Di tempat aku tinggal ada pembantu baru, lelaki, orangnya sepantaran
aku, tinggi besar, lumayan ganteng, malah terlalu ganteng untuk jadi
pembantu, harusnya jadi cover boy. Namanya Budi. Aku tertarik padanya
karena dia type cowok idaman buatku. Aku kerap kali membayangkan gimana
kalo aku dientot olehnya, memekku dienjot kontolnya yang dari luar
celananya kelihatan menggembung, pertanda kontolnya besar.
Satu
hari, aku tidak kerja sehingga dirumah seharian. Aku cuma pake daster
yang mini tanpa bra, sehingga toketku bergerak2 kalo aku jalan. Kalo
papasan dengan dia, kulihat matanya lekat menatap toketku yang
bergerak2 itu, aku sih gak perduli. Siang itu gak ada siapa2 di tempat
tinggalku. Aku duduk di meja makan membaca koran setelah menyantap makan
siangku. Dia sedang ngepel di ruang makan. Aku sengaja mengangkangkan
pahaku, sehingga dasterku yang mini itu makin tersingkap ke atas dan
pastinya cd ku akan bisa dilihat dengan jelas oleh dia yang sedang
ngepel itu. Aku tau bahwa dia pasti sedang melotot melihat paha dan cdku
walaupun aku tidak melihatnya karena terhalang meja makan, karena dia
tidak selesai2 ngepel lantai di sekitar meja makan itu. Aku kaget juga
karena ternyata dia berani banget. Aku merasa ada rabaan di pahaku.
Paha makin kukangkangkan karena aku tau pasti dia sedang ngelus2
pahaku. Aku jadi menggeliat2 karena rabaannya pada paha bagian dalam,
“Aah”, erangku, karena napsuku mulai naik. “Kenapa Nes, napsu ya”,
katanya. Dia memang memanggil semua yang sepantaran dia di tumah itu
dengan namanya. “Tanganmu nakal sih”, kataku terengah. “Abis kamu
nantang duluan sih. Udah tau aku lagi ngepel pake ngangkangin paha
segala”, jawabnya dengan tetap ngelus2 pahaku, elusannya makin lama
makin naik ke atas. Kini tangannya mulai meraba dan meremes memekku
dari luar cdku, Aku semakin terangsang karena ulahnya, “Aah Bud, ines
jadi napsu nih”, erangku. “Iya Nes, cd kamu udah basah begini. Kamu
ternyata napsunya besar ya, mau ngentot gak dengan aku”, katanya terus
terang. Aku terdiam mendengar ajakannya yang to the point itu. Aku
yakin kontolnya pasti udah ngaceng berat. Terasa jarinya menyusup
kedalam cdku lewat samping. Memang aku pake cd yang minim sekali
sehingga dia mudah mengakses memekku dari samping cdku. Terasa sekali
jarinya mengorek2 memekku mencari itilku, setelah ketemu langsung saja
dikilik2nya. “Bud…”, erangku. Memekku menjadi makin basah. Aku duduknya
menjadi setengah melorot sehingga dasterku makin terangkat keatas,
membebaskan selangkanganku. Dia makin nakal ulahnya, pahaku makin
dikangkangkannya dan terasa hembusan napasnya yang hangat di pahaku.
Dia mulai menjilati pahaku, dari bawah bergerak perlahan keatas sambil
digigit2nya pelan. Aku menggigil menahan geli saat lidahnya menyelisuri
pahaku. “Bud, kamu pinter banget ngerangsang Ines, udah biasa
ngerangsang cewek ya”, kataku terengah. CD ku yang minim itu dengan
mudah disingkirkan disingkirkan kesamping dan tak lama kemudian terasa
lidahnya menghunjam ke memekku yang sudah sangat basah. Aku hanya
pasrah saja atas perlakuannya, aku hanya bisa mengerang karena
rangsangan pada memekku itu. Lidahnya menyusup ke dalam memekku dan
mulai bergerak keatas. Aku makin mengejang ketika dia mulai menjilati
itilku. “Aah Bud, Ines sudah pengen dientot”, aku mengerang saking
napsunya. Dia menghentikan aksinya, berdiri dan menarikku berdiri juga.
Karena rumah sedang sepi, dia langsung memelukku dan mencium bibirku
dengan napsunya. Lidahnya menerobos bibirku dan mencari lidahku, segera
aku bereaksi yang sama sehingga lidah kami saling membelit didalam
mulutku. Pelukannya makin erat, Terasa ada sesuatu yang mengganjal
diperutku, kontolnya rupanya sudah ngaceng berat seperti dugaanku.
Tangannya mulai bergerak kebawah, meremas pantatku dari luar dasterku,
sedang tangan satunya masih ketat mendekapku. Aku menggelinjang karena
remasan dipantatku dan tekanan kontolnya yang ngaceng itu makin terasa
diperutku. “Aah”, lenguhku sementara bibirku masih terus dikulumnya
dengan penuh napsu juga. Lidahnya kemudian dikeluarkan dari mulutku,
bibirku dijilati kemudian turun ke daguku. Tangannya bergeser dari
pantatku ke arah memekku, “Aah”, kembali aku mengerang ketika jarinya
mulai mengilik memekku dari luar cdku. Lidahnya mengarah ke leherku,
dijilatinya sehingga aku menggeliat2 kegelian. Sementara itu jarinya
sudah menyusup kembali ke dalam cdku lewat samping dan mulai mengelus2
memekku yang sudah sangat basah itu dan kemudian menjadikan itilku
sasaran berikutnya.Digerakkannya jarinya memutar menggesek itilku. Aku
menjadi lemes dan bersender dipelukannya. “Nes kekamarmu aja yuk”,
katanya sambil menyeret tubuhku yang lemes itu kekamarku.
Di
kamar aku didorongnya dengan keras sehingga terbaring diranjang,
sementara dia mengunci pintunya. Korden jendela ditutupnya sehingga
ruangan menjadi agak gelap. Dia segera menghampiriku, cdku ditariknya
sehingga lepas dan dia mulai menggarap memekku lagi. “Nes, jembut kamu
lebat sekali, gak heran napsu kamu gede banget. Dikilik sebentar aja
udah basah begini”, katanya sambil mengangkangkan pahaku lagi. Jembutku
disingkirkannya dan langsung saja mulutnya menyosor memekku lagi. Bibir
memekku diemutnya, lidahnya menyyusup masuk melalui bibir memekku.
Tanpa sadar aku meremes2 rambutnya. Lidahnya mulai menjilati itilku,
perutku mengejang karena menahan kenikmatan rangsangannya. “Aah terus
Bud, enak”, teriakku. Kepalanya kutekan sehingga menempel erat di
memekku. Lidahnya makin seru saja mengilik memek dan itilku. Cairan
memekku diisepnya, itu membuatku makin melayang2. Ketika aku udah
hampir nyampe, dia menghentikan aksinya, “Kenapa brenti”, protesku.
“ines sudah ampir nyampe”. Dia membuka baju dan celannya, sekaligus
dengan cdnya, benar dugaanku. Ternyata kontolnya besar dan panjang,
berdiri tegak karena sudah ngaceng berat. Aku ditariknya bangun
kemudian disuruh menelungkup dipinggir ranjang, saat itu aku masih
memakai daster miniku. Dia memposisikan dirinya dibelakangku,
punggungku didorong sedikit sehingga aku menjadi lebih nungging. Pahaku
digesernya agar lebih membuka.
Aku menggelinjang ketika merasa
ada menggesek2 memekku. Memekku yang sudah sangat licin itu membantu
masuknya kontol besarnya dengan lebih mudah. Kepala kontolnya sudah
terjepit di memekku. Terasa sekali kontolnya sesek mengganjal di
selangkanganku. “Aah, gede banget kontolmu”, erangku. Dia diam saja,
malah terus mendorong kontolnya masuk pelan2. Aku menggeletar ketika
kontolnya masuk makin dalam. Nikmat banget rasanya kemasukan kontolnya
yang besar itu. Pelan2 dia menarik kontolnya keluar dan didorongnya
lagi dengan pelan juga, gerakan keluar masuk kontolnya makin cepat
sehingga akhirnya dengan satu hentakan kontolnya nancep semua di
memekku. “Aah, enak banget Bud kontolmu”, jeritku. “memekmu juga peret
banget deh Nes. baru sekali aku ngerasain memek seperet memekmu”,
katanya sambil mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku. “Huh”,
dengusku ketika terasa kontolnya nancep semua di memekku, Terasa biji
pelernya menempel ketat di pantatku. Memekku terasa berdenyut meremes2
kontolnya yang nancep dalem sekali karena panjangnya. Tangannya yang
tadinya memegang pinggulku mulai menyusup kedalam dasterku dan meremes
toketku dengan gemesnya. Aku menjadi menggelinjang karenanya, sementara
itu enjotan keluar masuk kontolnya makin dipercepat. Tubuhku makin
bergetar merasakan gesekan kontolnya di memekku. “Enak Bud, enjotin
yang keras, aah, nikmatnya. Ines mau deh kamu entot tiap hari”, erangku
gak karuan. Keluar masuknya kontolnya di memekku makin lancar karena
cairan memekku makin banyak, seakan menjadi pelumas kontolnya. Dia
menelungkup dibadanku dan mencium kudukku. Aku menjadi menggelinjang
kegelian. Pinter banget dia merangsang dan memberi aku nikmat yang luar
biasa. Toketku dilepaskannya dan tangannya menarik wajahku agar
menengok ke belakang, kemudian bibirku segera diciumnya dengan
napsunya. Lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit
lidahku. Tangannya kembali menyusup kedalam dasterku dan meneruskan
tugasnya meremes2 toketku. Sementara itu, kontolnya tetep dienjotkan
keluar masuk dengan cepat dan keras. Jembutnya yang kasar dan lebat itu
berkali2 menggesek pantatku ketika kontolnya nancep semuanya di
memekku. Aku menjadi mengerang keenakan berkali2, ini menambah
semangatnya untuk makin mgencar mengenjot memekku. Pantatku mulai
bergerak mengikuti irama enjotan kontolnya. Pantatku makin cepat
bergerak maju mundur menyambut enjotan kontolnya sehingga rasanya
kontolnya nancep lebih dalem lagi di memekku. “Terus Bud, enjot yang
keras, aah nikmat banget deh dientot kamu”, erangku. Dia makin seru
saja mengenjot memekku dengan kontolnya. Aku tersentak. Perutku terasa
kejang menahan kenikmatan yang luar biasa. Bibirku kembali dilumatnya,
aku membalas melumat bibirnya juga, sementara gesekan kontolnya pada
memekku tetep saja terjadi. Akhirnya aku tidak dapat menahan rangsangan
lebih lama, memekku mengejang dan “Bud, Ines nyampe aah”, teriakku.
Memekku berdenyut hebat mencengkeram kontolnya sehingga akhirnya,
kontolnya mengedut mengecretkan pejunya sampe 5 semburan. Terasa banget
pejunya yang anget menyembur menyirami memekku. Kontolnya terus
dienjotkan keluar masuk seiring ngecretnya pejunya. Akhirnya aku ambruk
keranjang dan dia menindihku. Napasku memburu, demikian juga napasnya.
Kontolnya terlepas dari jepitan memekku sehingga terasa pejunya ikut
keluar mengalir di pahaku. Dia segera telentang diranjangku supaya
tidak menindih aku. “Nes, nikmat banget deh memek kamu, peret dan
empotannya kerasa banget”, katanya. “Kamu sudah sering ngentot ya Bud,
ahli banget bikin Ines nikmat. Kamu ngentot ama siapa aja”, tanyaku.
“Kalo enggak anak majikan ya istri majikan”, jawabnya sambil cengar
cengir. “Wah nikmat banget kamu, ada yang muasin kamu sembari kerja”,
jawabku sambil menelentangkan badanku disebelahnya.
Dia bangun
dan masuk kamar mandi, memang kamarku ada kamar mandi didalemnya.
Terdengar grujuan air, dia rupanya sedang membersihkan dirinya,
sementara aku masih saja telentang di ranjang menikmati sisa2
kenikmatan yang baru saja aku rasakan. Dia keluar dari kamar mandi,
dasterku yang sudah basah karena keringat dilepasnya sehingga aku
terkapar telanjang bulat. “kamu napsuin deh Nes, toket kamu gede dan
kenceng, mana pentilnya gede lagi. sering diemut ya Nes, kamu nentotnya
sama siapa sih”, tanyanya. Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya.
“Aku paling suka liat jembut kamu, lebat banget sih. Aku paling napsu
ngeliat cewek kayak kamu ini, toketnya gede kenceng dan jembutnya lebat,
nikmat banget dientotnya,” katanya lagi. Dia berbaring disebelahku dan
memelukku, “Nes aku pengen lagi deh”, katanya. Aku kaget juga
dengernya, baru aja ngecret udah napsu lagi, tapi aku suka cowok kaya
begini, udah kontolnya gede dan panjang, kuat lagi ngentotnya. Dia
mulai menciumi leherku dan lidahnya menjilati leherku. Aku
menggelinjang dan mulai terangsang juga. Bibirku segera diciumnya,
lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku.
Sementara itu tangannya mulai meremes2 toketku dengan gemes. Dia
melepaskan bibirku tetapi lidahnya terus saja menjilati bibirku,
daguku, leherku dan akhirnya toketku. Pentilku yang sudah mengeras
dijilatinya kemudian diemutnya dengan rakus. Aku menggeliat2 karena
napsuku makin memuncak juga. “Aash, kamu napsu banget sih Bud, tapi
Ines suka banget”, erangku. Toketku yang sebelah lagi diremes2nya
dengan gemes. Jari2nya menggeser kebawah, keperutlu, Puserku
dikorek2nya sehingga aku makin menggelinjang kegelian. Akhirnya
jembutku dielus2nya, tidak lama karena kemudian jarinya menyusup
melalui jembutku mengilik2 memekku. Pahaku otomatis kukangkangkan untuk
mempermudah dia mengilik memekku. “Aah”, aku melenguh saking
nikmatnya. Dia membalik posisinya sehingga kepalanya ada di memekku,
otomatis kontolnya yang sudah ngaceng ada didekat mukaku. Sementara dia
mengilik memek dan itilku dengan lidahnya, kontolnya kuremes dan
kukocok2, keras banget kontolnya. Kepalanya mulai kujilati dan kuemut
pelan, lidahnya makin terasa menekan2 itilku sehingga pantatku
terangkat dengan sendirinya.
Enggak lama aku mengemut kontolnya
sebab dia segera membalikkan badannya dan menelungkup diatasku,
kontolnya ditancapkannya di memekku dan mulai ditekennya masuk kedalam.
Setelah nancep semua, mulai dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk
dengan cepat da keras. Bibirku kembali dilumatnya dengan penuh napsu,
sementara itu terasa banget kontolnya mengisi seluruh ruang memekku
sampe terasa sesek. Nikmat banget ngentot sama dia. Aku menggeliat2kan
pantatku mengiringi enjotan kontolnya itu. Cukup lama dia mengenjotkan
kontolnya keluar masuk, tiba2 dia berhenti dan mencabut kontolnya dari
memekku. Dia turun dari ranjang dan duduk di kursi, aku dimintanya
untuk duduk dipangkuannya mengangkang diantara kedua kakinya. Dia
memelukku dengan erat. Aku sedikit berdiri supaya dia bisa mengarahkan
kontolnya yang masih ngaceng itu masuk ke memekku. Aku menurunkan
badanku sehingga sedikit2 kontolnya mulai ambles lagi di memekku. Aku
menggeliat merasakan nikmatnya kontolnya mendesak masuk memekku sampe
nancep semuanya. Jembutnya menggesek jembutku dan biji pelernya terasa
menyenggol2 pantatku. Aku muali menaik turunkan badanku mengocok
kontolnya dengan memekku. Dia mengemut pentilku sementara aku aktif
bergerak naik turun. Nikmat banget, kayanya lebih nikmat dari tadi.
“Aah Bud, enak banget deh, lebih nikmat dari yang tadi”, erangku sambil
terus menurun naikkan badanku mengocok kontolnya yang terjepit erat di
memekku. Memekku mulai berdenyut lagi meremes2 kontolnya, gerakanku
makin liar, aku berusaha menancepkan kontolnya sedalam2nya di memekku
sambil mengerang2. Tangannya memegang pinggulku dan membantu agar aku
terus mengocok kontolnya dengan memekku. Aku memeluk lehernya supaya isa
tetep mengenjot kontolnya, denyutan memekku makin terasa kuat, dia
juga melenguh saking nikmatnya’ “Nes, empotan memekmu kerasa banget
deh, mau deh aku ngentot ama kamu tiap hari”. Akhirnya aku gak bisa
menahan rangsangan lebih lama dan “Bud, Ines nyampe, aah”, teriakku dan
kemudian aku terduduk lemas dipangkuannya.
Hebatnya dia belum
ngecret juga, kayanya ronde kedua membuat dia bisa ngentot lebih lama.
“Cape Nes”, tanyanya tersenyum sambil terus memelukku. “He eh”, jawabku
singkat. Pelan dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga aku
berdiri, kontolnya lepas dari jepitan memekku. Kontolnya masih keras
dan berlumuran cairan memekku. Kembali aku dimintanya nungging
dipinggir ranjang, doyan banget dia dengan doggie style. aku sih oke
aja dengan gaya apa saja karena semua gaya juga nikmat buat aku. Dia
menjilati kudukku sehingga aku menggelinjang kegelian, perlahan
jilatannya turun ke punggung. Terus turun ke pinggang dan akhirnya
sampe dipinggulku. Otot perutku terasa tertarik karena rangsangan
jilatan itu. Mulutnya terus menjilati, yang menjadi sasaran sekarang
adalah pantatku, diciuminya dan digigitnya pelan. Apalagi saat lidahnya
mulai menyapu daerah sekitar lubang pantatku. Geli rasanya. Jilatannya
turun terus kearah memekku, kakiku dikangkangkannya supaya dia bisa
menjilati memekku dari belakang, Aku lebih menelungkup sehingga
pantatku makin menungging dan memekku terlihat jelas dari belakang. Dia
menjilati memekku, sehingga kembali aku berteriak2 minta segera
dientot, “Bud, nakal deh kamu, ayo dong Ines cepetan dientotnya”. Dia
berdiri dan memposisikan kontolnya dibibir memekku dan dienjotkannya
kedalam dengan keras sehingga nancep semua dengan sekali enjotan. Dia
mulai mengenjot memekku dengan kontolnya, makin lama makin cepat. Aku
kembali menggeliat2kan pantatku mengimbangi enjotan kontolnya
dimemekku. Jika dia mengejotkan kontolnya masuk aku mendorong pantatku
kebelakang sehingga menyambut kontolnya supaya nancep sedalam2nya di
memekku. Toketku berguncang2 ketika dia mengenjot memekku. Dia merems2
toketku dan memlintir2 pentilnya sambil terus mengenjotkan kontolnya
keluar masuk. “Terus Bud, nikmat banget deh”, erangku lagi. Enjotan
berjalan terus, sementara itu aku mengganti gerakan pantatku dengan
memutar sehingga efeknya seperti meremes kontolnya. Dengan gerakan
memutar, itilku tergesek kontolnya setiap kali dia mengenjotkan
kontolnya masuk. Denyutan memekku makin terasa keras, diapun melenguh,
“Nes, nikmat banget empotan memek kamu”. Akhirnya kembali aku kalah,
aku nyampe lagi dengan lenguhan panjang, “Aah nikmatnya, Ines
nyampeee”.Otot perutku mengejang dan aku ambruk ke ranjang karena
lemesnya.
Aku ditelentangkan di ranjang dan segera dia menaiki
tubuhku yang sudah terkapar karena lemesnya. Pahaku dikangkangkannya
dan segera dia menancapkan kembali kontolnya di memekku. Kontolnya
dengan mudah meluncur kedalam sehingga nancep semuanya karena memekku
masih licin karena cairan yang berhamburan ketika aku nyampe. Dia mulai
mengenjotkan lagi kontolnya keluar masuk. Hebat sekali staminanya,
kayanya gak ada matinya ni orang. Aku hanya bisa terkapar menikmati
sisa kenikmatan dan rangsangan baru dari enjotan kontolnya. Dia terus
mengejotkan kontolnya dengan cepat dan keras. Dia kembali menciumi
bibirku, lherku dan dengan agak membungkukkan badan dia mengemut
pentilku. Sementara itu enjotan kontolnya tetap berlangsung dengan
cepat dan keras. Aku agak sulit bergerak karena dia agak menindih
badanku, keringatku sudah bercampur aduk dengan keringatnya. Enggak tau
sudah berapa lama dia mengentoti ku sejak pertama tadi. Dia
menyusupkan kedua tangannya kepunggungku dan menciumku lagi. Kontolnya
terus saja dienjotkan keluar masuk. Pertutku mengejang lagi, aku heran
juga kok aku cepet banget mau nyampe lagio dientot dia. Aku mulai
menggeliatkan pantatku, kuputar2 mengimbangi enjotan kontolnya. Memekku
makin mengedut mencengkeram kontolnya, pantatku terkadang terangkat
menyambut enjotannya yang keras, sampe akhirnya, “terus Bud, yang
cepet, Ines udah mau nyampe lagi”, teriakku. Dia dengan gencarnya
mengenjotkan kontolnya keluar masuk dan, “Aah Ines nyampe lagi”, aku
berteriak keenakan. Berbarengan dengan itu terasa sekali semburan
pejunya yang kuat di memekku. Diapun ngecret dan ambruk diatas badanku.
Kami sama2 terkulai lemes, lebih2 aku karena aku udah nyampe 3 kali
sebelum dia akhirnya ngecret dimemekku. “Bud, kamu kuat banget deh
ngentotnya, mana lama lagi. Nikmat banget ngentot ama kamu. Kapan kamu
ngentotin Ines lagi”, kataku. Dia tersenyum mendengar sanjunganku.
“Kalo ada kesempatan ya aku sih mau aja ngentotin kamu. memek kamu yang
paling nikmat dari semua cewek yang pernah aku entot”, jawabnya
memuji. Dia kemudian meninggalkanku terkapar telanjang karena nikmat.
Malemnya,
aku sudah tertidur, terdengar garukan di pintu kamarku. Aku terbangun,
“Siapa” kataku lirih. “Aku Nes”, terdengar suara Budi, rupanya dia
belum puas ngentotin aku tadi siang, minta nambah lagi malem ini. Gak
ada matinya rupanya dia. Aku bangun dan membukakan pintu. Segera dia
masuk dan memeluk tubuhku yang hanya terbalut cd minim. “Nes, aku
pengen ngerasain empotan memek kamu lagi ya, boleh kan”, katanya. Aku
kalo tidur hanya pake cd saja karena gerah hawanya dikamar. Dia lalu
berbaring telentang di ranjang, lalu aku mulaijongkok di atasnya dan
menciumi nya, tangannya mengusap-usap punggungku. Bibirnya kukulum,
”Hmmmhh… hmmhhh…” dia mendesah-desah. Setelah puas melumat bibir dan
lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya.
Kaosnya kusingkapkan dari bawah lalu kuciumi dadanya. “Hmmmhhh… aduh
Nes enak ..” rintihnya. Dia terus mendesah sementara aku mulai menciumi
perutnya, lalu pusarnya, sesekali dia berteriak kecil kegelian.
Akhirnya risleting celana pendeknya kubuka, kusingkapkan cdnya,
kontolnya yang sudah ngaceng berat kupegang dan kukocok2, “Ahhhhh…
Hhhh…. Hmmhmh… Ohhh Nes…” dia cuman bisa mendesah doang. Kontolnya
langsung kukenyot-kenyot, sementara dia meemas-remas rambutku saking
enaknya, “Ehmm… Ehmm…” Mungkin sekitar 5 menitan aku ngemut kontolnya,
kemudian aku bilang, “Bud… sekarang giliran kamu yach?” Dia cuma
tersenyum, lalu bangkit sembari memelorotkan celana pendek dan celana
dalamnya, sedangkan aku sekarang yang ganti tiduran. Dia mulai nyiumin
bibirku, aku mencoba ngelepasin kaosnya, lalu dia langsung melepasnya
dan meletakkan di sebelahnya. Dia pun mulai menciumi leherku sementara
tangannya meraba-raba toketku dan diremasnya. “Hmhmhhm… Hmhmhmh…” ganti
aku yang mendesah keenakan. Apalagi ketika dia menjilati pentilku yang
tebal dan berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilku
bergantian, dia mulai menjilati perutku dan ingin memelorotkan CDku.
Aku mengangkat pantatku, lalu dia memelorotkan CDku. Dia langsung
menciumi memekku dengan penuh napsu, otomatis pahaku mengangkang supaya
dia bisa mudah menjilati memek dan itilku. “Ahh.. Ahhhh…” aku
mengerang dan mendesah keras keenakan. Sesekali kudengar “slurrp…
slurrp…” dia menyedot memekku yang sudah mulai basah itu. ”Ahhhh… Bud…
Enak …” desahan ku semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan
tidak peduli kalau terdengar orang di luar. Napsuku sudah sampe ubun2,
dia kutarik untuk segera menancapkan kontol besarnya di memekku yang
sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake kontol.
Pelan-pelan
dia memasukkan kontolnya ke dalam memekku. dengan satu enjotan keras
dia menancapkan seluruh kontolnya dalam memekku. “Uh… uhhh….
Ahhhhhhh…nikmat banget Bud” desahku ketika dia mulai asyik
menggesek-gesekkan kontolnya dalam memekku. Aku menggoyang pinggulku
seirama dengan keluar masuknya kontolnya di memekku. Dia mempercepat
gerakannya. Gak lama dienjot aku sudah merasa mau nyampe, “Ah…Bud…Aku
sepertinya mau… ahhh…” dia malah mempergencar enjotan kontolnya
dimemekku, “Bareng nyampenya ya Nes, aku juga dah mau ngecret”, katanya
terengah. Enjotan kontolnya makin cepat saja, sampe akhirnya, “Bud,
Ines nyampe aah”, badanku mengejang karena nikmatnya, terasa memekknu
berdenyut2 meremas kontolnya sehingga diapun menyodokkan kontolnya
dengan keras, “Nes, aku ngecret aah”, terasa semburan pejunya yang deres
dimemekku. Dia terkapar lemes diatas badanku, demikian pula aku.
Setelah istirahat sejenak, dia mencabut kontolnya , memakai pakaiannya
dan keluar meninggalkan aku terkapar telanjang di ranjang. Sejak itu
setiap ada kesempatan, aku selalu minta dientot sama dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar