duluan naik ke atas ranjang.
Terliat tante agak grogi meliat tubuh Eko di atas tubuhnya yg telanjang
di ranjang.“aduh Eko, hati2 sayang, Eko, auhhh, hati hatiii…’’tante agak
panik ketika berapa kali kepala penis Eko tergesek diatas bulu2
kemaluannya ketika anak tanggung itu sedang memperbaiki posisinya.Eko
melirik ke arah kita dengan pandangan agak nakal. Kami menangkap sinyal
yang dilemparkan eko namun belum berani memutuskan apa2. Maklum. Ini
semua terlalu beresiko, kami tidak yakin apakah tante ayu akan tetap
sebaik sekarang kalau kami melangkah lebih jauh dari biasanya.Untuk
sementara, Eko menuruti kata-kata tante untuk menghindarkan penisnya
tergesek ke benda ‘keramat’ itu. Tante pun mulai kembali relax. Ia mulai
‘memperlakukan’ Eko dengan baik. Ia biarkan anak tanggung itu merangkah
di atas tubuhnya dan menjilati seluruh permukaan payudaranya. Eko
menikmati licinnya kulit payudara tante dengan jilatan2 lembut dan
sangat perlahan. Saat menyentuh putting tante, eko tambah memperlambat
gerakan lidahnya dan memutari putting tersebut dengan gerakan melingkar2
dengan ujung lidahnya. Sesekali ia menyapu putting tersebut dengan
suatu jilatan halus. Terlihat tante ayu meregang. Badannya sesekali
melengkung ke atas menggelinjang menikmati jilatan2 eko yang mulai
pintar itu. Eko menangkap reaksi baik tante ayu itu dan memindahkan
tangan kirinya ke antara paha tante. Mula2 ia membelai2 bulu2 tersebut
dengan sangat lembut, kemudian jari tengahnya mulai menyelip. Dan bless,
dalam tempo bbrp milisecond kami menyaksikan jari tengahnya menghilang
di antara bulu2 halus dan tipis tersebut, menerobos di gundukan daging
imut melalui celah2nya. Tante ayu menjerit halus. Namun sempat cekikikan
geli. Kami menganga, adegan itu membuat adik2 kecil kami berdiri dengan
tegangnya dan tidak seperti biasanya, kami tidak buru2 ingin rekan kami
menyelesaikan gilirannya. Kami pun tidak habis pikir mengapa Eko kali
itu sangat sabar dan cukup canggih memancing reaksi tante!Tante keliatan
bimbang. Dia mulai berontak namun tiap kali jari Eko meneborobos,
matanya mendelik ke atas. Tindakan preventif tante adalah dia menutup
pahanya dan membelokkannya ke samping sehingga remaja tanggung itu tidak
bisa mengarahkan penisnya di antara selangkangan wanita berusia jauh di
atasnya itu. Namun Eko tidak buru2 keliatannya. Dia benamkan berkali2
jarinya, sampai basah sekali.Bambang berkali2 meliat ke luar jendela
meliat ke pagar. Jelas dialah yang paling panik dari semua di antara
kita, karena yang sedang dikerjain adalah tantenya sendiri. Ruangan ber
AC tp kami berempat berkeringat. Apalagi Eko dan Tante Ayu. Mereka terus
bergumul di saksikan mata melotot saya dan bambang. Tiba2 bambang
menghentikan aksinya, bangkit dan berdiri begitu saja di samping tempat
tidur, Penisnya yang sudah sangat bengkak terjuntai begitu saja tepat di
samping badan tante Ayu. Tante yang sintal itu ikut heran seperti
kami.“sudah eko? Kamu kenyang ya?” kami tahu maksud tante dengan kenyang
adalah puas tp tidak enak dia menggunakan kata itu. Tentunya dia heran
karena Eko belum ejakulasi. Dan dia pasti maklum, kali ini sasaran kami
adalah sampai ejakulasi tidak seperti biasanya. Walaupun untuk
mengharapkan ejakulasi di dalam vagina tante ayu masih terlalu muluk
bagi kami saat itu.Eko hanya tersenyum-senyum saja. Dia menelan sisa2
susu tante ayu yang masih ada dalam mulutnya. Tante bangun dari posisi
telentang, ia mengambil kain di sisi tempat tidur dan menyeka
payudaranya. Kami semua terdiam tidak tahu apa yang harus kami lakukan
saat itu. Nafsu binatang sudah memuncak sampai ke ubun2 kami semua.
Bahkan Bambang keliatan sudah tidak perduli lagi hubungan darahnya
dengan tante ayu. Kami bertiga tertegun memperhatikan tante ayu yang
masih telanjang bulat itu selama beberapa menit.Tiba2 Eko memeluk tante
ayu. Tante yang tidak curiga tersenyum manis dan memeluk balik anak
tanggung itu.“kamu udah ya gilirannya? Sekarang gantian sama Bambang
atau Wawan ya?”Eko mengangguk2. Namun tangannya meremas payudara tante
sekali lagi. Tante memegang tangan nakal itu dan memindahkannya ke
perutnya.“Sudah ya sayang. Cukup ya. Kasian yang lain kepingin juga
tuh”. Eko dalam tempo bberapa detik memindahkan balik tangan tante ke
penisnya dan memberi tanda ke tante untuk mengocoknya. Lagi2 tante
dengan sabar tersenyum dan menuruti. Mungkin dengan demikian ia pikir
Eko akan cepat keluar dan menyelesaikan ‘penasaran’nya pada tubuhnya
yang bugil total saat itu. Mungkin itu juga dalam rencananya ke pada aku
berdua Bambang. Supaya cepat selesai dan kami cepat keluar dari
rumahnya. Namun dugaannya meleset jauh. Nafsu yg sudah memuncak Eko
memberinya keberanian utk membaringkan Tante Ayu sekali lagi.Tante yang
keliatan masih bertanya2 mula2 menurut. Namun ketika Eko menggunakan
tangannya mengangkangkan kedua pahanya. Ia berontak dengan keras!“Eko!!
Mau ngapain kamu????” jeritnya tertahan. Karena saat itu, tangan Eko
yang satu menekan tangan kiri tante ke tempat tidur dan menggiring
penisnya mengarah kepada kemaluan tante yang sudah keliatan basah. Aku
dan Bambang bengong tanpa mampu berbuat apa2. Sebagian dari pikiran kami
panik takut sekali ini akan jadi peristiwa pemerkosaan dan kami akan
terlibat di dalamnya. Sebagian lain dari otak kami, menginginkan Eko
membuka peluang itu untuk kami juga. Tak ada seorang pun di antara kami
yang sanggup menahan godaan seksuil memandang tubuh yang selama ini
hanya ada dalam khayalan kami itu dalam keadaan polos tanpa sehelai
benangpun. Tanpa saling bicara kami sadar dalam hati bahwa kesepakatan
kali ini hanya satu: menikmati tubuh itu bergantian!Namun sekuat2nya
tante ayu melawan, tenaga eko lebih kuat. Dengan memaksa ujung penis eko
mulai menguak celah surgawi milik istri om harso itu. Kami hampir tidak
berani meliat. Ketegangan, ketakutan, bercampur dengan harap2 cemas
bahwa tante akan menyerah saja dan setelah itu kami mendapatkan giliran
kami masing-masing. Yang kami lihat saat itu ialah tante yang pucat pasi
dan panik luar biasa. Namun karena tenaganya sudah mulai habis,
perlawanannya pun melemah. Usaha terakhirnya ialah mendorong dada eko
sekuatnya. Namun ekok sudah kerasukan. Kepala helm terus merangsek masuk
senti demi senti.“oh my god oh my god, eko, eko, sadar sayang, eko,
elin elingggg… nggggghhhh. Eko itu masuk, masuk sayang. Please udah
udah, tante mohon sayang, eko ya ampun, ekoo ampunnnn dehhhh…. ohhhh..
om bentar lagi pulang eko… udah yaaaa… auuuuuuwwww ekkkkoooo…. “ kami
meliat ujung penis eko sudah mulai menghilang. Astagaaaaa. Seakan kami
tidak mempercayai apa yang kami liat malam itu. Eko berhasil melakukan
sesuatu yang selama ini hanya mimpi! Eko benar2 pahlawan kami saat
itu.Seiring dengan melesaknya si jagoan kecil eko, mata tante mendelik2
sehingga cuma keliatan putihnya saja. Hidungnya kembang kempis, nafasnya
tambah memburu. putingnya yang selama ini memang sudah memunjung
posisinya tambah memunjung ke atas. Siapapun yang melihat dia dalam
posisi ini pasti akan terangsang dan mungkin akan join dengan eko untuk
mengerjainya. Keberanian tante bermain dengan resiko selama ini menjadi
bumerang. Akhirnya ia harus termakan kenakalannya sendiri yang dimulai
dari niat flirting saja. Seorg anak tanggung berhasil mempenetrasinya!!!
Ini adalah ganjaran yg mgkn akan disesali tante Ayu seumur hidupnya.
Sisa-sisa tenaga tante ayu mungkin tidak cukup lagi untuk menghentikan
Eko. Eko mulai mencumbu wanita yang jauh lebih tua dari mereka itu. Ia
menciumi leher tante ayu, dan menjilati dadanya. Tangan tante ayu
direntangkan dan dia terus menekan masuk sepnuhnya masuk dalam liang
pertahanan terakhir tante ayu. Tante ayu pun menjerit ckup kencang kali
ini. Ia melenguh sangat panjang namun tidak bisa memungkiri kenikmatan
yang diperolehnya dari kenekadan pemuda yang tidak sampai setengah
umurnya dari dia tersebut.“ekkkooooo, gila kamu sayang… owwww… itu masuk
semua.. Ya ampun Eko, what the hell are you doing… ekkoooo jangan
sayanggggg, oh God, you’re fucking me Eko, please stoppppp….” . dan
blesssss… kami mnahan nafas.Eko sejenak terdiam. Ini berhenti dalam
posisi penisnya terbenam seluruhnya sampai ke pangkal rahim tante.
Terasa ujungnya menyentuh dinding2 hangat yang sangat nyaman rasanya. Ia
menghentikan aksi dorongnya krn sudah tidak bisa mendorong lagi. Semua
terdiam . kami menunggu reaksi tante selanjutnya. Eko mulai tampak
bimbang dan takut. Mungkin ia menyadari kenekadannya saat itu dan resiko
besar yg akan diterimanya bila tante marah dan memutuskan melaporkan
kami ke om Harso atau lebih parah, polisi!! Posisi mereka tetap sama,
eko menindih tante dari atas dan penisnya tertancap dalam2.Setelah bbrp
menit, tante mulai buka suara. Ia mulai keliatan tenang dan berusaha
menguasai diri.“eko, km sadar gk kamu lagi apa sayang? Km udah gaulin
tante sayang” suaranya lirih dan lembut namun terdengar sedih.
Dibelainya rambut remaja tanggung pertama yg berhasil melakukan hal tabu
thd dirinya itu.“enggg, iya tante” wajah eko keliatan ketakutan sekali
dan penuh rasa bersalah. Namun dia tidak mau menarik penisnya dari dalam
liang tante. Tante mendorong Eko perlahan, penis Eko pun tercabut dari
liangnya. Flop!Mereka berdua tetap duduk di ranjang. Perkataan tante Ayu
selanjutnya membuat kami shock dan tidak akan kami lupakan seumur hidup
kami.“ya sudah. Kalau ini yang kalian mau, tante cuman bisa pasrah. Eko
sekarang kamu lanjutkan saja ya, selesaikan apa yg km dah mulai. yang
lain ke luar dulu. Tante akan puasin kalian satu persatu. Tante rela
kok. Asal ini menjadi rahasia kita berempat”serasa petir di siang bolong
pernyataan itu. Saya dan bambang termangu seperti orang bego namun
perlahan menurut dan beranjak meninggalkan ruangan.“Bambang dan wawan,
tolong liat2 ke luar, tante takut om pulang tiba2”kami pun menunggu di
luar pintu kamar. Sambil berjalan ragu ke luar kamar, kami sempat
menengok ke belakang, Eko beranjak naik ke kasur sementara tante
menunggu pasrah. Nampaknya tante sudah putus akal gimana menghadapi
kenakalan dan kekurangajaran kami bertiga. Mungkin dengan cara ini
sajalah ia merasa kami tidak akan lagi kurang ajar besok2 terhadap
dirinya. Cara yang sangat menguntungkan kami: melayani kami!Ini lah
titik paling berkesan dalam hidup kami dan kami sadari itu. Alangkah
beruntung nya kamidan alangkah kasiannya Oom Harso, istrinya yang cantik
jelita sebentar lagi akan dilahap 3 anak tanggung kurang ajar.Dari
dalam arah kamar terdengar suara rintihan tante dan erangan Eko. Gila tu
anak, emang nekadnya jangan ditanya lagi deh. Tp hari ini segala
kenekadannya membuahkan hasil. Siapa nyana dia berhasil menyetubuhi
wanita secantik, semolek tante ayu? Bahkan untuk mengkhayalkan saja
untuk kami sudah terlalu muluk saat itu. Kami berusaha mengintip tp
sulit sekali karena lubang angin di atas pintu terlalu tinggi dan lubang
kunci terlalu kecil untuk dapat melihat jelas ke dalam. Dari balik
lubang kunci kami hanya bisa melihat kaki Eko di antara kaki tante dan
dalam posisi menggenjot tante. Ouch, Damn lucky bastard!! Pikir kami
saat itu. Tak lama berselang, terdengar Eko menjerit tertahan. Hmm,
selesai juga anak bedebah itu, pikir aku dan Bambang. Untuk beberapa
lama Eko dan Tante terdiam. Kami tidak berani mengintip lagi takut
mereka ke luar kamar tiba2. Tak lama berselang pintu di buka, Eko keluar
dengan tampang lemas tapi puas.“siapa lagi tuh?” Seringainya. Aku dan
Bambang berpandang2an. Akhirnya Bambang memberikan kode kepadaku untuk
masuk duluan. Dia masih tampak ragu berat melakukan hal ini walaupun
kami semua tau dia sangat menginginkannya.Dengan deg2an aku masuk ke
kamar. Nampak Tante Ayu baru aja selesai basuh2 dari kamar mandi. Ia
mengerling ke arahku dengan wajah sendu.“kamu mau skarang? Tapi pelan2
ya, tante masih capek.”Aku cuman mengangguk. Tante memeluk aku dan
mencium keningku.“Mudah2an setelah ini, kamu gk ngelakuin ini sama
siapapun seblum kamu nikah ya. Tante yakin tante akan menyesal tp tante
melakukan ini karena tante sayang sama kalian.”“iya tante’ Aku hanya
mengangguk2, tapi tentunya tak sedikitpun mengindahkan ucapan itu.
Selagi ia memeluknya, pandanganku hanya ke arah dadanya yang membusung
indah dan hanya ditutupi daster tipis. Aah, Eko, hebat lo bisa merasakan
tubuh ini pertama kali.Setelah ‘wejangan2nya’ tante menuntunkku ke arah
ranjang. Aku memeluknya dari belakang. Harum. Ia memegang pinggulku ke
arah belakang. Aku melingkarkan tangah membelai perutnya. Aku menaikkan
bagian bawah daster sampai ke pinggang sambil menciumi lehernya.
Tanganku membelai pinnggangnya yg kecil dan liat, menyelipkan jariku di
pusarnya. Mataku sesekali menyapu pandangan ke sekeliling kamar. Tidak
ada perasaan bersalah sedikitpun melihat foto2 tante ayu, suami dan
keluarganya. Akal sehatku mati, yg ada hanyalah keinginan untuk mencetak
score pertamaku. Dan dengan wanita secantik dan semulus itu!!! Tanganku
membelai bagian tengah pahanya yg sudah kembali terbalut celana dalam,
meraba tekstur bulu2 halus itu dari balik celana dalam tipis merupakan
pengalaman menarik tersendiri. Jariku mulai meraba ke arah ‘belahan
bawah’. Hmm sudah mulai basah. Andai saat itu aku sudah pernah merasakan
seks, tentunya aku akan terus melanjutkan foreplay dengan berbagai
macam teknik, namun aku tak kuat. Secepatnya aku dotong badannya agar
menekuk dan menungging di pinggir kasur. Aku pelorotin celana dalamnya.
Yang aku liat skarang adalah belahan vagina yg tertutup bulu2 halus dan
pendek. Aku terpana. Ini kah vagina pertamaku? Seindah ini kah? Pantat
tante membulat sempurna, pinggangnya begitu kecil dan kencang, tidak
sedikitpun seperti orang yg pernah melahirkan 2 anak. Aku memelorotkan
celanaku sendiri dan blesssss… aku seakan hendak berteriak kencang namun
bisa mengontrol diri, agar tetangga tidka mendengar. Tante berusaha
meraih kepalaku ke arah belakang punggungnya, sehingga badannya agak
meliuk. Aku mulai menggenjot, struktur kulit dan tulang di dalam vagina
benar2 baru bagiku saat itu. Aku menggenjot dan menggenjot. Namun tidak
sampai 5 menit, semprotan kencang spermaku tidak dapat lagi aku tahan.
Aku menyemprot dan menyemprot sampai tetes terakhir, semua nya di dalam,
tak satupun yg aku keluarkan. Vagina tante berdenyut kencang sekali,
mencengkram penisku seperti memerasnya. Tak lama aku terkulai lemas.
Tante mengambil tissue dan mengelap liang vaginanya.“aduuh,, supply nya
banyak sekali protein murni deh buat tante hari ini”wajahnya tetap
jenaka, aku memandang tubuhnya sekali lagi seakan tidak percaya. Tante
mencium kening ku sekali lagi.“udah sayang?”Aku tersenyum lemah.“sudah
tante’“ok, kamu sekarang basuh2, terus panggil bambang ya. Lupakan apa
yang barusan terjadi. Tante senang kamu menikmatinya, tante ingin kamu
kenang barusan sebagai sex pertama kamu, tp bukan dengan tante’ aku
hanya mengiyakan.Giliran selanjutnya tentunya bambang. Aku menyuruhnya
masuk, dan menunggu di luar dengan eko. Di luar dugaan, bambang berada
di dalam lama sekali. Hampir satu jam. Belakangan dia baru cerita justru
anti klimaks, tidak bisa ereksi, mungkin karena terlalu tegang dan
merasa kikuk serta bersalah. Namun akhirnya berhasil dengan ketelatenan
tante Ayu yg sangat tenang dan cool malam itu. Kami benar2 mendapatkan
pelajaran yang sangat berharga. Setelah bambang selesai, hampir satu jam
kami duduk2 di ruang TV menonton acara komedi. Namun pikiran kami tak
satupun yang tau apa isi acara. Terbayang pengalaman luar biasa ygn baru
terjadi.Beberapa lama om harso pulang, menemui kami di ruang tamu,
memeluk bambang dan menepuk2 kepala aku dan Eko. Tidak tau apa yang
barusan kami lakukan. Kami pulang dengan perasaan campur aduk.Setelah
kejadian itu, tidak ada lagi acara menyusui walaupun aku dkk berusaha
melobi tante untuk melakukannya lagi.“setelah acara puncak, gk ada lagi
acara hiburan’ tolak tante selalu sambil senyum2 genit.Aku pindah ke
luar kota 1 tahun kemudian melanjutkan sekolah SMA di kota lain. Bambang
dan Eko masih di kota itu.Ketika aku kuliah, sempat sekali pulang dan
menelpon tante Ayu, dia sudah anak 3, bambang dan Eko sudah pindah jg.
Eko ke Melbourne melanjutkan kuliah malah. Aku janjian dengan tante di
KFC dekat rumah tante. Pulangnya aku menjemput anak bungsu tante ke
sekolah dengan tante jg. Sesampai di rumah, anak itu langsung makan dan
tidur siang. Aku melahap tante Ayu sebagai nostalgia, pinggangnya sudah
lumayan besar dan badannya agak kendor namun jangan tanya berapa orgasme
yang aku dapat sore itu.Sampai saat ini (sudah sekitar 13 tahun) kami
semua tidak pernah lagi bertemu Tante Ayu, kecuali bambang. Tentunya dia
sudah tua dan tidak lagi menarik secara seksual. Namun kenangan yang ia
tinggalkan pada kami tidak akan hilang sepanjang masa.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a3.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/217052_204668309556074_202163969806508_612125_5444713_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-74071425854763328662012-01-17T00:32:00.000-08:002012-01-17T00:32:15.146-08:00diperkosa mandor dan kuli Tomi diangkat oleh perusahaan sebagai seorang mandor karena dia
memiliki latar belakang kehidupan yang keras, memang dia adalah seorang
preman disebuah kawasan yang rawan kriminal di Bandung. Dengan harapan
kedudukan Tomi sebagai mandor buruh, maka para buruh akan segan dan
takut terhadap perusahaan. Saat ini ada seorang mahasiswi yang kebetulan
sedang tugas magang di pabrik itu namanya Ani, usianya masih 19 tahun
dan dia adalah seorang mahasisiwi Fakultas Teknik Industri pada sebuah
perguruan tinggi negeri yang terkenal di kota Bandung. Ani cukup lincah
dalam bekerja. Gadis cantik itu pintar dan rajin dalam melakukan
tugas-tugasnya. Dia memiliki wajah yang imut-imut dan cantik sekali
seperti mojang-mojang Bandung umumnya yang memiliki kulit putih bersih.
Selama bekerja magang di pabrik itu, Tomi sering memperhatikan Ani.
Potongan tubuhnya sintal padat proporsional dengan tinggi tubuhnya yang
sekitar 160-an cukup membuat Tomi tertarik perhatiannya kepada Ani.
Penampilan Ani memang lain dibandingkan dengan gadis-gadis lainnya. Ani
lebih senang menggunakan celana jeans dan baju yang ketat seperti
umumnya penampilan seorang mahasiswi sehingga lekuk-lekuk tubuhnya
terlihat jelas. Hal itulah yang membuat para lelaki dipabrik itu sering
memandangi kemolekan tubuh Ani. Begitu pun dengan Tomi yang selalu
mencuri-curi pandang melihat keindahan dan kemolekan tubuh Ani. Hal ini
tidak disadari oleh Ani karena dia lebih serius untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya selama magang di pabrik itu. Sesekali Tomi menyempatkan
diri untuk memasang muka ramah dan bercakap-cakap dengan Ani hanya
sekedar menukmati kecantikan wajah gadis tersebut. Padahal dengan
karyawati atau buruh wanita yang lainnya boro-boro dia memasang muka
ramah yang ada selalu tampang sangar yang diperlihatkannya dan
ucapan-ucapan yang jauh dari keramahan. Singkat kata Tomi telah jatuh
hati berat kepada Ani, mahasiswi cantik itu. Pada suatu hari menjelang
berakhirnya masa kerja magang Ani di pabrik itu, Tomi memberanikan diri
untuk mengutarakan isi hatinya. Sore hari itu ditemuinya Ani disebuah
kantin di pabrik itu, dengan rasa percaya diri dan nekat dia utarakan
keinginannya untk menjadi pacar serta pendamping hidup Ani. Namun, pada
akhirnya keadaan berubah dan merupakan titik balik perasaan Tomi, dari
rasa cintanya kepada Ani berubah 180 derajat menjadi benci. Cinta Tomi
ditolak mentah-mentah oleh Ani. Dengan alasan selain perbedaan agama,
usia yang terpaut jauh dimana Tomi saat ini telah berusia 38 tahun
sedangkan Ani baru 19 tahun selain itu juga terdapat beberapa sifat
Tomi yang tidak cocok dengan Ani. Seperti diketahui latar belakang Tomi
adalah seorang preman, pemabok dan penjudi. Sejak itu hati Tomi menjadi
panas, kesal dan marah atas jawaban dari Ani. Didalam hatinya
tiba-tiba muncul rasa dendam terhadap Ani. Dan diapun merencanakan akan
berbuat sesuatu terhadap Ani, “Hmmm… tunggu tanggal mainnya gadis
sombong… puih !!!” batinnya. Seminggu kemudian, pada sebuah Malam
disebuah lorong yang gelap tampak sekelompok orang berjalan
mengendap-endap. Mereka ada Tomi berserta beberapa anggota kelompok
premannya. Mereka adalah Asep, Ujang, Cecep dan Afung, tampang-tampang
mereka lusuh-lusuh dan kumal-kumal, tampang khas para preman. “Sstt…
sebentar lagi dia lewat kesini”, bisik Tomi kepada kawan-kawannya. “Ok…
kita tunggu aja boss…”, balas Ujang. “Boss… gue udah engga tahan nihh…
udah pingin nyodok tuh cewek”, bisik Afung. “Sstt… sabar… boy… sabarr…
semua pasti dapat tanda tangan… hihihi…”, balas Tomi. “Pokoknya gue
duluan yang kasih pelajaran tuh cewek…”, lanjut Tomi. Malam itu mereka
memang tengah menghadang Ani pada suatu tempat didekat tempat kost Ani.
Tempat penghadangan itu memang sepi dan hanya terdapat beberapa rumah
kosong saja dan sebuah lapangan luas yang mengelilingi rumah kost Ani.
Sehingga Tomi dan kawan-kawannya merasa cocok dengan tempat itu sebagai
lokasi penghadangan. Ani memang lebih memilih untuk tinggal disebuah
rumah kost yang sepi, agar supaya dia bisa lebih serius dalam belajar.
Seminggu lamanya sejak Ani tidak lagi magang di pabrik itu, Tomi
menyibukkan diri dengan mencari data-data diri Ani serta mengamati
kegiatan-kegiatan Ani sehari-hari. Termasuk membuntutinya pulang-pergi
dari kost-kostannya menuju kekampus sehingga dia tahu betul kegiatan
serta route-route pulang-pergi Ani. Hingga akhirnya dipilihlah tempat
itu sebagai tempat yang ideal dalam menghadang korbannya. “Nah ini
dia…”, ujar Tomi sambil menunjuk kesebuah bayangan yang mendekat kearah
mereka berkumpul. “Tak salah lagi, tepat pukul 7 malam pasti tuh cewek
lewat sini” lanjut Tomi sambil tersenyum melihat sasarannya mendekat.
Tapi sejenak Tomi agak bimbang karena bayangan yang mendekat itu
ternyata ada dua sosok. Tetapi setelah diamati secara mendalam ternyata
kedua-duanya adalah sosok bayangan wanita dan diyakini salah satu
bayangan itu adalah Ani dan satu lagi juga sosok wanita. Maka tanpa
keraguan lagi dia pun mulai memutuskan untuk menjalankan operasi
penyergapan itu. “Ah itu dia pengantin wanitaku…”, gumam Tomi. “Ok…jalan
kan tugas masing-masing ! awas jangan sampai luput…”, perintah Tomi
kepada teman-temannya. “Ada dua boss, yang satunya gimana nih ?”, tanya
Asep. “Ah sikat aja…”, jawab Tomi. Tanpa dikomando lagi Asep, Cecep dan
Afung bergerak menuju kearah gadis itu berjalan. Merekapun menghadang
Ani beserta temannya, Anipun nampak kebingungan mendapati dirinya
dihampiri oleh empat lelaki yang tidak dikenalnya. Tomi hanya mengamati
dari jarak sekitar 10 meter, suasanya hening sejenak. Dari tempat Tomi
berdiri sayup-sayup terdengan pembicaraan serius diantara Asep dan
Ani. Beberapa detik kemudian suasana berubah, secepat kilat Ani
diringkus oleh Cecep dan Afung yang memiliki tubuh tegap. Sedangkan
temannya diringkus oleh Asep dan Ujang. Ani serta temannya mencoba
melawan dan meronta-ronta akan tetapi beberapa pukulan dilayangkan oleh
Cecep dan Afung dan akhirnya Anipun pingsan. Setelah itu tubuh tak
berdaya itu dibopong oleh Cecep. Sementara itu teman Ani yang juga
meronta ronta dibekap dan dipukuli oleh Ujang hingga akhirnya tak
sadarkan diri pula. Lantas tubuhnya digendong oleh Asep. “Beres
semuanya boss…”, ujar Asep kepada Tomi yang kemudian keluar dari
persembunyiannya. “Good… good…, ayo lekas kita bawa ke rumah kosong
itu”, perintah Tomi. Penghadanganpun berjalan dengan sukses, sasaran
telah dilumpuhkan dan kini siap “diproses”. Didalam rumah kosong itu
tubuh Ani dan temannya dibaringkan disebuah dipan kayu. Kedua tangannya
Ani diikat kebelakang. Setelah lampu diruangan itu dinyalakan, kelima
orang yang telah dirasuki nafsu itupun menggunam terkagum-kagum melihat
kecantikan dan kemolekan tubuh Ani yang tengah tergolek pingsan. Dia
menggunakan kaos lengan panjang serta jeans birunya yang kesemuanya
berukuran ketat sehingga kemolekan tubuhnya terlihat jelas. Ternyata
Tomi mengenali sosok wanita satunya yang juga ikut dilumpuhkan tadi.
“Ah gue inget ini kan si Dina, temannya Ani… wah… wah… sial sekali
nasibnya”, ujar Tomi. Dina memang teman akrab Ani, usianya lebih muda
dari Ani yaitu 16 tahun, dan masih duduk dibangku kelas 2 SMU. Dina
adalah keponakan dari pemilik kost dimana Ani tinggal. Dina juga
memiliki wajah yang manis, tubuhnya mungil namun padat. “OK jatah gue si
Ani… ini pengantin gue, yang satunya boleh elo sikat”, balas Tomi. “Ok
sekarang elu-elu pada nyingkir deh, silahkan elo bikin pesat sendiri
sama si Dina itu, dan jangan ganggu malam pengantin gue, OK!”, ujar
Tomi kepada teman-temannya. “Sip boss… kita bikin pesta sendiri”, ujar
Asep. Dan menyingkarlah ke-4 teman-teman Tomi sambil membopong Dina.
“Hmmm… sayangku… mari kita nikmati malam pengantin kita sayang…”, bisik
Tomi kepada Ani yang tengah pingsan. Dengan senyum kemenangan Tomi
memandangi gadis itu yang tengah tergeletak di sebuah dipan kayu.
“Akhirnya aku dapatkan kau…” ujarnya dalam hati. Kedua tangannya
bergerak meraba Payudara gadis itu. Mulanya pelan-pelan hingga lama
kelamaan semakin keras, bahkan kini kedua tangannya dengan ganas
meremas-remas payudara Ani yang kalau terlentang terlihat membukit.
Setelah puas meremas-remas payudara Ani, kini Tomi mengeluarkan pisau
lipatnya yang memang selalu dibawanya kemana-mana sebagai senjata.
Dengan kasarnya kemudian Tomi merobek-robek baju kaos lengan panjang
Ani, hingga tinggal bh putihnya saja yang menutupi kedua payudaranya.
Namun akhirnya diputuskannya tali bh itu dan dicampakannya bh itu
kelantai sehingga kini terlihatlah kedua gundukan indah payudara Ani.
Setelah itu serta merta dengan bernafsu dikulumnya dan dijilat-jilatnya
kedua payudara itu dengan sesekali digigit-gigitnya kedua puting
payudara itu. Puas dengan bagian payudara kini Tomi melepas celana jeans
yang dikenakan Ani, sreett… sekali tarik terlihatlah bagian bawah dari
Ani dengan celana dalamnya yang berwarna putih. Kedua mata Tomi
kembali terbelalak melihat pemandangan indah itu, diusap-usapnya kedua
paha putih Ani juga gundukan dipangkal pahanya itu. Sedang asyik
asyiknya mengusap-usap gundukan kemaluan Ani, tiba-tiba terdengar suara
kegaduhan dari ruang sebelah. Tomipun menghentikan aktifitasnya lalu
bangkit seraya berlari mendekati arah suara itu. Sesampainya disuatu
ruangan asal muasal suara itu, matanya kembali terbelalak melihat
pemandangan erotis yang tengah terjadi diruangan itu. Jantungnya
berdetak keras, birahinya memuncak melihat pemandangan diruangan itu.
Diruangan itulah Tomi melihat Dina yang rupanya telah sadar tengah
“dibantai” oleh Asep, Ujang, Afung dan Cecep. Tubuh Dina yang dengan
posisi merangkak nampak tengah disodomi dari belakang oleh Asep yang
memiliki badan yang jauh lebih besar daripada Dina. Asep dengan sangat
keras dan kasarnya mengocok-ngocok batang kemaluannya didalam lobang
anus Dina. Mula-mula Dina meraung-raung ampun-ampunan karena kesakitan,
namun teriakan-teriakannya tidak berlangsung lama karena kemudian
dimulut Dina telah tertanam batang kemaluan Ujang. Ujang memposisikan
dirinya didepan Dina, setelah berhasil menyumpalkan batang kemaluannya
didalam mulut Dina kemudian dengan tangan kirinya yang memegang kepala
Dina dia paksa kepala Dina untuk bergerak maju mundur. Ujang dan Asep
nampak sangat menikmati keadaan itu, mereka mendesah-desah merasakan
nikmatnya bagin-bagian tubuh Dina itu. Tak berapa lama kemudian
merekapun berejakulasi. Asep menyemburkan spermanya didalam lubang anus
Dina dan sejenak kemudian Ujang memuntahkan cairan spermanya didalam
mulut Dina. Nampak Dina megap-megap dibuatnya di saat harus menelan
cairan sperma Ujang yang cukup banyak. Setelah itu kedua orang tadi
menyingkir dan posisinya digantikan oleh Cecep. Cecep ini baru berusia
23 tahun, namun perawakannya besar dan tinggi, batang kemaluannyapun
nampak telah mengacung membesar dan siap menelan mangsa. Kini Cecep
bersiap-siap menyetubuhi Dina, direntangkannya tubuh Dina yang
kepayahan itu dan langsung ditindihnya. “Oouugghhh…”, Dina melengking
disaat kemaluan Cecep yang besar itu melesak kedalam liang vaginanya.
Pemandangan ini sudah cukup untuk membangkitkan birahi Tomi diapun
berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Dina itu dan kembali
menghampiri Ani pasangannya. Tiba-tiba Ani terbangun dan membuka mata.
Ani kaget mendapati kedua tangannya terikat dan keadaan tubuhnya hanya
tinggal celana dalam. Dan lebih kaget lagi ketika dihadapannya melihat
Tomi tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan dirinya yang tak berdaya.
“Rasain deh lu, makanya jadi cewek jangan sombong. Jadi terpaksa elu gua
kerjain deh?” Tomi berbicara. “Kepaksa, malam ini elo harus bisa
memuaskan gue, kekasih elo” lanjutnya. Ani semakin takut karena dia
tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, badannya mulai gentar, mukanya
memucat. Air matanya mulai meleleh seiring dengan kata-kata ampunan
yang keluar dari bibirnya. “Pak Tomi… ampun pak… jangan sakiti aku…”,
pintanya sambil terisak-isak. Permohonannya ini nampaknya semakin
membuat Tomi terangsang. Satu persatu dilepaskannya baju dan celananya
hingga akhirnya telanjang bulat. Badan Tomi nampak gemuk dengan perut
yang membuncit, beberapa gambar tatto nampak menghiasi tubuhnya.
Kemaluannya nampak telah menegang keras, ukuran juga besar dengan
ujungnya yang telah basah. Ani semakin merintih-rintih ketakutan, dia
pejamkan matanya sambil terus menangis. Dia sadar akan diperkosa. Tomi
kemudian bergerak mendekati Ani dan meraih kepala Ani. Belum sempat
berteriak, mulut Ani tiba-tiba dijejali dengan batang kemaluannya yang
sudah menegang dan membuat gadis itu tersedak. Ani berusaha terus
menutup mulutnya namun setelah jempol dan jari telunjuk Tomi menutup
lobang hidung Ani, diapun membuka mulutnya sebagai reaksi karena
kekurangan oksigen. Langsung mendapat kesempatan itu dihujamkannya
batang kemaluannya kedalam mulut Ani. Dia tak bisa berbuat apa-apa
karena Tomi memegang kepala gadis itu. Rasa mual membuat Ani hampir
muntah dan berusaha melepaskan kemaluan Tomi di mulutnya. Tomi
gerak-gerakkan batang kemluannya di mulut gadis itu, maju-mundur dan
diputar-putar didalam rongga mulut Ani. Selama sepuluh menit Tomi
menjejali mulut gadis itu dengan batang kemaluannya. Puas dengan itu
kemudian Tomi mengeluarkan kemaluannya dari mulut gadis itu. Ani
langsung mencoba berteriak tapi Tomi cepat-cepat membekap mulutnya dan
berkata, “Diem lu, jangan berteriak atau gue bunuh kamu?”, sambil
menempelkan pisau lipatnya. Ani terdiam karena takut ancaman itu. Dan
hanya bisa menangis sampai gadis itu kelelahan dan lemas. Setelah
sejenak menikmati wajah Ani, kini Tomi menurunkan celana dalam putih Ani
dan melemparkannya ke lantai, Anipun hanya bisa pasrah tanpa
perlawanan. “Gile, memek elo bagus banget… waw indah sekali…?” bisik
Tomi kepada Ani. Memang gadis seusia Ani memiliki kemaluan yang indah,
masih perawan, bulu-bulunyapun tipis dan halus-halus tumbuh rapih
berjajar disekitar lobang vaginanya. Kedua tangan Tomi kembali
meremas-remas payudara gadis itu. Ani menjerit-jerit ketika Tomi
memijat-mijat putting susunya. Kembali Ani berteriak lagi, kembali pula
Tomi ancam Ani “Lu bisa diem ngga…!?”. “Sekarang, Lu harus nyobain
kontol gue ini…pasti nikmat.?” Tomi berkata. “Kita jadikan malam ini
sebagai malam pengantin kita, hahaha…”, sambungnya. “Jangaaan pak…
oouuhh… jangaaan, …ampuunn pakk… ? Ani memelas. Tapi Tomi tak peduli
dengan ucapan gadis itu. Diapun jongkok didepan Ani, dia angkat pahanya
dan melebarkannya. Kepala Tomi menunduk memperhatikan kemaluannya Ani
yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Kepalanya bergerak dan mulutnya mulai
menjilati kemaluan gadis itu. Mendapatkan perlakuan itu badan Ani
langsung menggeliat-geliat suaranya terengah-engah merasakan
kemaluannya kegelian karena dijilati. Hanya suara erangan gadis itu
saja yang terdengar, “Ehhmmhh… engghh… ouuhhh… oohh… dst”. Sementara
mulut Tomi terus menjilati kemaluan Ani, tangannya bergerak ke atas dan
memijat-mijat payudara Ani serta mempermainkan putting susu gadis
itu.. Ani menggeliat antara sakit, geli dan takut. Tiba-tiba Ani
mengangkat pinggulnya dan mendesah lemah. Rupanya Gadis itu telah
orgasme. Dari vagina gadis itu keluar cairan. Ketika melihat bibir
vagina gadis itu telah basah, cepat-cepat Tomi mengarahkan kontolnya
yang sudah menegang dan mendekatkannya ke bibir vagina gadis itu.
Sambil memegang pinggul gadis itu, Tomi melesakkan batang kemaluannya.
Dan…”Aahhh… sssakittt… oouughhh… a.. ammpunn… pak.. oouhhh…”, Ani
merintih tajam tubuhnya menegang kaku menahan rasa sakit dipangkal
pahanya. Walaupun dengan susah payah akhirnya Tomi berhasil menanamkan
batang kemaluannya masuk amblas ke dalam lubang kemaluan Ani. Ani
menjerit kesakitan, badannya meregang kesakitan. Sejenak Tomi merasakan
kenikmatan hangatnya lobang kemaluan Ani dan merasakan denyut-denyut
dinding kemaluan Ani serasa memijat-mijat batang kemaluannya. Akhirnya
Tomipun mulai mengerakkan kemaluannya maju mundur. Tangannya memegang
pundak gadis itu sedang mulutnya menciumi bibir dan pipi Gadis itu. Ani
mendesah-desah dan mengerang-erang membuat Tomi semakin bergairah dan
mempercepat gerakan memaju-mundurkan kemaluannya itu. “Oohh… oouufffh…
ooouuh… aahh… dst”, Ani mengerang-ngerang. Tubuh keduanya telah
dibanjiri oleh peluh seolah-olah mereka sedang mandi. Puas dengan posisi
itu kini Tomi mencabut kemaluannya dan membalikkan tubuh Ani. Dan
memposisikan tubuh telanjang gadis itu seperti Anjing. Dari arah
belakang kembali Tomi menghujamkan kontolnya yang kini ke dalam liang
dubur gadis itu. “Aaakhhh…!!!”, Ani kembali memekik kesakitan, badannya
kembali mengejang keras menahan sakit yang teramat sangat ketika liang
anusnya dibobol oleh kemaluan Tomi. Setelah tertanam, Tomi kembali
memompa dengan gerakan yang semakin cepat. Kedua tangan Tomi yang besar
semakin kasar meremas-remas susu gadis itu. Ani semakin
mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Tomi tak peduli. Terus saja Tomi maju
mundurkan pinggulnya dengan cepat. Sadar dirinya akan mencapai
klimaks, Tomi mencabut batang kemaluannya dari lobang dubur Ani.
Setelah itu dihempaskannya tubuh Ani hingga kembali terlentang. Kembali
Tomi menancapkan batang kemaluannya didalam liang vagina Ani yang
telah dibasahi oleh cairan kewanitaannya yang bercampur darah
perawannya. Bless…batang kemaluan Tomi menghujam masuk tanpa kesulitan,
kembali digenjotnya tubuh Ani dengan cepat dan kasar, sampai-sampai
dada Tomi menghantam-hantam wajah Ani yang meringis-ringis kesakitan.
Kini Tomi menggoyang tubuh Ani dengan hebat hingga tubuh Ani
terbanting-banting disodok oleh Tomi. Sampai akhirnya saat yang
ditunggu-tunggu oleh Tomi, kini tubuh Tomi mengejang, wajahnya
menyeringai menengadah keatas, otot-ototnya mengeras dan akhirnya dia
menyemprotkan spermanya di vagina gadis itu, Croottt… crrottt… crrottt…
jumlahnya banyak sekali. “Oogghhh… ahh…”, Tomi memekik puas sambil
terus menyemprotkan spermanya memenuhi rongga vagina Ani sambil kedua
tangannya mencengkram erat pinggul Ani. Anipun tiba-tiba mendesah
panjang… “ooouuuuhhgggg…”, sambil menerima tumpahan sperma Tomi yang
melimpah ruah itu hingga meluber keluar dari sisi-sisi rongga
kemaluannya badannyapun mengejang dan bergetar, sepertinya diapun
mengalami ejakulasi sesuatu yang baru dialaminya seumur hidup. Beberapa
detik kemudian setelah sama-sama mengalami orgasme tubuh kedua insan
itupun melemas, tubuh Tomi jatuh menindih tubuh Ani. Kini hanya suara
nafas kedua insan itu yang saling memburu menghiasi akhir dari
pergumulan itu. Setelah diam selama 15 menit, Tomi kemudian bangkit dari
atas tubuh Ani serta melepaskan kontolnya, “Ooohhh…”, Ani mendesah
panjang disaat Tomi mencabut batang kemaluannya yang beberapa menit
lamanya mengisi rongga kemaluannya. “Sayang… gimana rasanya ? enak kan
?”, tanya Tomi kepada Ani. Anipun diam seribu bahasa dan memalingkan
wajahnya dari pandangan Tomi. “Ayo sini sayang ada lagi tugas buat
kamu…”, ujar Tomi serta meraih dan mengangkat kepala gadis itu untuk
kemudian memaksa Ani menjilati batang kemaluan Tomi yang masih basah
oleh sperma dan darah. Anehnya Ani hanya pasrah dan menuruti saja
perintah Tomi tadi secara perlahan-lahan diraihnya betang kemaluan Tomi
yang kembali menegang itu dan kemudian dijilat-jilat serta dikulumnya
batang kemaluan Tomi bak makan permen sampai bersih. Setelah selesai
dan merasa puas, Tomi bangkit dan membiarkan tubuh Ani yang telanjang
itu terjatuh lemas. Tomi bergerak mendekati Ani yang masih lemah dan
membisikkan kata-kata mesra di telinganya ” Kamu hebat sayang… aku cinta
sama kamu”. Karena dilihat Ani terkulai lemas dan sepertinya tertidur
karena kecapaian, maka Tomi memutuskan untuk meninggalkannya dulu. Tomi
ingin melihat kegiatan di ruangan lain dimana tadi terjadi pembantaian
itu. Sesampainya dirungan yang ditujunya mata Tomi terbelalak ketika
melihat pemandangan yang ada diruangan itu. Teman-temannya nampak tidur
tiduran sambil melepas lelah setelah membantai Dina yang tubuh
telanjang Dina nampak tergeletak dengan posisi telentang dilantai,
kedua kakinya mengangkang lebar dengan lutut tertekuk. Setelah diamati
dari dekat oleh Tomi ternyata kondisi Dina sangat mengenaskan dia telah
diperkosa secara buat oleh teman-temannya, mulutnya dipenuhi oleh
cairan sperma yang mengental sampai meluber disekitar mulut dan
pipinya. Rupanya oleh teman-temannya Tomi Dina dipaksa melakukan oral
sex dan mereka telah menumpahkan spermanya didalam mulut Dina. Matanya
nampak sayu serta nafasnya terdengar pelan terengah-engah. Kuturunkan
tatapan mataku keseputar payudaranya yang berukuran tidak begitu besar,
disitu terdapat banyak bekas-bekas gigitan dan salah satu putingnya
nampak berdarah, disitu juga terdapat tumpahan sperma yang telah
mengering. Dan akhirnya kutatap kemaluan gadis itu, kondisinya rusak
parah, kemaluannya sudah memerah dan membengkak, banyak ceceran darah
dan sperma didaerah itu. Tomi menggeleng-gelangkan kepalanya melihat
kondisi Dina. Tiba-tiba Asep bangkit dia menyalakan rokoknya dan
kemudian menyelipkannya dibibir kemaluan Dina. Tomi dan Aseppun tertawa
terbahak-bahak, “Kasihan dia sudah bekerja keras memuasin kita-kita
orang ini, aku kasih dia rokoklah”, ujar Asep. “Eh sebentar gwe mau
kencing dulu”, ujar Asep berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Dina
sambil mengakhiri tawanya. Diruangan itu pula Tomi bergerak kearah
tumpukan pakaian Dina yang berserakan dilantai, dia rupanya tertarik
dengan tas punggung Dina. Dengan rasa penasaran dia buka-buka isi tas
Dina, membaca buku hariannya, membuka-buka dompet Dina, memerika ponsel
milik Dina, kurang lebih 5 menit lamanya dia buka-buka itu semua.
Sedang asyik-asyiknya dia membuka-buka buku Dina, tiba-tiba dia
dikejutkan dengan teriakan diruangan samping. Serta merta dia berlari
menuju kearah situ. Kembali mata Tomi terbelalak serta
menggeleng-gelengkan kepalanya tatkala melihat Asep ternyata tengah
asyik menyetubuhi Ani. “Sss… sorry.. b.. boss.. gwe kagak tahan… lihat
cewek cantik ini…”, ujar Asep sambil terus memompakan kemaluannya
didalam kemaluan Ani. “Oouuhhh… aaahhh… jj… jangann… kasar… kassarr…
oohh… oohh…”, Ani kembali merintih-rintih sambil tubuhnya
terhempas-hempas sebagai akibat sodokan-sodokan keras Asep. “D.. diem…
luh… rasain… aja.. kontol gue… inii… aakkhh… akhh.. fuck ! ohh…
fuck…!!”, ujar Asep sambil terus menggenjot tubuh Ani. “Akhh… oouhhh…
oh… a.. ampunn… oohh…”, Ani merintih-rintih dengan tubuh yang
terhempas-hempas wajahnya meringis menahan rasa ngilu
diselangkangannya. Sepuluh menit lamanya tubuh Ani disetubuhi oleh Asep,
hingga akhirnya Asep memuntahkan spermanya di lubang kemaluan Ani.
Asep terlihat sangat puas sekali dan diapun kemudian menjatuhkan dirinya
disisi Ani yang kembali tubuhnya melemas. Waktu sudah menunjukkan
pukul 12 malam saat mereka tersadar akan waktu yang semakin mepet,
tidak terasa sekian lamanya mereka mengerjain kedua gadis itu serasa
waktu berlalu cepat. Tiba-tiba birahi Tomi bangkit kembali, didekatinya
kembali tubuh Ani yang tertidur kerena kecapaian itu dan
dibangunkannya Ani dari tidurnya. “Hoeii bangunnn…”, bentak Tomi kepada
Ani. “Oohhh…”, Anipun terbangun. “Sayangku… layanin aku lagi ya…”, bisik
Tomi dengan tersenyum. “Pedangku udah bangkit lagi nih…gara-gara kamu
sih yang menggairahkan sekali…”, lanjutnya. Mimik wajah Anipun berubah
menjadi cemas, matanya mulai berkaca-kaca. “Pak.. Tomi… Ani udah engga
kuat pak… rasanya sakittt… sekali… jangann… pak.. tolong…”, ujar Ani
dengan suara yang lirih. “Peduli setan “, balas Tomi seraya memposisikan
dirinya diatas tubuh Ani. “ooohhh… oohh…”, Ani mendesah panjang
tatkala Tomi menanamkan kembali kemaluannya didalam lobang kemaluannya.
Kembali tubuh Ani digenjot, disetubuhi secara kasar oleh Tomi. Ani
hanya bisa pasrah, air matanya berlinangan, tubuhnya lemah hanya
mengikuti irama gerakan dari Tomi yang tengah menyodok-nyodokkan
kemaluannya. Dan setelah beberapa menit lamanya Tomi kembali
berejakulasi dilobang kemaluan Ani cairan hangatnya menyembur membasahi
rahim Ani. Rasa puas nampak di raut wajah Tomi, “Hahaha…akhirnya aku
berhasil mendapatkanmu gadis cantik”. “Gue mau tanya ke elu yang
terakhir kalinya, mau engga elu jadi istri gue hah ?” Ani hanya diam
membisu sambil menangis. “Kalo elu engga mau, gue suruh temen-temen gue
perkosa elu sampai mati !”, ancam Tomi. “Inget memek elu udah gue siram
ama peju gue, dan sebentar lagi elu hamil”, ujar Tomi. Kurang lebih
setengah jam lamanya Tomi “merayu” Ani, kadang terdengar
bentakan-bentakan, kadang Tomi menampar wajah Ani, kadang dengan
kata-kata halus, yang jelas Tomi terus meneror hati Ani. Rupanya bujuk
rayu dari Tomi tak membuahkan hasil sementara waktu sudah menunjukkan
pukul 2 dinihari. Akhirnya Tomi mempersilahkan teman-temannya untuk
“mencicipi” tubuh Ani. “Rasain tuh kontol-kontolnya temen-temen gue biar
mampus elu, cewek sombong !”, ujar Tomi dengan mencibir. Tanpa
membuang waktu lagi keempat teman Tomi mulai menjamah tubuh Ani. Mereka
mulai memperlakukan Ani seperti Dina. Mulai dengan Afung yang langsung
menyodomi Ani setelah itu vagina Ani kembali dihajar oleh kemaluan
milik Ujang, juga mulut Ani dipaksa mengulum batang kemaluannya Cecep
dan setelah berejakulasi menelan spermanya, terakhir ketika Ani telah
kepayahan Asep kembali menyetubuhi Ani. Kini keadaan Ani tidak jauh
beda dengan Dina, seluruh wajah badan dan kemaluannya yang telah
membengkak penuh dengan cairan sperma. Kini waktu telah menunjukkan
pukul 4 pagi, seluruh pemerkosa tadi telah berpakaian lengkap dan rapi.
Sebelum mereka pergi, mereka menggotong tubuh Ani untuk disatukan
dengan Dina. Kedua tubuh yang tak berdaya itu kini tergolek lemah,
keduanya diposisikan terlentang sejajar dengan kondisi tubuh mereka
yang telanjang bulat. Sebelum pergi Tomi mengecup kening Ani dan Asep
kembali menyelipkan sebatang rokok yang menyala dikemaluan Ani juga
Dina. Dengan diiringi tawa serta canda kelima pemerkosa itu pergi
meninggalkan rumah kosong tempat dimana tubuh Ani dan Dina tergolek
pingsan.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a4.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/215687_205352152821023_202163969806508_616816_6825396_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-29700800999703259672012-01-17T00:31:00.000-08:002012-01-17T00:31:13.626-08:00bareng montirHari itu, sekitar jam tiga sore aku bersama sepupuku, Ellen baru
saja sampai di rumahnya setelah jalan-jalan di mall. Setengah jam kami
disana nonton VCD sampai pacarnya yang bernama Winston datang. Memang
sih hari itu aku bermain ke sini agar bisa sekalian sorenya mengambil
mobilku yang sedang di service rutin di sebuah bengkel di daerah
Jakarta Timur yang kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah Ellen. Pas
sekali saat itu Winston datang untuk nge-date jadi aku bisa ikut
menumpang diantar ke bengkel itu. Kamipun berangkat dari rumahnya
dengan mobil BMW-nya Winston. Walaupun tidak terlalu jauh namun kami
sedikit terjebak macet karena saat itu jam bubaran. Yang kukhawatirkan
adalah takutnya bengkelnya keburu tutup, kalau begitu kan aku mau tidak
mau harus tetap menumpang pada Winston padahal mereka mau pergi nonton
dan aku tidak mau mengganggu kebersamaan mereka. Akhirnya tiba juga
kami di bengkel itu tepat ketika akan tutup. “Wah…udah mau tutup tuh Ci,
mendingan cepetan lari turun, siapa tau masih keburu” kata Ellen.
“Tanyain dulu Ci, kita tunggu lu di sini, kalau ternyata belum bisa
ambil lu ikut kita jalan aja” Winston memberi saran. Akupun segera turun
dan setengah berlari ke arah pegawai yang sedang mendorong pintu.
“Mas…mas tunggu, jangan ditutup dulu, saya mau ngambil mobil saya yang
Hyundai warna merah yang dititip kemarin Selasa itu loh !” kataku dengan
terburu-buru. “Tapi kita udah mau tutup non, kalau mau besok balik aja
lagi” katanya “Ayo dong, mas katanya di telepon tadi udah bisa diambil,
tolong dong bentar aja yah, saya sudah kesini jauh-jauh nih !” desakku
“Ada apa nih, Kos, kok malah ngobrol” kata seorang pria yang muncul
dari samping belakangnya. Kebetulan sekali pria itu adalah montir yang
menangani mobilku ketika aku membawa mobil itu ke sini, orangnya tinggi
dan agak gemuk dengan rambut gaya tentara, usianya sekitar awal empat
puluh, belakangan kuketahui bernama Fauzan, agaknya dia tergolong
montir yang cukup senior di sini. Akupun lalu mengutarakan maksud
kedatanganku ke sini untuk mengambil mobilku itu padanya. Awalnya sih
dia juga menyuruhku kembali lagi besok karena bengkel sudah tutup, tapi
karena terus kubujuk dan kujanjikan bonus uang rokok akhirnya dia
menyerah juga dan mempersilakanku masuk menunggu di dalam. Sebenarnya
sih kalau bengkelnya dekat dengan rumahku aku juga bisa saja kembali
besok, tapi masalahnya letak tempat ini cukup jauh dari rumahku dan
macet pula, kan BT banget kalau harus dua kali jalan. Aku melambaikan
tangan ke arah Ellen dan Winston yang menunggu di mobil pertanda
masalah sudah beres dan mereka boleh pergi, merekapun membalas
lambaianku dan mobil itu berjalan meninggalkanku. Pak Fauzan
menjelaskan padaku tentang kondisi mobilku, dia bilang bahwa semuanya
ok-ok saja, kecuali ada sebuah onderdil di bagian bawah mobil yang
sebentar lagi tidak layak pakai karena sudah banyak berkarat (sory…aku
tidak mengerti otomotif selain menggunakannya, sampai lupa nama onderdil
itu). Karena memikirkan kenyamanan jangka panjang, aku menanyakan
kalau bagian itu diganti sekarang memakan waktu lama tidak, ongkos sih
tidak masalah. Setelah berpikir sesaat dia pun mengiyakannya dan
menyuruhku duduk menunggu.<br />
Sejumlah pegawai dan kasir wanita
sudah berjalan ke pintu keluar meninggalkan tempat ini. Di ruangan yang
cukup luas ini tinggallah aku dengan Pak Fauzan serta beberapa montir
yang sedang menyelesaikan pekerjaan yang tanggung. Seluruhnya ada empat
orang di ruangan ini termasuk aku yang satu-satunya wanita. “Masih
banyak kerjaannya ya Mas ?” tanyaku iseng-iseng pada montir brewok di
dekatku yang sedang mengotak-atik mesin depan sebuah Kijang. “Dikit lagi
kok Non, makannya mending diselesaikan sekarang biar besoknya lebih
santai” jawabnya sambil terus bekerja. Tidak jauh dari tempat dudukku
Pak Fauzan sedang berjongkok di sebelah mobilku dan di sebelahnya
seorang rekannya yang cuma kelihatan kakinya sedang berbaring
mengerjakan perkerjaannya di kolong mobil. Ternyata pekerjaan itu lama
juga selesainya, seperempat jam sudah aku menunggu. Melihat situasi
seperti ini, timbullah pikiran isengku untuk menggoda mereka. Hari itu
aku memakai kaos ketat oranye berlengan panjang yang dadanya agak
rendah, lekuk tubuhku tercetak oleh pakaian seperti itu, bawahnya aku
memakai rok hitam yang menggantung beberapa senti di atas lutut. Maka
bukanlah hal yang aneh kalau para pria itu di tengah kesibukannya
sering mencuri-curi pandang ke arahku, apalagi sesekali aku sengaja
menyilangkan kakiku. Aku berjalan ke arah mobilku dan bertanya pada Pak
Fauzan: “Masih lama ya Pak ?” “Hampir Non, ini yang susah tuh melepas
yang lamanya, habis sudah berkarat, sebenarnya sih pasangnya gampang
saja, bentar lagi juga beres kok” “Perlu saya bantuin gak ? Bosen
daritadi nunggu terus” tanyaku sambil dengan sengaja berjongkok di
hadapannya dengan lutut kiri bertumpu di lantai sehingga otomatis paha
putih mulusku tersingkap kemana-mana dan celana dalam merahku juga
terlihat jelas olehnya. Dia terlihat gugup dan matanya tertumbuk ke
bawah rokku yang kelihatan karena posisi jongkokku. Aku yakin burungnya
pasti sudah terbangun dan memberontak ingin lepas dari sangkarnya.
Namun aku bersikap biasa saja seolah tidak mengetahui sedang diintip.
“Oohh…ngga….ngga kok Non” jawabnya terbata-bata. “Hhoii…obeng kembang
dong” sahut montir yang dari dalam sambil mendorong kursi berbaringnya
keluar dari kolong. Begitu keluar diapun ikut terperangah dengan
pemandangan indah di atas wajahnya itu. Keduanya bengong menatapku
tanpa berkedip “Kenapa ? kok bengong ? liatin apa hayo…?” godaku dengan
tersenyum nakal. Kemudian kuraih tangan si montir yang sedang berbaring
itu dan kuletakkan di paha mulusku, memang sih tangannya kotor karena
sedang bekerja tapi saat itu sudah tidak terpikir hal itu lagi. Tanpa
harus disuruh lagi tangan kasar itu sudah bergerak dengan sendirinya
mengelus pahaku hingga sampai di pangkalnya, disana dia tekankan dua
jarinya di bagian tengah kemaluanku yang masih tertutup CD. “Ooohhh…”
desahku merasakan remasan pada kemaluanku. Pak Fauzan menyuruhku berdiri
dan didekapnya tubuhku serta langsung menempelkan bibirnya yang tebal
dan kasar pada bibir mungilku. Tangannya mengangkat rokku dan menyusup
ke dalam celana dalamku. Temannya tidak mau ketinggalan, setelah dia
mengelap tangannya dia dekap aku dari belakang dan mulai menciumi leher
jenjangku, hembusan nafas dan lidahnya yang menggelikitik membuat
birahiku semakin naik. Payudaraku yang masih tertutup baju diremasi
dari belakang, tak lama kemudian kaos Mango-ku beserta bra-ku sudah
disingkap ke atas. Kedua belah payudaraku digerayangi dengan gemas,
putingnya terasa makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan
dipilin-pilin. “Hei, ngapain tuh, kok ga ngajak-ngajak !” seru si montir
brewok yang memergoki kami sedang berasyik-masyuk. Montir di
belakangku melambai dan memanggil si brewok untuk ikut menikmati
tubuhku. Si brewok pun dengan girang menghampiri kami sambil mempreteli
kancing baju montirnya, kurang dari selangkah di dekatku dia membuka
seluruh pakaiannya. Wow…bodynya padat berisi dengan dada bidang berbulu
dan bulunya turun saling menyambung dengan bulu kemaluannya. Dan yang
lebih membuatku terpesona adalah bagian yang mengacung tegak di bawah
perutnya, pasti tak terlukiskan rasanya ditusuk benda sebesar pisang
raja itu, warnanya hitam dengan kepala penis kemerahan. Dia berjongkok
di depanku dan memelorotkan rok dan celana dalamku. “Wah, asyik
jembutnya item lebat banget, gua paling suka memek kaya gini” si brewok
mengomentari vaginaku. Pak Fauzan dan temannya pun mulai melepasi
pakaiannya masing-masing hingga bugil. Terlihatlah batang-batang mereka
yang sudah menegang, namun aku tetap lebih suka milik si brewok karena
nampak lebih menggairahkan, milik Pak Fauzan juga besar dan berisi,
namun tidak terlalu berurat dan sekeras si brewok, sedangkan punya
temannya lumayan panjang, tapi biasa saja, standarnya pribumi
Indonesialah. Aku sendiri tinggal memakai kaos ketat dan bra-ku yang
sudah tersingkap. Kaki kiriku diangkat ke bahu si brewok yang berjongkok
sambil melumat vaginaku. Teman Pak Fauzan yang dipanggil ‘Zul’ itu
menopang tubuhku dengan mendekap dari belakang, tangannya terus
beraktivitas meremas payudara dan pantatku sambil memainkan lidahnya di
lubang telingaku. Pak Fauzan sendiri kini sedang menetek dari payudara
kananku. Aku menggelinjang dahsyat dan mendesah tak karuan diserbu
dari berbagai arah seperti itu. Tanganku menggenggam penis Pak Fauzan
dan mengocoknya perlahan. “Oookkhh…jangan terlalu keras” rintihku
sambil meringis ketika Pak Fauzan dengan gemas menggigiti putingku dan
menariknya dengan mulut, secara refleks tanganku menjambak pelan
rambutnya. Sementara si brewok di bawah sana menyedoti dalam-dalam
vaginaku seolah mau ditelan. Dia memasukkan lidahnya ke dalam vaginaku
sehingga memberi sensasi geli yang luar biasa padaku, klitorisku juga
dia gigit pelan dan digelikitik dengan lidahnya. Pokoknya sangat sulit
dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu, jauh lebih
nikmat dari mabuk anggur manis. Aku menengokkan wajah ke samping untuk
menyambut Zul yang mau melumat mulutku. Lihai juga dia berciuman,
lidahnya menjilati lidahku dan menelusuri rongga mulutku, nafasku
seperti mau habis rasanya. Kemudian mereka membaringkanku di kursi untuk
berbaring di kolong mobil itu (whateverlah namanya aku tidak tahu nama
barang itu ^_^. Zul langsung mengambil posisi di selangkanganku, tapi
segera dicegah oleh Pak Fauzan yang menginginkan jatah lubang lebih
dulu. Setelah dibujuk-bujuk Zul pun akhirnya mengalah dari Pak Fauzan
yang lebih senior itu. Sebagai gantinya dia mengambil posisi di dekat
kepalaku dan menyodorkan penisnya padaku. Kumulai dengan menjilati
batang itu hingga basah, lalu buah zakarnya kuemut-emut sambil mengocok
batangnya. Walaupun agak bau tapi aku sangat menikmati oral seks itu,
aku senang membuatnya mengerang nikmat ketika kujilati lubang kencing
dan kepala penisnya. Pak Fauzan yang sudah selesai dengan pemanasan
dengan menggesekkan penisnya pada bibir vaginaku kini sudah mengarahkan
penisnya ke liang senggamaku. Aku menjerit kecit ketika benda itu
menyeruak masuk dengan sedikit kasar, selanjutnya dia menggenjotku
dengan gerakan buas. Aku meresapi setiap detil kenikmatan yang sedang
menyelubungi tubuhku, semakin bersemangat pula aku mengemut penis si
Zul, kumainkan lidahku di sekujur penis itu untuk menambah kenikmatan
pemiliknya. Dia mengerang keenakan atas perlakuanku yang memanjakan
‘adik kecil’nya. Rambutku diremas-remas sambil berkata : “Oooh…terus
Non, enak banget….yahhh !” Tanganku yang lain tidak tinggal diam ikut
mengocok punya si brewok yang pada saat yang sama sedang melumat
payudaraku. Dia sangat menikmati setiap jengkal payudaraku, dia
menghisapnya kuat-kuat diselingi gigitan-gigitan yang meninggalkan
jejak merah di kulitnya yang putih. Sungguh kagum aku dengan penisnya
dalam genggamanku, yang benar-benar keras dan perkasa membuatku tidak
sabar ingin segera mencicipinya. Maka aku melepaskan emutanku pada
penis Zul dan berkata pada si brewok : “Sini dong Mas, gua mau nyepong
kontolnya !” Si brewok langsung menggantikan Zul dan menyodorkan
penisnya padaku. Hmm…inilah yang kutunggu-tunggu, aku langsung membuka
lebar-lebar mulutku untuk memasukkan benda itu. Tentu saja tidak muat
seluruhnya di mulut mungilku malah terasa sesak. Si Zul
menggosok-gosokkan penisnya yang basah ke wajahku. Sambil dioral,
tangan si brewok yang kasar dan berbulu itu meremasi payudaraku dengan
brutal. Di sisi lain, Pak Fauzan melepaskan sepatu bersol tinggi yang
kupakai, lalu menaikkan kedua tungkaiku ke bahu kirinya, sambil
menggenjot dia juga menjilati betisku yang mulus. Aku benar-benar
terbuai oleh kenikmatan main keroyok seperti ini.<br />
Tiba-tiba kami
terhenti sejenak karena terdengar suara pintu di buka dari dalam dan
keluarlah seorang yang hanya memakai singlet dan celana pendek,
tubuhnya agak kurus dan berusia sepantaran dengan Pak Fauzan dengan
jenggot seperti kambing. Aku mencoba mengingat-ingat orang ini,
sepertinya pernah lihat sebelumnya, ooohh…iya itu kan montir yang
mendengar dan mencatat masalah yang kuceritakan tentang mobilku ketika
aku membawanya ke sini. Sepertinya dia baru mandi karena rambutnya
masih basah dan acak-acakan. Sebelumnya dia agak terperanjat dengan apa
yang dia lihat tapi kemudian dia mendekati kami “Weleh-weleh…gua sibuk
cuci baju di belakang, lu-lu malah pada enak-enakan ngentot” katanya
“lho, ini kan si Non cantik yang mobilnya diservis itu !” “Udah jangan
banyak omong, mau ikutan ga !” kata si brewok padanya Buru-buru si
montir yang bernama Joni itu melepaskan celananya dan kulihat penisnya
bagus juga bentuknya, besar dengan otot yang melingkar-lingkar. Tiga
saja belum selesai sudah datang satu lagi, tambah berat deh PR gua,
demikian kataku dalam hati. Pak Joni mengambil posisi di sebelah
kananku, tangannya menjelajah kemana-mana seakan takut tidak kebagian
tempat. Payudara kananku dibetot dan dilumat olehnya sampai terasa
nyeri. Aku mengerang sejadi-jadinya antara kesakitan dan kenikmatan,
semakin lama semakin liar dan tak terkendali. Pak Fauzan dibawah sana
makin mempercepat frekuensi genjotannya pada vaginaku. Lama-lama aku
tidak sanggup lagi menahan cairan cintaku yang semakin membanjir. Di
ambang puncak aku semakin berkelejotan dan tanganku semakin kencang
mengocok dua batang penis di genggamanku yaitu milik Pak Joni dan Bang
Zul. Zul juga menggeram makin keras dan crot…crot…cairan putih
kentalnya menyemprot dan berceceran di wajah dan rambutku. Sementara
otot-otot kemaluanku berkontraksi makin cepat dan cairan cintaku pun
tak terbendung lagi. Aku telah mencapai puncak, tubuhku mengejang hebat
diiringi erangan panjang dari mulutku, tapi dia masih terus
menggenjotku hingga tubuhku melemas kembali. Setelah dia cabut
penisnya, diturunkannya juga kakiku. “Gantian tuh, siapa mau memek ?”
katanya Si brewok langsung menggantikan posisinya, sebelumnya dia
menjilati dan menyedot cairan vaginaku dengan rakus bagaikan menyantap
semangka. Pak Fauzan menaiki dadaku dan menjepitkan penisnya yang sudah
licin diantara payudaraku. Dia memaju-mundurkannya seperti yang dia
lakukan terhadap vaginaku, tidak sampai lima menit, spermanya muncrat
ke muka dan dadaku, kaosku yang tergulung juga ikut kecipratan cairan
itu. Pak Fauzan mengelap spermanya yang berceceran di dadaku sampai
merata sehingga payudaraku nampak mengkilap oleh cairan itu. Kujilati
sperma di sekitar bibirku dengan memutar lidah. Si brewok minta ganti
gaya, kali ini dia berbaring di kursi montir. Tanpa diperintah aku
menurunkan tubuhnya sambil membuka lebar liang senggamaku dengan jari.
Tanganku yang lain membimbing batang itu memasuki liang itu. Aku
menggigit bibir dan mendesis saat penis itu mulai tertancap di
vaginaku. Hingga akhirnya seluruh batang itu tertelan oleh liang
surgaku, rasanya sangat sesak dan sedikit nyeri dijejali benda sekeras
dan sebesar itu, aku dapat merasakan urat-uratnya yang menonjol itu
bergesekan dengan dinding vaginaku. Aku belum sempat beradaptasi, dia
sudah menyentakkan pinggulnya ke atas, secara refleks aku menjerit
kecil. Sekali lagi dia sentakkan pinggulnya ke atas sampai akupun ikut
menggoyangkan tubuhku naik-turun. Mataku merem-melek dan kadang-kadang
tubuhku meliuk-liuk saking nikmatnya. Kuraih penis Pak Joni di sebelah
kiriku dan kukulum dengan bernafsu, begitu juga dengan penis Pak
Fauzan, batang yang sedang kelelahan itu kukocok-kocok agar bertenaga
lagi, sisa-sisa spermanya kujilati hingga bersih. Kurasakan ada dua
jari memasuki anusku, mengoreki lalu bergerak keluar-masuk di sana, aku
menengok ke belakang ternyata pelakunya Bang Zul yang entah kapan
sudah di belakangku.<br />
Mungkin karena ketagihan dikaraoke olehku,
Pak Joni memegangi kepalaku dan menekannya pada selangkangannya, lalu
dia maju-mundurkan pinggulnya seperti sedang bersenggama. Aku sempat
gelagapan dibuatnya, kepala penis itu pernah menyentuh tekakku sampai
hampir tersedak. Namun hal itu tidak mengurangi keaktifanku menggoyang
tubuhku dan mengocok penis Pak Fauzan dengan tangan kiriku. Payudaraku
yang ikut bergoyang naik-turun tidak pernah sepi dari jamahan
tangan-tangan kasar mereka. Sepertinya Bang Zul mau main belakang
karena dia melebarkan duburku dengan jarinya dan sejenak kemudian aku
merasakan benda tumpul yang tak lain kepala penisnya melesak masuk ke
dalamnya. Ketiga lubang senggamaku penuh sudah terisi oleh tiga penis.
Penis Pak Joni dalam mulutku makin bergetar dan pemiliknya pun makin
gencar menyodok-nyodokkannya pada mulutku hingga akhirnya menyemprotkan
spermanya di mulutku. Belum habis semprotannya dia menarik keluar benda
itu (thank god, akhirnya bisa menghirup udara segar lagi) sehingga
sisanya menyemprot ke wajahku, wajahku yang sudah basah oleh sperma Bang
Zul dan Pak Fauzan jadi tambah belepotan oleh spermanya yang lebih
kental dari milik dua orang sebelumnya. “Aahh…aahh…dikit lagi Bang !”
desahku karena sudah akan klimaks lagi Cairan cinta terasa terus
mengucur membasahi rongga-rongga kemaluanku bersamaan dengan penis si
brewok yang terasa makin membengkak dan sodokannya yang makin gencar.
Otot-ototku menegang dan desahan panjang keluar dari mulutku akibat
orgasme panjang bersama si brewok. Cairan hangat dan kental menyemprot
hampir semenit lamanya di dalam lubang vaginaku. Akhirnya tubuhku
kembali melemas dan jatuh telungkup di atas dada yang bidang berbulu
itu dengan penis masih menancap, sementara dari belakang Bang Zul masih
getol menyodomiku tanpa mempedulikan kondisiku sampai dia menumpahkan
spermanya di anusku lima menit kemudian. Setelah beristirahat lima
menit, Pak Fauzan mengangkat tubuhku diatas kedua tangannya dan
membawaku ke ruangan lain yang adalah tempat pencucian mobil bersama
teman-temannya. “Eh, mau ngapain lagi kita nih Pak ?” tanyaku heran
“Kita mau mencuci Non dulu soalnya sudah lengket dan bau peju sih”
jawabnya sambil nyengir, kemudian memerintah si brewok untuk menyiapkan
selang air. Pelan-pelan dia turunkan aku, tapi aku masih belum sanggup
berdiri karena masih lemas sekali, jadi aku hanya duduk bersimpuh saja
di lantai marmer itu. “Bajunya dilepas aja Non biar nggak basah”
katanya sambil membantuku melepaskan kaosku yang tergulung. Aku kini
telah telanjang bulat, hanya jam tangan, anting, dan seuntai kalung
perak dengan leontin huruf C yang masih tersisa di tubuhku. Si brewok
menyalakan krannya dan mengarahkan selang itu padaku. “Awww…dingin !”
desahku manja merasakan dinginnya air yang menyemprot padaku Pak Joni
melepaskan singletnya dan bersama dua orang lainnya mendekati tubuhku
yang masih disemprot si brewok, ketiganya mengerubungi tubuhku sambil
tertawa-tawa. Aku lalu diberdirikan dan didekap mereka, tangan-tangan
mereka menggosoki tubuhku untuk membasuh ceceran sperma yang lengket di
sekujur tubuhku seperti sedang memolesi mobil dengan cairan pembersih.<br />
Beberapa
menit lamanya si brewok menyirami kami dengan air dingin sehingga
tubuh kami basah kuyup. Sesudah itu dia juga ikut bergabung
menggerayangiku. Pak Joni mendekapku dari depan, setelah puas menciumi
dan meremas payudaraku dia menaikkan kaki kananku ke pingggangnya dan
memasukkan penisnya ke vaginaku, mereka mengerjaiku dalam posisi
berdiri. Pak Fauzan merangkulku dari belakang dan tak henti-hentinya
mencupangi pundak, leher dan tengukku. Bang Zul berjongkok meremasi dan
menjilati pantat montokku yang terangkat dengan gemasnya. Si brewok
menggerayangi payudaraku yang lain sambil menggelikitik telingaku
dengan lidahnya. Desahan nikmatku terdengar memenuhi ruangan itu.
Beberapa menit kemudian Pak Joni klimaks dan menumpahkan spermanya di
dalam vaginaku. Ini masih belum berakhir, karena setelahnya tubuhku
mereka telentangkan di atas kap depan sebuah sedan berwarna silver
metalik dan kembali aku disemprot dengan selang air hingga semakin
basah. Bang Zul membentangkan pahaku dan menancapkan penisnya ke
vaginaku. Mungkin karena sudah terisi penuh, maka ketika penis itu
melesak ke dalamku, nampak sperma kental itu meluap keluar dari
sela-sela bibir vaginaku. Aku kembali orgasme yang kesekian kalinya,
tubuhku menggelinjang di atas kap mobil itu. Kemudian tak lama kemudian
dia pun mencabut penisnya dan menumpahkan isinya di atas perut rataku.
Akhirnya selesai juga mereka mengerjaiku, aku terbaring lemas diatas
kap, rasanya pegal sekali dan sedikit kedinginan karena basah. Mereka
juga sudah kecapean semua, ada yang duduk mengatur nafas, ada juga yang
mengelap badannya yang basah. Pak Fauzan memberiku sebuah Aqua gelas
dan handuk kering. Aku menggerakkan tangan menghanduki tubuhku yang
basah. Setelah Pak Fauzan dan Bang Zul selesai memasang onderdil yang
tertunda, selesai pula perbaikan mobilku. Aku membayarkan biayanya pada
Pak Fauzan yang ternyata masih saudara dengan pemilik bengkel ini,
pantas daritadi montir lain tunduk padanya. Aku juga memberi tambahan
sepuluh ribu rupiah sebagai uang rokok untuk dibagi antara mereka
berempat. Sampai di rumah aku langsung tidur dengan tubuh pegal-pegal,
janji ke kafe dengan teman-teman pun terpaksa kubatalkan dengan alasan
tidak enak badan.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a4.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/216876_205353396154232_202163969806508_616821_3747702_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-25090389827421190462012-01-17T00:30:00.000-08:002012-01-17T00:30:16.159-08:00yang pertamaNamaku Bunga, sekarang umurku sudah 26 tahun, sulung dari tiga
bersaudara yang smuanya wanita . Tinggi badanku 170 cm, cukup
tinggi untuk ukuran seorang wanita. Bentuk tubuhku langsing dan
sexy, wajahku juga terbilang cukup cantik hingga sejak masih duduk
di bangku Sekolah Dasar gw sudah menjadi primadona di sekolahku.
Sekarang Statusku masih single. Tapi bukan berarti gw masih seorang
gadis lho, karena gw memang sudah tidak perawan lagi. Keperawananku
sudah kupersembahkan pada teman kuliahku yang kisahnya akan
kupersembahkan pada tulisanku kali ini, namun terlebih dahulu akan
gw paparkan sedikit tentang diriku sebagai prolog. Biasanya
para kaum wanita kalau berkuliah kebanyakan suka memakai celana
panjang, namun gw lebih suka tetap memakai rok saja untuk
bawahannya kalau sedang ke kampus. Rokku mini sekali dengan bawahan
yang lebar, bentuknya seperti yang biasa dipakai oleh para cheerleader
(pemandu sorak). Yang membedakan hanya dalamannya saja, biasanya
para cheerleader masih menggunakan celana pendek di dalamnya walau
agak mini untuk membungkus celana dalam yang mereka pakai.
Bedanya dengan diriku, gw tidak pernah memakai penutup lain untuk
menutupi bagian tubuhku yang paling vital kecuali celana dalam.
celana dalam yang kupakai sangat mini dan sexy, bentuknya G String
dua jenis, yang satu model berenda dan yang satu lagi model tali
tang terbuat dari nylon. Sexy sekali karena hanya ada seutas yang
melingkari pinggangku, bedanya hanya yang tali nylon dengan ikatan
di kiri kanan pinggangku, selebihnya sama saja ada bagian yang
hanya selebar ukuran satu jari turun dari belakang pinggang
mengitari selangkangan melalui belahan pantatku. Hanya ada secarik
kain yang lebarnya tidak lebih dari ukuran dua jari di bagian
depan yang fungsinya hanya mampu menutupi lubang Memek ku. Yang
berenda berbentuk hati kecil ada renda di pinggirannya, sedang
yang model bertali, bentuk penutup bagian depannya berbentuk
segitiga kecil, tipis dari bahan sutera. Sebagai atasannya gw
lebih sering memakai hem lengan pendek agak longgar. Kupilih ini
karena gw memang tidak pernah memakai BH di dalamnya. Seperti
kisahku terdahulu, gw memang sejak kecil tidak suka dan tidak
pernah memakai BH hingga tak heranlah sampai detik ini gw juga
tidak mengetahui berapa besar ukuran Susuku. Payudar gw tidak
terlalu besar. Ukurannya sedang-sedang saja tetapi bentuknya
cantik dan padat. Warna puting susuku dan sekitarnya merah muda
sedikit kecoklatan, sungguh menggairahkan sekali. Untuk yang satu
ini gw sering mendapat pujian dari kaum lelaki yang sudah pernah
melihat atau meremas susuku. Terus terang dosenku yang cowok
sering kali harus menelan ludah apa bila melihat penampilanku. Apa
lagi saat melihatku duduk dengan berpangku kaki hingga bagian
atas pahaku tersingkat sedikit ke atas. Pahaku yang mulus itu juga
ditumbuhi bulu-bulu halus yang menurut istilah beberapa orang
temanku, itu namanya bulu-bulu monyet. gw kuliah di Universitas
Airlangga (Unair) Surabaya, mengambil jurusan kedokteran hewan dan
saat ini gw sudah menjadi seorang dokter hewan yang magang di
Kebun Binatang Surabaya (KBS). Kali ini gw ingin menuliskan
kisahku tentang pengalaman pertamaku bercinta sungguhan (making Love)
yang kulakukan saat masih duduk di bangku kuliah. gw
berkenalan dengan seorang mahasiswa yang juga mengambil jurusan
yang sama denganku, namanya Wahyu asal Surabaya juga, namun akhirnya
Wahyu tidak meneruskan kuliahnya karena patah hati denganku.
Sekarang entah Wahyu ada dimana gw sendiri juga tidak pernah tahu.
Hubunganku dengan Wahyu akrab sekali, sehingga pertama kali gw
melakukan hubungan sex yang sebenarnya juga dengannya. Kupersembahkan
kegadisanku pada Wahyu yang betul-betul sangat mencintaiku. Namun
gw masih tidak ingin melanjutkan hubungan itu dengan serius
karena apa yang kulakukan bersama Wahyu bagiku hanyalah suatu
pelampiasan atas kebutuhan biologisku saja. Hal ini rupanya
membuat Wahyu patah hati dan akhirnya drop out dari kampus, dan
entah kini kemana dia gw juga tidak pernah mendengar kabar
beritanya lagi sejak kami berpisah dulu. Kalau kebetulan Wahyu yang
kumaksud sedang membaca kisahku ini, gw mohon maaf padamu, karena gw
memang belum bisa jatuh cinta dengan siapapun hingga saat ini.
Hubunganku dengan Wahyu sebenarnya biasa saja seperti remaja lain
saat berpacaran. Kami sering berciuman baik di mobil, di kampus
maupun di rumah, pokoknya di mana saja kalau ada kesempatan untuk
melakukannya. Kami juga sering saling meraba bagian-bagian
sensitif kami. Lebih sering Wahyu mengajakku ke rumahnya yang
keadaannya memang selalu sepi itu, karena Wahyu adalah anak
tunggal yang kedua orang tuanya selalu sibuk di luar, jadi sekali
lagi praktis rumah Wahyu yang tidak terlalu besar di kawasan
Ngagel itu selalu dalam keadaan sepi. Hal ini sangat
menguntungkan bagi kami berdua. Di rumahnya itulah gw pertama
kalinya merasakan nikmatnya making Love. Kami bercumbu, berciuman di
atas tempat tidur di kamar Wahyu. Mulut Wahyu menciumi bibirku yang
mungil dan tipis, lumatannya membuatku sangat bergairah sekali.
Sambil melumat bibirku, jari tangan Wahyu melepaskan kancing bajuku
satu persatu hingga terlepas semua dan langsung ditanggalkannya
hem yang kukenakan hingga bagian atas tubuhku terbuka polos tanpa
sehelai benang pun. Wahyu langsung memegang dan meremas-remas susu
ku hingga gw jadi sangat terangsang oleh perlakuannya.
Kulepas dengan menarik ke atas kaos yang dipakai Wahyu dan dia pun
membantu untuk melepaskannya. Selanjutnya kubuka kancing celana jeans
yang ia pakai, kuturunkan gespernya dan Wahyu pun membantu untuk
melepaskan sendiri celana yang masaih ia kenakan berikut celana
dalam-nya sehingga Wahyu terlebih dahulu telanjang bulat di
hadapanku. Lalu kuraba seluruh bagian tubuhnya, kuraih batang
kemaluannya yang sudah mengeras dan berdiri tegak bagaikan tugu
pahlawan. gw merasa sedikit aneh karena tanganku tidak menyentuh
bulu kemaluan Wahyu. Rupanya Wahyu rajin mencukur habis bulu
kemaluannya sehingga bagian kemaluannya tampak bersih dan polos.
Hanya ada sedikit bulu di bagian tertentu saja. Ada bagian yang
terasa sedikit kasar karena bulu-bulu kemaluannya mulai tumbuh,
sehingga ujung-ujungnya yang tajam terasa sedikit kasar bila
tersentuh, namun ini justru membuat rangsangan tersendiri bagiku.
Penis Wahyu lumayan besar dan panjang, diameternya sekitar 6 cm
dengan panjangnya sekitar 17 cm. Mulut Wahyu menjelajahi wajahku
hingga seluruh bagian leher dan telingaku. Lidahnya dijulurkan
menjilati seluruh bagian leherku. Sesekali Wahyu memberikan
kecupan di leherku dan lidahnya menjalar ke bagian belakang
telingaku. Lubang telingaku pun tak luput dari sapuan lidahnya.
Tangannya membuka pengait rok miniku dan kini kubantu
memerosotkannya dengan bantuan kedua kakiku. Tangan Wahyu langsung
meraba bagian luar celana dalam yang kupakai. Ikatan tali nylon G
Stringku di samping pinggang ditariknya sehingga terlepas sudah
penutup akhir di tubuhku dan celana dalam-ku dilempar jauh ke
lantai. Kini kami sudah sama-sama bugil, telanjang bulat tanpa
sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami lagi. Lalu kami saling
bergumul, bibir kami kembali saling lumat dan tangan kami pun
saling meraba bagian sensitif lawan masing-masing. Nafsu birahiku
naik ke ubun-ubun rasanya. Memek ku yang sudah basah sejak tadi
jadi menjadi semakin basah saja. Cairan bening yang mengalir
keluar dari dalam liang Memek seakan tak terbendung lagi, semakin
lama alirannya semakin deras saja. Entah sudah berapa banyak
cairan kenikmatanku keluar membanjir hingga sekitar
selangkanganku. Kemudian kuraih batang kemaluan Wahyu sambil
kukocok-kocokkan dengan sedikit kasar karena menahan gejolak rangsangan
yang kualami. Mulut Wahyu mencium bagian susu gw. Kedua susu
ku dicium dan dijilatinya secara bergantian. Lidahnya menyapu
rata puting susuku. Ujung putingku dijilat dan dihisapnya sehingga
menimbulkan rasa geli bercampur nikmat. Tangan Wahyu mulai
menelusuri selangkanganku, seluruh bagian luar kemaluanku pun
tidak luput dari belaian tangannya. Jari-jarinya digaruk-garukkan
di belahan bibir memek ku, hingga gw sedikit mendesah tertahan.
Ujung jari tangan Wahyu mulai memainkan klitorisku. Ujung
klitorisku sedikit ditekan dengan ujung jarinya kemudian
digesek-gesekkan secara teratur hingga gw mengaduh tapi bukan
karena kesakitan. Aa.. Aacch! pekikku nyaring sambil menggeliat
tidak karuan. Rupanya gw telah mencapai orgasme hingga lendirku
menyembur memenuhi bagian dalam liang senggamaku. Dapat kurasakan
memek mengedut sambil melepas lendir. Wahyu semakin bergairah
mencium dan menjilati bagian depan tubuhku. Jilatannya mengarah
turun ke bawah menyapu setiap jengkal kulit tubuhku. Perut hingga
lubang pusarku disapu dengan lidahnya. Dia semakin ke bawah ke
arah paha, kembali naik ke atas menjilati bagian dalam paha,
semakin naik lagi hingga pangkal paha, kemudian bibirnya menciumi
bibir memek ku. Dengan tanpa sedikit pun merasa jijik Wahyu
menjilati dan menelan cairan lendir bening dari memekku.
Bibirnya mengulum bibir memek ku dan lidahnya dijulurkan di antara
belahan bibir memek ku. Dapat kurasakan ujung lidahnya menyeruak masuk
ke dalam liang memek ku sambil sesekali menyentuh dinding luar
memek ku yang kembali membasah lagi. Lidah Wahyu menyapu ujung
klitoris lalu mulutnya dibenamkan ke memek ku sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku kembali tidak mampu membendung
gelombang orgasmeku yang mengulung-gulung liar dari dalam
tubuhku. Kujambak rambut Wahyu yang kepalanya masih membenam di
selangkanganku. Kutarik kepalanya agar lebih terbenam lagi di
selangkanganku, kujepit kepalanya sambil kurasakan semburan lendir
kembali membasahi liang memek ku. Wahyu kembali menjilat dan
menelan habis cairan yang keluar dari dalam liang memek ku sebelum
dia merambat naik kembali melumat bibirku sambil memegang dan
mengarahkan batang kemaluannya di depan liang memek ku.
Digesek-gesekkan sebentar kepala kemaluannya di belahan bibir
memek ku, baru kemudian didorongnya sedikit hingga kepala kemaluannya
mulai memasuki liang memek ku. uhhhhhh..! Sakit..! Pelan dong!
jeritku menahan sakit yang bercampur nikmat. Wahyu memberiku
waktu untuk menarik napas sejenak, kemudian kembali dia
mendorongkan batang kemaluannya agar masuk sedikit lebih dalam
lagi. ohhhhhh.. Uuhh! Aduuh..! jeritku kembali menahan rasa perih
di dalam liang memek ku. Wahyu bukannya menarik keluar batang
kemaluannya dari dalam liang memek ku, tetapi dia malah menekan
lebih dalam lagi, dan tekanannya se makin kuat dan akhirnya..
Crottttttt.. Uu.. Uucch! Sleep..! Aa.. Aacch! Sleep..! Oo.. Oohhh!
suara desahanku seakan bersahutan dengan suara pompaan batang
kemaluan Wahyu. Rasa sakit yang kualami juga sudah semakin
menghilang bersamaan dengan deru pompaan batang kemaluan Wahyu
yang memompa liang memek ku yang semakin lama semakin kencang. Aku
rasanya benar-benar hampir pingsan, tidak tahu harus berbuat apa
dan harus bagaimana. Aku tidak mampu melukiskan kenikmatan yang
kualami saat itu dengan kata-kata. Yang kuingat adalah akhirnya
kami mengalami orgasme yang waktunya hampir bersamaan. Dan sejak
saat itu kami jadi rutin melakukan hubungan seperti itu lagi. Aku
benar-benar suka dan menikmatinya, hampir secara rutin tiga kali
seminggu kami melakukan making Love, dimana saja, kapan saja
seperti minum minuman ringan saja.<br />
Thanks Bunga<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a6.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/225960_206717942684444_202163969806508_626178_891091_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-46901757405427391352012-01-17T00:29:00.000-08:002012-01-17T00:29:03.343-08:00pemerkosaan SPGCerita ini muncul karena ulah sales promotion girl(SPG ) sombong
yang menjaga pameran otomotif di salah satu mall  di kotaku. Pada
waktu itu aku dan teman-temanku (berempat) sedang jalan-jalan ke
mall  itu, lalu kami melihat ada pameran mobil di sana.
Iseng-iseng aku dan teman-teman melihat mobil-mobil yang memang
keren-keren itu, meskipun penampilan kami memang sangat jauh dengan
pengunjung-pengunjung lainnya yang rapi-rapi. Sekalian cuci mata
juga, soalnya para sales promotion girl(SPG )-nya cantik-cantik dan
putih-putih serta mulus-mulus, mereka memakai rok mini yang
benar-benar serasi dengan tubuh mereka yang langsing dan tinggi,
kaki mereka yang jenjang sangat indah dipandang dari ujung kaki
sampai ke paha yang terbalut rok mini ketat warna merah. Wajah
mereka yang rata-rata Indo seperti bintang sinetron sangat
menyenangkan untuk dipandang, memang sangat cocok untuk mendampingi
mobil-mobil mewah yang sedang dipamerkan. Sambil melihat,
kupegang-pegang saja mobil yang di pamerkan dan kucoba membuka dan
metutup salah satu pintunya.<br />
Tiba-Tiba..., Mas, tolong kalau
mau lihat ya dilihat saja, jangan dipegang-pegang, nanti harus
dibersihkan lagi, aku menoleh ke arah teguran itu berasal, ternyata
teguran tersebut berasal dari salah seorang sales promotion girl(SPG )
yang cantik, meskipun aku tersinggung, aku sempat tertegun melihat
paras dan body cewek sales promotion girl(SPG ) yang satu ini. Wajah
sales promotion girl(SPG ) yang ini seperti campuran Indo Belanda,
kebarat-kebaratan seperti itulah. Masih setengah sadar, sales
promotion girl(SPG ) itu ngomong lagi, Tolong minggir dulu ya.. ini
ada pembeli yang mau lihat. Aku menoleh ke sekitar, Mana
pembelinya.. pikirku, yang ada masih lihat-lihat mobil di sebelah,
kali ini aku serasa benar-benar dilecehkan oleh sales promotion
girl(SPG ) itu, dalam pikiranku, Sombong sekali cewek satu ini...
padahal kan dia juga sebagai penjaga, belum tentu bisa beli mobil
itu juga.<br />
Sambil berpikir begitu, tak terasa aku bertatap
pandang dengan gadis sales promotion girl (SPG ) itu, yang lebih
mengesalkan wajahnya seakan-akan melihatku sebagai makhluk yang tidak
sepantasnya berdiri di situ. Kulihat juga senyumnya yang
benar-benar menyebalkan, seolah-olah menantang dan sudah menang.
Seraya tersenyum aku minggir juga. Ayo, cabut! aku mengomando
teman-temanku dengan nada yang masih kesal karena pelecehan tadi. Aku
langsung mengarahkan mereka ke tempat parkir dengan tidak
menyembunyikan wajah yang kesal. Mobil Espass kami pun meluncur.
Sepanjang perjalanan, kami terdiam, teman-temanku tahu aku masih
kesal, jadi mereka agak malas ngomong. Setelah beberapa saat Aris
yang memegang kemudi memecah kesunyian, Kenapa lu? masih kesal sama
sales promotion girl(SPG ) itu? tanyanya kepadaku. Belum sempat
aku menimpali, Lukman buka suara, Lu nggak remas aja bokongnya, biar
tau rasa dia. Tawa mereka berderai, tapi aku masih diam, melihat
gelagatku yang tidak bisa diajak bercanda, teman-temanku ikutan diam.
Tiba-Tiba Mamat mengeluarkan ide bagus, Eh.. gimana kalo kita culik
aja tuh cewek! Hatiku yang kesal ini bagaikan mendapat siraman air
yang menyegarkan, Betul juga, pikirku, Biar ntar dia rasain gimana
akibatnya kalau melecehkan aku Aku tersenyum menyeringai ke arah
Mamat, dan kami langsung memutar mobil ke arah mall  itu lagi.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, mulai terlihat
karyawan-karyawan dari mall  tersebut keluar untuk pulang.<br />
Kami
dengan sabar menunggu di depan mall  itu sambil mengawasi
orang-orang yang keluar. Gimana kalau keluar dari samping
pertokoan? tanya Lukman. Ah.. ya berarti nasibnya beruntung, jawabku
cepat. Itu! itu! Mamat setengah berteriak menunjuk ke suatu arah.
Mata kita semua langsung menjelajah ke arah yang ditunjuk Mamat.
Bagus! pikirku ketika melihat si sales promotion girl(SPG ) berjalan
keluar mall  untuk mencari kendaraan. Dia bersama seorang temannya
yang kelihatannya sales promotion girl(SPG ) juga, sudah mengenakan
sehelai kain untuk menutupi roknya yang mini, mereka berjalan
menelusuri trotoar, rupanya rute angkutannya bukan di jalan ini.
Kami segera membuntutinya pelan-pelan sampai mereka berhenti di
perempatan yang sudah dikuasai oleh banyak angkota. Mereka langsung
masuk ke salah satu bemo yang ada, begitu bemo tersebut berangkat,
kami pun langsung mengikutinya.<br />
Sampai di sebuah jalan, yang
untungnya sepi sehingga sangat mendukung operasi kami ini, si sales
promotion girl(SPG ) turun. Tidak sedikit pun dia menaruh curiga
bahwa sebuah mobil telah mengikuti angkutannya sejak tadi. Setelah
bemo tersebut meninggalkannya cukup jauh, kami mulai mendekati sales
promotion girl(SPG ) itu yang kelihatannya masih harus berjalan kaki
untuk mencapai rumahnya. Tanpa buang-buang waktu Aris mensejajarkan
mobil kami di samping sales promotion girl(SPG ) itu dan Mamat
langsung membuka pintu samping Espass. Kulihat sales promotion
girl(SPG ) tersebut terkejut melihat ada mobil yang sangat dekat
dengan dirinya, dan tanpa disadari tangan Mamat sudah merenggut
tangan dan menarik tubuhnya ke dalam mobil. Srreeekkk..., pintu
samping ditutup, mobil kami langsung melaju tanpa bekas, sementara si
sales promotion girl(SPG ) masih kebingungan dan akan berteriak,
tetapi dengan sigap Lukman langsung menutup mulutnya sehingga yang
terdengar hanya gumaman. Si sales promotion girl(SPG ) mencoba
meronta, namun sebuah pukulan ditengkuknya yang diluncurkan oleh
Mamat membuatnya langsung pingsan. Aku menoleh ke belakang,
Lukman dan Mamat tersenyum memandangku seolah-olah ingin menyatakan
bahwa operasi penculikan sudah berhasil. Kulihat kain yang menutupi
rok mininya tersingkap, dan meskipun di dalam mobil gelap, aku masih
dapat melihat pahanya yang mulus. Mamat pun tak tahan langsung
memijat dan meraba paha yang mulus itu. Mobil kami langsung meluncur
ke rumah Aris yang memang kosong dan biasa sebagai tempat kami
berkumpul. Setelah sampai dan memarkir mobil di garasi, kami
menggendong sales promotion girl(SPG ) yang masih pingsan itu ke
dalam kamar.<br />
Di sana kami mengikatnya pada kursi kayu yang
ada. Aku duduk di ranjang menghadap sales promotion girl(SPG ) yang
masih lunglai itu yang terikat di kursi kayu. Teman-temanku
kelihatannya memang menghadiahkan sales promotion girl(SPG ) itu ke
padaku untuk diperlakukan apa saja. Mat... ambilin air. Mamat
keluar kamar dan tak lama masuk dengan segelas air yang disodorkan
kepadaku. Aku berdiri dan menyiramkan pelan-pelan ke wajah sales
promotion girl(SPG ) itu. Ketika sadar, sales promotion girl(SPG ) itu
terlihat sangat terkejut melihatku di depannya, Kamu... katanya
seraya menggerakkan tubuhnya, dan dia sadar kalau tubuhnya terikat
erat di sebuah kursi. Kali ini aku yang tersenyum, senyum kemenangan.
Mau apa kamu? masih dengan sombong sales promotion girl(SPG ) itu
bertanya setengah menghardik kepadaku. Kalau kamu macam-macam, aku
akan teriak, lanjutnya lagi. Aku hanya tersenyum, Silahkan saja
teriak, nggak bakal terdengar kok, kataku sambil menyalakan tape si
Aris, kebetulan lagunya dari band Metallica, Unforgiven, kusetel agak
keras, meskipun aku yakin bahwa kamar Aris letaknya terisolir, jadi
tidak mungkin teriakannya didengar orang lain. Ketakutan
mulai terlihat di wajah sales promotion girl(SPG ) itu, wajahnya yang
cantik sudah mulai terlihat memelas memohon iba. Namun kebencian di
hatiku masih belum padam, aku ingin memberinya pelajaran!. Siapa
namamu? tanyaku dengan nada datar. Anita , jawabnya. Ampun Mas,
maafkan aku, aku disuruh boss untuk bersikap begitu, katanya seolah
membela diri. Tidak peduli dengan pembelaan dirinya, langsung
kusibakkan kain yang menutupi roknya, lalu dengan kasar kutarik
roknya hingga ke pangkal paha. Anita  menatapku ketakutan, Jangan,
jangan Mas... ucapnya memelas seakan tahu hal yang lebih buruk akan
menimpa dirinya.<br />
Lagi dengan kasar kutarik bajunya sehingga
kursi yang didudukinya bergeser dan kancing bajunya hampir lepas
semua. Terlihat oleh kami bulatan toked yang masih tertutup BH
berwarna putih. Tak tahan melihat itu Aris dan Mamat yang berdiri di
sampingnya langsung meremas-meremas toked itu. Anita  sangat
ketakutan, ditengah ketakutannya dia berusaha meronta, namun hal itu
semakin meningkatkan nafsu kita. Jari-jariku langsung meraba secara
liar daerah liang vaginanya yang masih tertutup CD, mengelus dan
berputar-putar dengan lincah dan sekali-sekali mencoba menusuk.
Tidakkk.. tidakkk.. Anita  berkata lirih seolah ingin menolak
takdir. Breetttt... breettt... kubuka dengan paksa seluruh baju
Anita sehingga yang terlihat hanya BH dan CD-nya saja. Naikkan ke
atas meja, kataku, serta merta ketiga temanku langsung bekerja sama
memegangi Anita  dan mengikatnya di atas meja. Anita
 meronta-ronta sekuat tenaga namun tentu saja usahanya tidak mampu
melawan tiga tenaga cowok. Sekarang dia sudah terlentang di atas
meja dengan tangan terikat di sudut-sudut meja, kedua kakinya agak
menjulur ke bawah karena mejanya tidak cukup panjang, namun kami
mengikatnya secara terpisah pada dua kaki meja. Kami sendiri
posisinya sekarang di samping tubuhnya. Lalu dengan sekali tarik
kulepas BH-nya dan menonjollah dua bagian tokednya yang cukup padat
berisi. Sekarang kami melihat sebuah tubuh yang putih mulus dan
langsing dengan tonjolan toked yang bergoyang-goyang karena Anita
 masih berusaha meronta. Karena meronta, terlihat CD-nya yang agak
transparan semakin mengetat memperlihatkan lekuk-lekuk liang
vaginanya. It's showtime! teriakku yang disambut oleh
kegembiraan teman-temanku dan wajah ketakutan Anita . Aku langsung
mengambil beberapa karet gelang, lalu kulingkarkan di toked Anita
 sampai terlihat mengeras dan merah. Aduhhh... erang Anita , masih
kutambah penderitaannya dengan menjepitkan jepitan yang biasa
digunakan Aris untuk alat elektronik, bentuknya bergerigi dan
terbuat dari logam tipis yang di-chrome, kujepitkan di kedua puting
susunya. Aduhhh.. ahhh.. aduuhhh Anita  mengerang kesakitan<br />
.
Aris lalu memberiku sebuah alat seperti pecut, yang terbuat dari
beberapa tali tampar kecil sekitar 5 buah yang salah satu
ujung-ujungnya dijadikan satu pada sebuah pegangan dari rotan. Entah
untuk apa alat ini biasanya digunakan Aris, pikirku, tapi peduli
apa, yang penting sekarang benda ini ada gunanya.Jangan.. ampunnn
Mas... pinta Anita , melihat aku mengibas-ngibaskan pecut itu. Aku
tersenyum sadis, lalu tanganku kuangkat dan sebuah pecutan kuarahkan
ke tokednya. Ctasss... Tubuh Anita menggelinjang, dan buah dadanya
langsung bergoyang ke kanan ke kiri menahan sakit. Aduhhh...
teriaknya sambil menitikkan air mata. Beberapa garis merah terlihat
di kedua buah dadanya, di sekitar puting. Lagi? tanyaku kepada
Anita , yang tentu saja dijawab dengan gelengan kepala, Ampunnn..
ampunnn tolonggg... rintihan bercampur tangis Anita  menjadi satu.
Tanpa rasa iba pecut kuayun lagi, kali ini sasarannya adalah
pahanya. Mmmpphhh... Anita  menggigit bibir bawahnya menahan sakit.<br />
Sekali
lagi kuayun pecut itu, sekarang ke arah pusar, garis-garis merah
segera menghiasi tubuh Anita . Entah aku sangat menikmatinya
sehingga tak terasa sudah beberapa ayunan pecut mengarah ke tubuh
Anita . Tubuhnya terlihat bergetar, menggelinjang menahan sakit dan
perih. Wajahnya yang basah oleh air mata dan keringat sudah
benar-benar menunjukkan penderitaan. Tapi aku masih belum puas.
Kulihat teman-temanku, ketiganya tersenyum seakan memberikan
dukungan kepadaku untuk terus menyalurkan hasratku. Kudekati
telinga Anita , dia yang sudah ketakutan padaku, dia berusaha
menjauhkan kepalanya, mungkin dikiranya aku mau menggigit telinganya.<br />
Kubisikkan
sesuatu di telinga Anita , Anita , gimana kalau kita ganti alatnya,
sekarang pakai ikat pinggang saja ya, bisikku sambil menyeringai
sadis. Anita  menunjukkan ekspresi terkejut setengah tidak percaya
bahwa dia akan menerima siksaan yang lebih hebat. Ampun... lepaskan
saya... ibanya meskipun tahu aku tidak akan melepaskannya.
Kubuka ikat pinggangku yang terbuat dari kulit, kulilitkan sebagian
pada telapak tanganku, Anita  melirikku dengan ketakutan yang amat
sangat, nafasnya tersenggal-senggal meskipun dia sudah berusaha
sekuat tenaga untuk mengaturnya. Mungkin dengan mengatur napas dia
berharap sabetan ikat pinggangku tidak akan terlalu sakit. Kuangkat
tinggi tanganku dan kuayunkan dengan keras, Anita  memejamkan matanya,
saat ikat pinggangku mendarat di pahanya terdengar meja yang
ditiduri Anita  agak berderit karena tubuh Anita  secara spontan
bergetar keras menahan sakit. Ahhh.. ampun.. ampun.. hahhh.. hahhh..
Anita  berkata tersendat-sendat. Kali ini bukan hanya garis merah
yang tampak, tetapi semacam jalur merah tercetak di paha Anita .
Ceplasss... Ceplassss... sabetan ikat pinggangku semakin liar
menghujani tubuh Anita . Anita  sudah tidak bisa berkata apa-apa
lagi, dia hanya menggeleng ke kiri ke kanan menahan penderitaan yang
kuberikan. Puas dari samping, Bagaimana kalau pukulan yang mengarah
langsung ke liang vaginanya? pikirku. Lalu aku mulai menyobek
CD-nya dan minta kepada dua temanku untuk melepaskan ikatan kaki Anita
dan mengikatnya kembali pada posisi menekuk ke atas dan
mengangkang, sehingga liang vaginanya terbuka lebar. Anita
 berusaha meronta dan menutup liang vaginanya dengan kakinya, namun
ikatan kami cukup erat sehingga kedua kakinya tidak bisa mengatup.
Persis menghadap liang vaginanya, aku mengelus-elusnya sambil
tersenyum sinis. Anita  mengangkat kepalanya dan menatapku dengan
pandangan nanar.<br />
Aku mulai menjauh, ikat pinggang mulai
kuputar-putar, lalu..., Ceplasss... ikat pinggang itu mendarat dengan
tepat di bibir liang vagina Anita . Kali ini Anita  meronta-ronta
dengan sangat dan cukup lama, tampaknya dia sangat kesakitan,
kepalanya ditengadahkan ke atas sembari mengguncang-guncangkan
bokongnya di atas meja. Aku berjalan ke sampingnya, Lagi? tanyaku
seolah tak menghiraukan penderitaannya. Anita  tidak mengatakan
apa-apa, kelihatannya dia sudah pasrah. Aku tersenyum penuh
kemenangan, kusentuh bibir liang vaginanya yang tentunya masih pedih,
Anita  menggelinjang, tak peduli kugesek-gesekan jariku di liang
senggamanya, tubuh Anita  terus menggelinjang. Sakittt.. sakittt..
gumamnya lirih. Seolah tak peduli, kembali aku mengambil dua
jepitan, dan kujepit di kedua bibir liang vagina yang memerah itu.
Anita  menatapku dengan pandangan tak percaya akan kesadisanku. Oke,
kataku, Tidak ada lagi pukulan..., Anita  diam saja tanpa
ekspresi, ...tapi sekarang waktunya bermain lilin, lanjutku sambil
menyunggingkan senyum. Kali ini Anita  menolehkan wajahnya yang
layu, berkeringat dan basah karena air matanya. Bisa kubaca dalam
pikirannya, Oh.. apa lagi yang akan diperbuatnya pada tubuhku..
malangnya nasibku... Memang di kamar Aris ada beberapa lilin
untuk jaga-jaga jika lampu mati, ada yang kecil dan ada juga yang
besar supaya awet. Kuambil Zippo-ku, kunyalakan satu lilin yang
kecil. Lidah api menari berputar-putar melelehkan batang lilin yang
menahannya. Menembus lidah api itu, kulihat pandangan Anita  yang
berharap aku hanya bercanda. Kujawab dengan pandangan juga yang
menyatakan bahwa aku serius. Segera lilin yang kupegang kumiringkan
di atas toked Anita .<br />
Kulihat ekspresi Anita  yang memandang
lekat batang lilin yang terkena nyala api, pandangannya seolah
berharap agar lilin tersebut tidak meleleh atau apinya tiba-tiba
mati. Tapi tentu saja itu tidak terjadi, yang terjadi adalah tetesan
pertama jatuh dan menetes di atas puting susu Anita  sebelah
kanan. Hhhh... Anita  mendesah, punggungnya terlihat bergerak
ke atas menahan panas lilin yang meleleh. Tetesan demi tetesan
bergerak jatuh, dan Anita  terlihat semakin kesakitan karena
tetesan tersebut jatuh di tempat bekas pecut dan sabetan ikat
pinggangku tadi. Tiba-tiba teman-temanku ikut bergabung, mereka
semua memegang lilin bahkan tidak hanya satu tapi tiga atau empat
sekaligus. Mereka dengan gembira meneteskan ke bagian-bagian
sensitif Anita , seperti buah dada, pusar, sekitar liang vagina dan
paha. Kali ini Anita  seperti ular kepanasan, dia meliuk-liukkan
tubuhnya menahan panas tetesan lilin. Seperti biasa, setelah
puas pada bagian tubuh Anita , aku pun mengambil sebuah lilin dengan
diameter yang besar dan menyalakannya. Setelah menunggu agak lama
supaya lelehan lilin cukup banyak di atas lilin itu, aku kembali
mengelus-elus liang vagina Anita . Anita  langsung berkata,
Tidakkk.. jangan.. jangan Mas..., aku pun tersenyum penuh nafsu
mendengar nada yang memelas itu. Tapi tetap saja lilin yang besar
itu kumiringkan di atas liang vagina Anita , Anita  berusaha
mengelak dengan menggeser bokongnya, Pintar juga dia, pikirku, tapi
karena lelehan lilin ini masih banyak, dengan leluasa aku menaburkan
tetesan-tetesannya ke liang vaginanya. Tak ayal bagaikan lahar
panas tetesan tersebut mengalir ke liang vagina Anita  dan mungkin
ke dalamnya. Errrggghhh... gumam Anita , dia langsung
menggoyang-goyangkan bokongnya dan menengadahkan kepalanya menahan
panas dan sakit, dengan mulutnya yang menggigit rapat dan matanya
terpejam erat. Kemudian kucoba untuk memasukkan sebuah lilin kecil
ke anusnya, sulit sekali karena anusnya begitu rapat, aku memasukkan
jariku terlebih dahulu dan menggesek-geseknya agar anusnya
membesar. Aduh.. aduh.. ucap Anita , tapi aku tidak peduli, setelah
anusnya membesar mulai kutancapkan sebuah lilin di anusnya.<br />
Dan
ide cemerlangku muncul lagi, kunyalakan lilin yang menancap itu dan
setelah cukup lama, kutiup apinya dan kubalik, jadi yang menancap
adalah bagian yang barusan menyala. Jesss... bunyi panas lilin
bercampur dengan cairan yang keluar dari anus Anita . Tentu saja
Anita  menggeliat kesakitan, bokongnya dibentur-benturkannya ke
meja seakan ingin melepaskan lilin yang menancap di anusnya. Aku
tersenyum senang sambil kumasuk-keluarkan lilin tadi di anus Anita .
Karena sudah puas menyiksa Anita , aku kasih kesempatan kepada
teman-temanku untuk menyetubuhinya. Teman-temanku begitu gembira,
mereka langsung beraksi, sementara aku melihat pertunjukkan ini
dengan kepuasan total. Mereka melepas ikatan Anita  yang sudah tidak
berdaya itu, lalu tubuhnya dibalik dan bokongnya ditarik ke atas
sehingga dalam posisi menungging. Aku melihat Anita  diam saja,
mungkin dia sudah capai dan pasrah serta tidak punya harapan hidup
lagi. Wajahnya yang cantik terlihat sangat lesu dan seolah-olah siap
diperlakukan apa saja. Mamat dengan tubuhnya yang besar mulai
membuka celana dan melakukan penetrasi, langsung sodomi. Anita
 membelalak tak menyangka bahwa ada benda sebesar itu yang harus
masuk ke anusnya. Belum selesai dia menikmati penderitaan karena
ulah Mamat, Aris langsung menyelinap ke bawah tubuh Anita  dan
berusaha memasukkan kontolnya ke liang vagina Anita .<br />
Anita
 melolong kesakitan karena anus dan liang vaginanya yang sudah
lecet dan perih terkena sabetan ikat pinggang dan tetesan lilin,
masih harus bergesekan dengan kontol teman-temanku. Tubuhnya
terguncang ke depan berulang-ulang setiap kali Mamat dan Aris
menghunjamkan kontolnya. Tokednya berguncang keras persis di atas
wajah Aris yang dengan penuh nafsu meremas sekuatnya. Masih tersiksa
dengan keadaan begitu, Lukman mengeluarkan kepunyaannya dan minta
dikaraoke oleh Anita . Rintihan Anita  menjadi tersendat-sendat
karena tersedak dan batuk, Lukman bukannya kasihan malahan dia semakin
terangsang sehingga dia menghunjamkan kontolnya ke mulut dan
tenggorokan Anita  berulang-ulang. Aku tersenyum saja melihat
kelakuan teman-temanku yang brutal, lalu kudekati Anita  sambil
berkata, Anita .. punggungmu masih mulus lho.. aku cambuk ya...
Karena tidak mungkin menggunakan pecut dan ikat pinggang sebab bisa
mengenai Aris yang berada di bawah tubuh Anita , maka aku
menggunakan rotan yang tadi sebagai pegangan untuk pecut, rotan ini
ujungnya memecah sehingga sangat cocok untuk menimbulkan rasa sakit.
Segera kuraih rotan itu dan kupukulkan berulang-ulang ke
punggung Anita . Tubuh Anita  terlihat menggelinjang dan
menggeliat seiring dengan hujaman-hujaman yang diberikan oleh Mamat,
Aris dan Lukman serta siksaan cambukan rotan dariku.<br />
Mamat
yang melihat punggung Anita terkena pukulan rotanku sangat
terangsang dan segera memuntahkan maninya ke liang dubur Anita ,
lalu dia pun mencabut batang kemaluannya. Karena bokongnya kosong,
atau tidak ada orang, aku pun dengan leluasa memukul bokongnya
dengan rotan. Kulihat Anita  sangat menderita, bokong yang baru
saja dimasuki paksa oleh Mamat masih harus menerima siksaan rotanku.
Giliran Lukman yang ejakulasi, maninya langsung menyemprot ke
tenggorokan Anita , membuatnya menjadi sulit bernafas dan seperti mau
muntah. Melihat begitu semakin keras kupukulkan rotan ke bokongnya,
bahkan ke belahan bokongnya. Tiba-tiba Anita  lunglai,
kelihatannya dia tak tahan lagi menerima siksaan kami, dia pingsan.
Aris yang belum selesai masih terus melakukan aksinya, sehingga
tubuh Anita  yang pingsan itu terguncang-guncang ke sana ke mari,
akhirnya Aris pun mencapai puncaknya dan menyemprotkan air maninya
di dalam liang vagina Anita  yang masih pingsan. Aku sendiri sudah
merasa puas dengan balas dendamku ini. Kami berempat tertawa dan
puas.<br />
Kami lalu membawa tubuh Anita  untuk dibuang, sebetulnya
kami ingin menyimpannya untuk kenikmatan sehari-hari tetapi terlalu
beresiko. Akhirnya tubuh Anita  kami lempar di depan mall  tempat
dia bekerja. Aku tersenyum puas karena sudah memberi pelajaran
kepada sales promotion girl (SPG ) yang sombong itu, tapi dalam
hati aku merasa ketagihan untuk menyiksa sales promotion girl(SPG )
yang lain, kusampaikan ini ke teman-temanku dan mereka semuanya
setuju untuk suatu waktu menculik dan menyiksa sales promotion girl(SPG )
yang lain.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/228523_206718636017708_202163969806508_626180_3421813_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-64458069637923581602012-01-17T00:26:00.001-08:002012-01-17T00:26:30.555-08:00lesbian sama mama Setelah selesai menulis cerita tentang ibuku, aku membacanya sambil
menghayati. Tanganku meremas kedua payudaraku sendiri. Kemudian
kulanjutkan dengan melepas satu persatu kancing bajuku sehingga bajuku
terbuka tetapi belum kulepaskan. Tanganku lalu melepas BH yang kupakai.
Aku menjadi leluasa dalam meremas kedua payudaraku. Setelah beberapa
lama meremas kedua payudaraku, tangan kananku turun ke bawah dan
menarik retsliting celana jeans pendek yang kupakai. Tanganku langsung
mengusap liang kenikmatanku yang yang sudah bebas menantang dan mulai
basah dan dilanjutkan dengan jariku masuk ke dalam liang kenikmatanku.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh ibuku. “Cerita Ibu sudah kamu ketik Mit.”
“Sudah Bu. Ini kalau Ibu mau periksa.” Kujawab pertanyaan ibuku sambil
berdiri mengancingkan bajuku. Tapi belum sempat aku mengancingkan
bajuku, ibuku sudah berkata lagi, “Bajumu jangan kamu kancingkan dulu.
Ibu mau kamu mengajari, bagaimana bercumbu supaya tahan lama.” Aku
kaget mendengar perkataan ibuku. Aku ingin berbicara untuk menolak.
Tetapi mulutku seakan terkunci melihat ibuku sudah melepas bajunya dan
ternyata dia tidak memakai BH. Kedua payudaranya yang lebih besar
sedikit dari kedua payudaraku membuatku ingin menghisapnya. Ibuku lebih
dulu menghampiriku sambil berkata, “Puaskan aku, sayaang..” Aku hanya
diam ketika ibuku sudah melepas bajuku dan meremas kedua payudaraku.
Akupun tidak tinggal diam. Kedua tanganku meremas kedua payudara ibuku.
Aku ingin mendesah ketika remasan ibuku terlalu kuat, tetapi bibirku
dicium oleh ibuku dan aku membalas ciumannya. Mulut ibuku turun dan
menghisap kedua payudaraku bergantian sambil meremasnya dan juga
melepaskan bajunya. Tanganku memegang kepala ibuku. Cerita Lesbian
terbaru - Setelah beberapa lama, mulut ibuku naik kembali ke atas dan
mencium bibirku. Gantian mulutku yang turun ke bawah dan menghisap
kedua payudara ibuku, bergantian sambil meremasnya. Setelah aku puas
dengan itu, mulutku naik lagi ke atas dan kukeluarkan lidahku yang
disambut dengan lidah ibuku yang juga dikeluarkan. Lidah kami saling
berjilatan. Ceriat lesbi ngentot lainya bisa anda baca di
ceritadewasa17tahun.info Sedangkan tangan kami juga memegang kedua
payudara masing-masing untuk ditempelkan. Setelah kedua payudaraku dan
kedua payudara ibuku menempel, ibuku memelukku dan kami berdua saling
mendesah panjang. Ibuku mencium leherku dan naik ke atas mencium
bibirku sambil melepaskan celana panjangnya sehingga kini dia tinggal
memakai celana dalam saja. Mulutnya turun ke bawah dan menghisap
payudaraku dan tangannya menarik retsliting celana jeans pendek yang
kupakai. Tanganku memegang tangannya supaya ibuku tidak melakukannya
sambil berkata, “Kalau yang itu dengan temanku saja Bu.” Aku kemudian
melepaskan hisapannya. “Sebentar, aku telepon dia.” Akupun memakai
bajuku kembali dan kulihat ibuku menelentangkan dirinya di tempat tidur
dan membaca majalah yang ada di dekatnya tanpa memakai kembali
pakaiannya. Aku keluar dari kamar dan menelepon Ambar dan dia ternyata
mau melayani ibuku. Aku masuk kamar dan memberitahu ibuku kalau Ambar
mau. Kulihat ibuku sudah melepas CD-nya. Akupun keluar dan menonton
televisi sambil menunggu Ambar. Beberapa saat kemudian Ambar pun
datang. Setelah kami saling berpelukan dan berciuman, dia kusuruh
langsung masuk ke kamar dan kulihat dia langsung menjilati liang
kenikmatan ibuku tanpa melepas pakaiannya. Dan aku kembali menonton
televisi. Aku tidak konsentrasi lagi dalam menonton televisi setelah
mendengar desahan-desahan Ambar yang lain dari biasanya. Aku penasaran
apa yang dilakukan ibuku terhadap Ambar. Aku masuk ke kamar dan melihat
ibuku melakukan apa yang belum pernah kulakukan selama aku bercumbu
dengan sesama wanita. Ibuku sedang menggesekkan puting payudaranya pada
liang kenikmatan Ambar yang sudah telanjang bulat sedangkan tangannya
meremas-remas kedua payudara Ambar. Aku terangsang melihat hal itu. Aku
langsung melepas semua pakaianku dan mencium bibir Ambar sambil
tanganku ikut meremas-remas kedua payudaranya. Kemudian secara spontan
dan bersamaan mulutku menghisap payudara kanan Ambar dan mulut ibuku
menghisap payudara kiri Ambar. Ambar mendesah dan jari tengah tanganku
dan jari tengah ibuku sudah masuk ke dalam liang kenikmatan Ambar. Kami
berdua mengeluar masukkan jari ke dalam liang kemaluan Ambar dan
mengocoknya. Entah mengapa aku kemudian melepaskan diri dari percumbuan
itu. Aku berdiri dan akan keluar dari kamar. Tiba-tiba dari belakang
Ambar memelukku dan meremas kedua payudaraku. Aku menikmatinya dan
tidak menyadari bahwa ibuku sudah berada di depanku. Ibuku memelukku
dari depan dan menggesekkan liang kenikmatannya pada liang
kenikmatanku. Aku juga diciumnya dan juga lidah kami berdua saling
menjilat. Tiba-tiba handphone milik Ambar berbunyi. Ambar melepaskan
pelukannya dan menerima panggilan dari handphone-nya. Ibuku lalu
membawaku ke tempat tidur sambil tetap memelukku. Ambar pun minta
permisi karena ada urusan mendadak. Aku dan ibuku tidak peduli. Kini
giliran liang kenikmatanku yang digesek oleh puting payudara ibuku. Aku
mendesah dan langsung saja ibuku menindihku sambil memelukku dan
menciumku. Setelah beberapa lama ibuku lalu meregangkan pelukannya dan
kedua payudaranya digesekkan ke payudaraku. Liang kenikmatan kami
berdua pun ikut juga bergesekan. Setelah ibuku puas, ibuku lalu
telentang di sampingku. Aku ingin gantian yang berada di atasnya.
Tetapi kaki ibuku digesek-gesekkan ke liang kenikmatanku dan kaki yang
satunya lagi digesek-gesekkan ke kakiku. Tapi itu tidak lama. Niatku
semula akhirnya terwujud. Aku kemudian menindih ibuku. Lalu mencium
bibirnya dan menjilati lidahnya. Lalu tubuhku agak naik ke atas dan
kedua payudaraku kugesekkan ke kedua payudaranya. Lalu mulutku turun ke
bawah. Kujilati dan kuhisap payudara kanannya dan payudara kirinya
kuremas. Lalu gantian kujilati dan kuhisap payudara kirinya dan
payudara kanannya yang kuremas. Lalu mulutku menghentikan jilatan dan
hisapan sambil tetap meremas. Puting payudaraku kugesekkan ke liang
kemaluan ibuku dan payudaraku yang satunya lagi diremas oleh ibuku.
Selanjutnya mulutku turun ke bawah dan menghisap liang kenikmatan ibuku
sambil jariku masuk ke dalamnya, mengeluarmasukkan dan mengocoknya.
Setelah aku puas, kembali aku menindih ibuku. Kami berdua tertawa
kecil. Tubuhku kemudian dibalik sehingga akupun ditindih oleh ibuku.
Ibuku akan gantian memperlakukanku seperti aku memperlakukan ibuku. Hal
itu tidak terjadi karena terdengar klakson mobil. Aku dan ibuku ingat
bahwa ayahku hari itu akan pulang dari tugasnya di luar kota. Kami
berdua berpakaian kembali dan menjumpai ayahku untuk melepas rindu.
Sejak itu apabila ada kesempatan, ketika ayahku tugas keluar kota.
Setelah Ambar bercumbu denganku, giliran ibuku yang mencumbunya.
Sedangkan aku keluar dari rumah supaya aku tidak ikut bergabung dengan
mereka. Cukup satu kali saja aku bercumbu dengan ibuku.<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a5.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/227488_206719832684255_202163969806508_626189_595479_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-16746815123311564642012-01-17T00:25:00.001-08:002012-01-17T00:25:20.248-08:00sedarahNama Gw Serlina namun teman teman mangil gw erlin, gw mahasiswi
ekonomi Universitas Pajajaran. Semenjak dua tahun yang lalu, saat
diterima kuliah di Universitas Pajajaran, Gw tinggal di Bandung. Gw
berasal dari Sukabumi, ayah gw berasal dari Bandung, sedangkan ibu gw
asli Sukabumi. Mereka tinggal di Sukabumi. Cerita Sex Sedarah ini
menceritakan kisahku yang terjadi saat Gw kelas 1 SMU di waktu Gw masih
tingal di Sukabumi dan cerita dewasa ini masih terus berlanjut
sampai detik ini!gw terus kecanduan ngentot ama adik kandung gw
sendiri.Gw anak yang paling tua dari tiga bersaudara. Gw mempunyai satu
adik laki-laki dan satu adik perempuan. Umurku berbeda 1 tahun dengan
adik lelakiku namu adik perempuanku beda lagi 10 tahun. Kami sangat
dimanja oleh orang tua kami, sehingga tingkahkuyang tomboy dan suka
maksa pun tidak dilarang oleh mereka. Begitupun dengan adikku yang
tidak mau disunat walaupun dia sudah kelas 2 SMP.Waktu kecil, Gw
sering mandi bersama bersama adik gw, tetapi sejak dia masuk Sekolah
Dasar, kami tidak pernah mandi bersama lagi. Walaupun begitu, Gw masih
ingat betapa kecil dan keriputnya penis adik gw. Sejak saat itu, Gw
tidak pernah melihat lagi penis adik gw. Sampai suatu hari, Gw sedang
asyik telpon dengan teman cewekku. Gw telpon berjam-jam, kadang tawa
keluardari mulutku, kadang kami serius bicara tentang sesuatu, sampai
akhirnya Gw rasakan kandung kemihku penuh sekali dan Gw kebelet pengen
pipis. Benar-benar kebelet pipis sudah di ujung lah. Cepat-cepat
kuletakkan gagang telpon tanpa permisi dulu sama temanku. Gw berlari
menuju ke toilet terdekat. Ketika kudorong ternyata sedang
dikunci.hallow..! Siapa di dalam buka dong..! Udah nggak tahan..! Gw
berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi Iyaaaaaaa..! Wait..!
ternyata adikku yang di dalam. Terdengar suaranya dari dalam. Nggak
bisa nunggu..! Cepetan..! kata Gw memaksa. aduhhhhhhhh….. Gw benar-benar
sudah tidak kuat menahan ingin pipis.kreottttttt..! terbuka sedikit
pintu toilet, kepala adikku muncul dari celahnya. Ada apa sih kak?
katanya. Tanpa menjawab pertanyaannya, Gw langsung nyerobot ke dalam
karena sudah tidak tahan. Langsung Gw jongkok, menaikkan rokku dan
membuka celana dalamku. criitttttt keluar air seni dari vagina Gw.
Kulihat adikku yang berdiri di depanku, badannya masih telanjang
bulat.Yeahhhhh..! Sopan dikit napa kak? teriaknya sambil melotot tetap
berdiri di depanku. Waitttt..! Udah nggak kuat nih, kata Gw. Sebenarnya
Gw tidak mau menurunkan pandangan mata Gw ke bawah. Tetapi sialnya,
turun juga dan akhirnya kelihatan deh burungnya si adik gw. hahahahah..
Masih keriput kayak dulu, cuma sekarang agak gede dikit kataku dalam
hati. Gw takut tertangkap basah melihat kontolnya, cepat-cepat kunaikkan
lagi mata Gw melihat ke matanya. Eh, ternyata dia sudah tidak melihat
ke mata Gw lagi. Sialan..! Dia lihat vagina Gwyang lagi mekar sedang
pipis. Cepat-cepat kutekan sekuat tenaga otot di vagina Gw biar cepat
selesai pipisnya. Tidak sengaja, kelihatan lagi burungnyayang masih
belum disunat itu. Sekarang penisnya kok pelan-pelan semakin gemuk.
Makin naik sedikit demi sedikit, tapi masih kelihatan lemas dengan
kulupnya masih menutupi helm penisnya.Sialan nih adikku. Malah
ngeliatin lagi, mana belum habis nih air kencing..! Gw bersungut dalam
hati. o0oooo.. Kayak gitu ya Kak..? katanya sambil tetap melihat ke
vagina Gw. Eh kurang ajar Lu ya dik! langsung saja Gw berdiri mengambil
gayung dan kulemparkan ke kepalanya. Kletokkkk..! kepala adikku memang
kena pukul, tetapi hasilnya air kencingku kemana-mana, mengenai rok
dan celana dalamku.Ya… basah deh rok kakak… katGw melihat ke rok dan
celana dalamku. Syukurin..! Makanya jangan masuk seenaknya..! katanya
sambil mengambil gayung dari tanganku. Mandi lagi ahh..! lanjutnya
sambil menyiduk air dan menyiram badannya. Terus dia mengambil sabun dan
mengusap sabun itu ke badannya. Waduh.., sialan nih adik gw! sungutku
dalam hati. Waktu itu Gw bingung mau gimana nih. Mau keluar, tapi Gw
jijik pake rok dan celana dalam yang basah itu. Akhirnya kuputuskan
untuk buka celana dalam dan rokku, lalu pinjam handuk adikku dulu.
Setelah salin, baru kukembalikan handuknya.Udah.., pake aja handuk Gw
kak! kata adikku. Sepertinya dia mengetahui kebingunganku. Kelihatan
kontolnya mengkerut lagi. Jadi lucu lagi gitu..! Hihihi..! dalam
hatiku. Gw lalu membuka celana dalam gw yang warnanya merah muda, lalu
dilanjutkan dengan membuka rok. Kelihatan lagi deh memek Gw. Gw takut
adikku melihatku dalam keadan seperti itu. Jadi kulihat adik gw. Eh
sialan, dia memang memperhatikan Gwyang tanpa celana.kakak Memek tu
emang gemuk kayak gitu ya..? kakakaka..! katanya sambil nyengir.
Sialan, dia menghina vagina Gw, Daripada culun kayak punya lhoo..! kata
Gw sambil memukul bahu adik gw. Eh tiba-tiba dia berkelit,
wakzzzzzz..! katanya. Karena Gw memukul dengan sekuat tenaga, akhirnya
Gw terpeleset. Punggungku jatuh ke tubuhnya. Kena deh pantatku ke
penisnya. Iiihhh.., rasanya geli banget..! cepat-cepat kutarik tubuhku
sambil bersungut, Huh..! kakak sih..!kak.. kata Kakak tadi culun,
kalau kayak gini culun nggak..? katanya mengacuhkan omonganku sambil
menunjuk ke penisnya. Kulihat penisnya mulai lagi seperti tadi,
pelan-pelan semakin gemuk, makin tegak ke arah depan. Ya.. gitu
doang..! Masih kayak anak SD ya..? kata Gw mengejek dia. Padahal Gw
kaget juga, ukurannya bisa bertambah begitu jauh. Ingin juga sih tahu
sampai dimana bertambahnya. Iseng Gw tanya, Gedein lagi bisa nggak..?
kata Gw sambil mencibir. Bisa..! Tapi kakak harus bantu dikit dong..!
katanya lagi. Megangin ya..? Wisssss.., ya nggak mau lah..! kataku.
Bukan..! kakak taruh ludah aja di atas kontolku..! jawabnya.Karena
penasaran ingin melihat penis cowok kalau lagi penuh, kucoba ikuti
perkataan dia. Gitu doang kan..? Mau kakak ngeludahin Kamu mah. Dari
dulu Kakak pengen ngeludahin Kamu” ujarku Sialan nih adikku, Gw
dikerjain. Kudekatkan kepal Gw ke arah penisnya, lalu Gw mengumpulkan
air ludahku. Tapi belum juga Gw membuang ludahku, kulihat penisnya
sudah bergerak, kelihatan penisnya naik sedikit demi sedikit.
Diameternya makin lama semakin gede, jadi kelihatan semakin gemuk. Dan
panjangnya juga bertambah. keren banget melihatnya. Geli di sekujur
tubuh melihat itu semua. Tidak lama kepala penisnya mulai kelihatan di
antara kulupnya. Perlahan-lahan mendesak ingin keluar. Wahh..! Bukan
main perasaan senangku waktu itu. Gw benar-benar asyik melihat helm
itu perlahan muncul. Akhirnya bebas juga kepala penis itu dari halangan
kulupnya. Penis adikku sudah tegang sekali. Menunjuk ke arahku.
Warnanya kini lebih merah. Gw jadi terangsang melihatnya. Kualihkan
pandangan ke adikku. Hehe… dia ke arahku. Masih culun nggak..? katanya
lagi. Hehe..! Macho kan kak! katanya tetap tersenyum. Tangannya
tiba-tiba turun menuju ke selangkanganku. Walaupun Gw terangsang,
tentu saja Gw tepis tangan itu.Apaan sih dik..! kubuang tangannya ke
kanan. Kak..! Please kakkk.. Pegang aja kak… Nggak akan diapa-apain… Gw
pengen tahu rasanya megang itu-nya cewek. Cuma itu aja kak.. kata adik
gw, kembali tangannya mendekati selangkangan dan mau memegang memek
gw. ehmmmm.. sebenarnya Gw mau jaga image, masa mau sih sama adik
sendiri, tapi Gw juga ingin tahu bagaimana rasanya dipegang oleh cowok
di memek!hihihii… Inget..! Jangan digesek-gesekin, taruh aja tanganmu
di situ..! akhirnya Gw mengiyakan. Deg-degan juga hati ini.Tangan
adik gw lalu mendekat, bulu kemaluanku sudah tersentuh oleh tangannya.
Ihh geli sekali… Gw lihat penisnya sudah keras sekali, kini warnanya
lebih kehitaman dibanding dengan sebelumnya. opppssttttt… Hangatnya
tangan sudah terasa melingkupi vagina Gw. Geli sekali rasanya saat
bibir vagina Gw tersentuh telapak tangannya. Geli-geli nikmat di
syaraf vagina Gw. Gw jadi semakin terangsang sehingga tanpa dapat
ditahan, vagina Gw mengeluarkan cairan. Hihihi.. kakak terangsang ya..?
Enak aja… sama adik mah mana bisa terangsang..! jawabku sambil
merapatkan selangkangan gw agar cairannya tidak semakin keluar. Ini
basah banget apaan Kak..? Itu sisa air kencing Kakak tahuuu..! kata Gw
berbohong padanya. Kak… memek tu anget, empuk dan basah ya..? Tau ah…
Udah belum..? Gw berlagak sepertinya Gw menginginkan situasi itu
berhenti, padahal sebenarnya Gw ingin tangan itu tetap berada di situ,
bahkan kalau bisa mulai bergerak menggesek bibir memek Gw.Kak…
gesek-gesek dikit ya..? pintanya. Tuh kan..? Katanya cuma pegang aja..!
Gw pura-pura tidak mau. Dikit aja Kak… Please..! Terserah adik aja
deh..! Gw mengiyakan dengan nada malas-malasan, padahal mau banget
tuh. Hihihi.. Habis enak sih… Tangan adik gw lalu makin masuk ke dalam,
terasa bibir vagina Gw terbawa juga ke dalam. uhhhhhh..! Hampir saja
kata-kata itu keluar dari mulut gw. Rasanya nikmat sekali. Otot di
dalam vagina Gw mulai terasa berdenyut. Lalu tangannya ditarik lagi,
bibir vagina Gw ikut tertarik lagi. Ouughhhhhhhhh..! akhirnya keluar
juga desahan nafasku menahan rasa nikmat di vagina Gw. Badanku terasa
limbung, bahuku condong ke depan. Karena takut jatuh, Gw bertumpu pada
bahu adik gw.Enak ya kak..? Heeheee.., jawabku sambil memejamkan mata.
Tangan adik gw lalu mulai maju dan mundur, kadang klitoris gw tersentuh
oleh telapak tangannya. Tiap tersentuh rasanya nikmat luar biasa,
badan ini akan tersentak ke depan. kak..! Adek juga pengen ngerasaain
enaknya dong..! Kamu mau diapain..? jawab gw lalu membuka mata dan
melihat ke arahnya. Ya pegang-pegangin juga..! katanya sambil tangan
satunya lalu menuntun tanganku ke arah kontolnya. Kupikir egois juga
jika Gw tidak mengikuti keinginannya. Kubiarkan tangannya menuntun
tangan gw. Terasa hangat penisnya di genggaman tangan ini. Kadang
terasa kedutan di dalamnya. Karena masih ada sabun di penisnya, dengan
mudah Gw bisa memaju-mundurkan tanganku mengocok penisnya.Kulihat
tubuh adikku kadang-kadang tersentak ke depan saat tanganku sampai ke
pangkal penisnya. Kami berhadapan dengan satu tangan saling memegang
kemaluan dan tangan satunya memegang bahu. Tiba-tiba dia berkata,
Kak..! Titit Adek sama memek Kakak digesekin aja yah..! hooh Gw
langsung mengiyakan karena Gw sudah tidak tahan menahan rangsangan di
dalam tubuh. Lalu dia melepas tangannya dari vagina Gw, memajukan
badannya dan memasukkan penisnya di antara selangkangan gw. Terasa
hangatnya batang penisnya di bibir vagina Gw. Lalu dia
memaju-mundurkan pinggulnya untuk menggesekkan penisnya dengan vagina
Gw.ohhhhh..! Gw kini tidak malu-malu lagi mengeluarkan erangan. Dek…
masukin aja..! Kakak udah nggak tahan..! Gw benar-benar sudah tidak
tahan, setelah sekian lama menerima rangsangan. Gw akhirnya menghendaki
sebuah penis masuk ke dalam memek Gw. Iya Kak..! Lalu dia menaikkan
satu paha Gw, dilingkarkan ke pinggangnya, dan tangan satunya
mengarahkan penisnya agar tepat masuk ke itil Gw.Gw terlonjak ketika
sebuah benda hangat masuk ke dalam kemaluanku. Rasanya ingin berteriak
sekuatnya untuk melampiaskan nikmat yang kurasa. Akhirnya Gw hanya
bisa menggigit bibir gw untuk menahan rasa nikmat itu. Karena sudah
dari tadi dirangsang, tidak lama kemudian Gw mengalami orgasme. Vagina
Gw rasanya seperti tersedot-sedot dan seluruh syaraf di dalam tubuh
berkontraksi. ohhhhhh..! Gw tidak kuat untuk tidak berteriak. Kulihat
adik gw masih terus memaju-mundurkan pinggulnya dengan sekuat tenaga.
Tiba-tiba dia mendorong sekuat tenaga hingga badanku terdorong sampai
ke tembok. Ouughhh..! katanya. Pantatnya ditekannya lama sekali ke arah
vagina Gw. Lalu badannya tersentak-sentak melengkung ke depan.
Kurasakan cairan hangat di dalam vagina Gw.Lama kami terdiam dalam
posisi itu, kurasa penisnya masih penuh mengisi vagina Gw. Lalu dia
mencium bibirku dan melumatnya. Kami berpagutan lama sekali, basah
keringat menyiram tubuh ini. Kami saling melumat bibir lama sekali.
Tangannya lalu meremas payudara dan memilin putingnya. Kak..! Kakak
nungging, terus pegang bibir bathtub itu..! tiba-tiba dia berkata.
Wahh..! Gila adik ya..! Udah.., ikutin aja..! katanya lagi. Gw pun
mengikuti petunjuknya. Gw berpegangan pada bathtub dan menurunkan
tubuh bagian atasku, sehingga batang kemaluannya sejajar dengan
pantatku. Gw tahu adikku bisa melihat dengan jelas vagina Gw dari
belakang. Lalu dia mendekatiku dan memasukkan penisnya ke dalam vagina
Gw dari belakang.uhhhhhh..! %@!#$&tt..! Gw menjerit saat penis itu
masuk ke dalam rongga vagina Gw. Rasanya lebih nikmat dibanding
sebelumnya. Rasa nikmat itu lebih kurasakan karena tangan adikku yang
bebas kini meremas-remas payudara Gw. Adikku terus memaju-mundurkan
pantatnya sampai sekitar 10 menit ketika kami hampir bersamaan
mencapai orgasme. Gw rasakan lagi tembakan sperma hangat membasahi
rongga vagina Gw. Kami lalu berciuman lagi untuk waktu yang cukup
lama.Setelah kejadian itu, kami jadi sering melakukannya, terutama di
kamar gw ketika malam hari saat orang tua sudah pergi tidur.
Minggu-minggu awal, kami melakukannya bagaikan pengantin baru, hampir
tiap malam kami bersetubuh. Bahkan dalam semalam, kami bisa melakukan
sampai 4 kali. Biasanya Gw membiarkan pintu kamar gw tidak terkunci,
lalu sekitar jam 2 malam, adik gw akan datang dan menguncinya. Lalu kami
bersetubuh sampai kelelahan. Kini setelah Gw di Bandung, kami masih
selalu melakukannya jika ada kesempatan. Kalau bukan Gw yang ke
Sukabumi, maka dia yang akan datang ke Bandung untuk menyetor jatah
spermanya ke memek Gw. Saat ini Gw mulai berani menelan sperma yang
dikeluarkan oleh adik kandung gw sendiri! Beginilah cerita sex sedarah
yang kami lakukan sampai sekarang! Terus terang gw kecanduan ngentot
ama adik gw!<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a2.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/222706_206720882684150_202163969806508_626200_1649103_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-406510417977594016.post-22444940445334312542012-01-17T00:24:00.001-08:002012-01-17T00:24:45.203-08:00masturbasi pertamasaya bangga dibilang begitu karena mirip peragawati tetapi lama
kelamaan saya menjadi segan.nama saya Vita, Tinggi Pernah bulan
lalu, mungkin karena saking miripnya dengan si Donna, seorang wartawan
Infotainment melihat saya sedang ***** Saya suka sekali masturbasi.
Sejak SMP gairah seks saya tinggi sekali. Tetapi saya bisa meredam
gejolak seks saya. Saya dibesarkan di lingkungan keluarga yang taat
beragama. Pertama kali masturbasi terjadi ketika saya sudah lulus SMP.
Waktu itu saya dan teman-teman (laki dan perempuan) sedang nongkrong
di rumah teman setelah seharian mengurus STTB. Si Harry datang dan
membawa sebuah kaset video porno dan langsung menyetel film itu di
rumah temanku. Kami semua langsung menonton. Saya sendiri baru
pertama kali menonton film porno dan ada perasaan jijik dan
bergairah. Setelah selesai menonton film, kami pun pulang ke rumah.
Karena saya membawa mobil sendiri, saya mengantar Harry dan 3 orang
teman ke halte bis terdekat. Setiba di rumah, saya memarkir mobil di
garasi lalu sebelum keluar dari mobil perhatian saya tertuju pada
kaset video yang tergeletak di jok mobil bagian belakang. Rupanya
kaset itu terjatuh dari tas Harry. Segera saya masukkan video itu ke
tas saya lalu saya langsung masuk kamar. Saat itu sudah jam 21:30,
kedua orang tuaku sudah tidur. Saya bergegas mandi lalu mengganti
baju. Setelah itu dengan deg-degan, saya memutar film porno itu di
kamar saya karena kebetulan saya punya TV dan video player sendiri.
Dengan penuh minat, saya perhatikan adegan-adegan ML, saya perhatikan
bentuk kelamin pria dan wanita. Saya bisa lebih santai melihatnya
dibandingkan tadi sore karena malu apabila terlihat terlalu serius.
Ada satu adegan dimana si wanita sedang rebahan di tempat tidur dalam
keadaan telanjang. Si wanita memainkan jarinya di selangkangan dan
payudaranya sambil mendesah dengan penuh nikmat. Saya menjadi
penasaran untuk mencoba. Saya selipkan tangan kananku ke dalam celana
dalamku lalu meraba vagina. Saya tidak merasakan kenikmatan. Kemudian
saya perhatikan si wanita itu membuka bibir vaginanya. Saya lalu
mencoba membuka bibir vaginaku dengan jari telunjuk dan jari tengah
lalu tangan kiriku mulai mengusap vaginaku. Sontak tubuhku langsung
seperti disetrum. Saya merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa.
Saya mencoba memainkan klitoris. Saya elus, putar dan pilin. Oh
nikmatnya! Nafas saya mulai mendesah-desah kenikmatan seperti si
wanita itu. Akhirnya saya langsung membuka semua bajuku dan tidur
telanjang bulat di tempat tidur. Kembali tangan kananku memainkan
klitoris sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaraku yang saat
itu berukuran 34A. Rasanya seperti mengawang di surga. Nikmatnya tiada
tara. Saya mulai mempercepat gerakan jariku di klitoris, semakin
cepat hingga akhirnya tubuhku seperti kembali disengat listrik.
Tubuhku mengejang. Ada rasa lega yang tidak bisa saya lukiskan.
Vagina dan selangkanganku basah dengan cairan. Saya merasakan si
wanita di film itu juga merasakan hal yang sama dengan saya. Si
wanita itu menjilat jarinya yang basah oleh cairan dari vaginanya.
Saya mencoba menjilat jariku, rasanya sedikit asin. Setelah
masturbasi pertama itu, saya tertidur dengan nyenyak. Sekitar jam 3
pagi, saya terbangun dan kembali hasrat seks saya bangkit kembali dan
saya kembali bermasturbasi. Semenjak itu, saya senang sekali
bermasturbasi hingga saya pertama kali ML seperti yang sudah
diceritakan dalam “Arthur: Vita & Seks Pertama”. Umumnya saya
masturbasi hanya dengan tangan. Saya mencoba memakai ketimun tetapi
kurang bisa saya nikmati karena terasa aneh di vaginaku. Pada waktu
saya kelas 1 SMA di tahun 1990, ada sebuah long weekend karena ada
hari libur nasional yang jatuh pada hari Sabtu. Orang tua saya
meminta saya untuk menemani mereka ke Singapore untuk check up.
Akhirnya berangkatlah kita bertiga ke Singapore. Kami menginap di
hotel Mandarin dan orang tua saya check up di Rumah Sakit Mount
Elizabeth. Orang tua saya perlu melakukan beberapa tes kesehatan yang
bisa memakan waktu beberapa jam. Daripada bosan menunggu di rumah
sakit, saya minta ijin untuk Jalan-jalan ke Orchard Road dan nanti
janjian ketemu di hotel. Di sepanjang Orchard Road, saya keluar masuk
toko-toko hingga saya menjumpai sebuah toko kecil yang menjual
peralatan-peralatan untuk seks. Saya baru pertama kali melihat toko
itu dan dengan terheran-heran saya masuk ke dalam. Berbagai macam
kondom dijual dan dipajang di rak-rak. Buku-buku seputar seks bahkan
dildo juga dijual. Dildo adalah penis tiruan terbuat dari karet yang
dipakai wanita untuk masturbasi. Bentuknya bermacam-macam. Ada dildo
yang dibuat mirip sekali dengan penis, ada dildo yang dibuat
berbentuk tabung oval stainless steel, bahkan ada juga dildo yang
dibuat bercabang sehingga si wanita bisa memasukkannya ke dalam
vagina dan anusnya secara bersamaan. Awalnya saya mau nekat membeli
dildo yang bercabang tetapi saya urungkan niat itu dan saya pilih
dildo yang mirip penis asli. Saya berjalan menuju kasir. Di sebelah
saya ada seorang pria tinggi dan tegap dengan potongan rambut cepak.
Ia berkata kepadaku.. “Jangan lupa beli jel pelumas karena nanti bisa
lecet” seraya menunjuk ke botol yang dipajang dirak. Sambil tersenyum
malu, saya menghampiri rak botol jel pelumas dan mengambil satu.
“Saya Vita” “Banyak orang Indonesia disini, saya bisa membedakannya.
Nama saya Richard Chen” “Iya, kok tau?” saya membalas dengan bahasa
inggris.“Kamu orang Indonesia ya?” kata pria itu dalam bahasa inggris.
Richard membayar ke kasir satu kotak kondom lalu saya kemudian
membayar dildo dan botol jel. Selesai membayar, Richard memberikan
kartu namanya padaku dan berkata. “Nanti saya pikirkan” kata saya
sambil menerima kartu namanya. Setelah itu kami berpisah.“Kalau anda
perlu bantuan dalam memakai barang itu, saya bersedia membantu”
Dengan tergesa-gesa saya berjalan kembali ke Hotel Mandarin. Setiba
di kamar (saya tidur di kamar sendiri), saya langsung membuka bungkusan
dildo dan botol jel. Kemudian saya membuka seluruh bajuku dan
telanjang bulat di tempat tidur membaca petunjuk pemakaian yang
tertera di kotak dildo. Saya memperhatikan dengan seksama dildo itu.
Memang sangat mirip dengan penis asli. Bentuknya cukup besar sekitar
30 cm, diameter 4cm dan berwarna coklat muda. Saya berpikir apakah
ini muat dalam vagina saya? Mari kita coba! Saya merebahkan diri di
tempat tidur lalu membuka lebar kakiku kemudian dildo saya arahkan ke
vaginaku. Tak lupa saya oleskan jel pelumas di seluruh dildo kemudian
saya mulai masukkan dengan perlahan ke vagina. Awalnya agak seret
tetapi dengan sabar saya masukkan hingga mentok diujung vagina.
Setelah itu saya mulai tarik lagi keluar. Saya menikmati setiap senti
dari dildo yang masuk dalam vaginaku. Mataku terpejam menikmati
sensasi ini. Setelah dildonya keluar semua, kembali saya masukkan dan
kali ini lebih cepat. Akhirnya vagina saya sudah terbiasa dengan
dildo itu sehingga saya bisa mengocok dildo dengan cepat. Nafas saya
memburu dengan cepat. Keringat saya mengucur disekujur tubuhku.
Payudara kuremas-remas sembari mengocok dildo di vagina. Ada sekitar
lima menit saya memainkan dildo itu dalam vaginaku hingga saya
orgasme pertama. Setelah itu saya membalikkan badan dalam posisi
menungging dan memasukkan dildo dari arah belakang. Saya melihat
bayangan tubuhku di cermin yang digantung di atas meja. Saya merasa
seksi sekali. Mulutku terbuka lebar dan mataku setengah terpejam
menikmati dildo yang dimasukkan ke vaginaku dari arah belakang. Saya
merapatkan kedua belah kakiku hingga dildo itu rasanya bisa saya tekan
dengan kuat dengan otot selangkanganku. Payudaraku yang
bergelantungan tampak bergoyang-goyang mengikuti irama gerakanku.
Beberapa menit kemudian, kembali saya orgasme. Saya langsung roboh ke
kasur. Tubuhku basah oleh keringat. Cairan vaginaku membasahi sedikit
sprei tempat tidur. Saya beristirahat sejenak sementara dildo itu
masih di dalam vaginaku. Saya lalu mendapat ide baru. Saya
mengeluarkan dildo itu dari vagina lalu saya mengambil kursi. Kursi itu
mempunyai sandaran yang dibuat dari beberapa kayu yang tegak lurus
dan ada jarak dari antara satu kayu ke kayu lain. Saya selipkan dildo
itu di antara kayu itu. Karena ukuran dildo yang besar, maka dildo
itu bisa diselipkan dan tidak bergoyang sama sekali. Dildo itu
mengacung membelakangi kursi. Saya lalu menggeser kursi itu ke arah
meja rias. Lalu saya menungging bertopang pada meja rias sedangkan
vagina kuarahkan pada dildo. Saya melihat posisiku yang cukup lucu
karena saya berada dalam posisi doggy style dan dildo itu ditopang
dalam sandaran kursi. Lalu mulai kembali saya perlahan memaju mundurkan
pantatku. Dildo bisa masuk dengan baik dan kursinya sendiri tidak
bisa bergeser kemana-mana karena tertahan oleh tempat tidur. Saya
mulai mempercepat irama gerakanku. Gairah seksku seperti tiada
hentinya bergelora dalam diriku. Sepertinya dildo ini bisa memahami
keinginan seksku yang tinggi. Berkali-kali saya hunjamkan dildo itu ke
dalam vaginaku. Vaginaku terasa berdenyut-denyut menerima sensasi
seks yang diterima dari dildo itu. Nafasku tersengal-sengal. Rambutku
berantakan dan keringat kembali bercucuran di dadaku. Saya meremas
kedua belah payudaraku dengan gemas sembari terus memacu vaginaku
dalam dildo itu. Saya ingat waktu itu dalam tempo waktu 15 menit
bersetubuh dengan dildo dalam posisi tersebut, saya orgasme kurang
lebih 6 kali. Akhirnya saya berhenti karena kecapaian. Saya melepaskan
dildo itu dari vaginaku dan mencopotnya dari sandaran kursi. Saya
membaringkan tubuhku yang lunglai di tempat tidur lalu tertidur
selama 1 jam. Begitu terbangun, saya langsung buru-buru membereskan
kamarku dan membuang bungkusan dildo dan jel pelumas. Dildo itu
sendiri saya cuci lalu saya bungkus didalam kaos beserta botol jel
pelumas supaya tidak ketahuan ibuku. Saya melihat kartu nama si
Richard di tasku. Sempat terlintas ide untuk menelepon dia dan siapa
tahu bisa diajak bersetubuh. Tetapi saya urungkan niat itu karena
beresiko tinggi ketahuan orang tua. Lagipula saat ini saya sedang
senang bermain-main dengan dildo baruku. Hingga sekarang, saya sudah
memiliki tiga buah dildo. Yang pertama adalah dildo pertama yang saya
beli di Singapore, kemudian dildo yang model bercabang dan ketiga
dildo yang bisa bergetar sendiri memakai baterai. Kedua dildo itu
saya beli di Amerika. Tamat<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a4.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/227857_206722522683986_202163969806508_626217_1464420_n.jpg" /></span>kenikmatanhttp://www.blogger.com/profile/14574743242681619816noreply@blogger.com0